Uzumaki or NamikazeBukan lagi dugaan atau angan, namun ini adalah kenyataan. Dimana fakta tentang dirinya yang pernah menjadi bajingan telah membuat Hinata menjauhinya, hampir sama saat ungkapan cintanya keluar.
Dalam hati Naruto tak sedikitpun menginginkan hal semacam ini, suatu yang bisa membuat hubungan dekatnya dengan Hibata kian merenggang. Namun untuk kali ini ia tidak ingin egois, rasanya memang segalanya harus diterima, mengingat mungkin semua adalah karma atas apa yang pernah ia lakukan dimasa lampau meski ini bukan seberapa dengan penderitaan banyak orang karena kebengisan sosok Uzunaki seperti dirinya yang dulu.
Hampir 5 tahun ia memendam semua ini dan tidak memberi tahu siapapun termasuk Hinata, mendadak ada rasa bersalah dalam benaknya kala ungkapan Hinata yang begitu manis untuknya mendengung ditelinganya, karena itu semua salah, apalagi pada sosok yang bisa dikatakan buronan kelas kakap seperti dirinya. Sungguh miris untuk diingat.
Satu sosok yang sangat berharga telah pergi jauh dan terpisah dengannya. Sosok saudara yang sejak kecil bersamanya saat itu pergi ditengah dendam mendalam dalam hatinya, dendam yang diawali oleh dendam itu sendiri.
Dan kini itu terulang. Ditinggal dan dijauhi dalam keterkejutan tentang siapa sebenarnya dirinya, membuat hatinya berdenyut merasakan apa itu perih meski sudah sekuat mungkin ia mempersiapkan mental untuk hal semacam ini, namun takdir adalah takdir, sesuatu yang kau tanam akan berbuah dan menghasilkan sesuatu yang tidak jauh berbeda dengan apa yang kau tanam.
Perasaan kuat sudah ia siapkan untuk hal semacam ini, setelah menerima penolakan akan perasaannya, dan sekarang peluangnya semakin tipis bahkan sudah tertutup akan fakta kebenaran yang kini sudah diketahui Hinata.
"Mungkin kau memang bukan untukku, tapi percayalah aku akan selalu ada untukmu, menjadi sandaranmu, membuatmu tersenyum walau hatimu hanya untuk orang lain, tetap menyayangimu meski mungkin kini kau membenciku..."
Matanya terpejam damai, angin sepoi yang menggesek dengan kulitnya terasa sejuk, menikmati nuansa malam kelam yang terasa sepi tanpa hadirnya seseorang yang bisa menghilangkan kesunyian dalam hatinya.
Kali ini matanya terbuka, posisinya yang terbaring diatas rumput sama sekali tak membuatnya risih, hingga tangannya kini menggenggam kalung kecil berbandul mengkilap yang terasa lumayan berat, menggenggamnya seraya memandanginya tanpa sedikitpun menghilangkan senyum.
"Mungkin jika aku sosok pangeran dari putri sepertimu—" sejenak berhenti, kelopak matanya terpejam sejenak lalu kembali terbuka bersamaan dengan cairan hangat yang merembes melewati pelipisnya, "Aku bermimpi menjadi pria yang beruntung akan memakaikan kalung ini hingga bergelantung cantik pada lehermu..."
***
"Ini tidak mungkin..."
Gumaman halus keluar dari sosok gadis yang kini beradu tatapan kosong dengan kelamnya langit. Hampa, itulah yang ia rasakan.
Belum sembuh luka yang menyayat hatinya akibat perlakuan sang kekasih, Toneri. Kini ia merasakan sesuatu aneh dalam dirinya. Seakan tak percaya, Hinata bahkan terus menggumam tidak mungkin mengingat cerita Naruto sore tadi.
"Naruto-kun tidak mungkin Namikaze yang terlibat dalam pembantaian keluargaku... Itu tidak mungkin..."
Air mata dengan sendirinya menetes, cairan hangat yang sudah kesekian kalinya ia keluarkan hari ini, tanpa ia duga adalah hal yang sungguh amat menyakitkan.
Pikirannya mulai bergelayut entah kemana, memory-memory kenangan pahit kala keluarganya dibantai habis oleh kelompok misterius pada waktu itu terus berputar, menyisakan hatinya yang sudah tak dapat untuk tak menjerit pedih, mengingat dengan jelas bahwa si-kembar Namikaze adalah pelaku pasti yang sudah terbukti mutlak, hingga liquid bening darinya semakin deras dan deras dibarengi isakan pilu mendapati fakta jika salah satu dari Namikaze itu adalah sosok yang sangat disayanginya, sosok pria yang begitu dekat dengannya, dan juga pria yang selalu dipanggilnya Naruto-kun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liver Flavor
Fanfiction[Masashi Kishimoto] [NaruHina Story] [Alternative Universe] -Flow forth-