Hawa dingin terus menyeruak memasuki dan menerpa kulitnya. Dirasa mencekam semakin tak kuasa ia berontak sampai tenaganya habis dengan telinga mendengung mendengar kekehan congkak dari sosok yang sudah lama beradu argument dengannya.
Uzumaki Naruto. Sudah 4 hari dia disekap dalam kuasa Akatsuki. Tak disangka pula olehnya, bahwasannya selama 4 hari itu pula ia bisa bertahan dalam keadaan mengenaskan.
"Aku ingin bertanya denganmu..." begitu pelan suara yang ia keluarkan. Tatapan nyalang yang sedari tadi mendominasi kini berubah menyenduh dengan kepala menghadap bawah. "Kau memandangku sebagai apa sekarang?"
Hanya senyum tipis yang menjadi responnya. Untuk sekarang biarlah sedikit terlambat asalkan rencananya berhasil. Satu-satunya rencana untuk melmbung tinggikan Akatsuki dan menghancurkan satu sosok member jenius kelompok tersebut, Itachi Uchiha.
"Kau... Yah, kita adalah saudara. Bukankah mudah menjawab itu semua? Sekarang, tunjukan padaku dimana kau meletakkan Liontin peninggalan Kaa-chan."
"BERHENTI MEMBUAL KEPARAT!!!!"
Mendongak kasar dengan bentakan keras sebagai jawaban. Tak kuasa Naruto menahan emosi yang kian mendera relung batinnya. Apa Menma tak bisa membedakan antara benda berharga dan benda biasa. Begitu saja meminta Liontin peninggalan ibu mereka untuk aksi selanjutnya. Keh! Tak kan sejengkalpun Naruto membiarkan Menma menyentuhnya walau seujung kuku.
"Jangan bermain-main denganku, Menma." Kembali bersuara kini tidak membentak tapi sangat menekan.
Menma tertawa congkak. Tak disangka olehnya ini tidak mudah bahkan bisa dibilang sangat sulit. Terkadang Menma sempat berpikir, apa yang membuat pria seperti Naruto lebih memilih menjadi pria rendahan kebanding seperti dirinya?
"Aku sama sekali tidak bermain-main. Kau tau? Aku bisa membuatmu membuka mulut tanpa kekerasan sekarang, tapi saat emosiku sudah mencapai batasannya, jangan harap dia akan tenang disana..."
Deg
Mata sappire biru Naruto langsung membola sempurna. Ancaman Menma sungguh membuatnya lemas seketika melihat bagaimna tangan kekar pria yang memiliki status saudara dengannya itu menenteng sebuah foto sosok yang sangat ia kenali. Sosok berharga yang dicintainya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hi-hinata..."
Nafas Naruto tersengal hebat. Keterkejutannya berlanjut hingga sekarang tak luput se inchi pun dari pandangan Menma. Ini tidak boleh terjadi! Hinata tidak ada sangkut pautnya sama sekali tentang masalahnya. Kenapa? Kenapa gadis itu menjadi pelampiasan agar dirinya membuka mulut?