Gue Baper...

841 132 56
                                    

Wajah Aletta sudah pucat. Ia lebih baik berjalan, mengabaikan ucapan Mila. Mila menyuruh menunggunya tapi percuma saja.

'memang siapa yang mau membantu anak baru sepertiku.'

Mungkin hpnya sudah rusak karena terkena banyak tetesan hujan. Bahkan buku bukunya mungkin sudah basah. Ia capek lelah, berjalan. Tidak tau harus kemana, perjalanan masih jauh. Letta duduk di dekat orang berjualan es krim.

"Loh kok adek hujan hujanan? Adek kedinginan ya?"

"Ah enggak kok pak..." Letta tersenyum.

Disisi lain Alex sibuk mencari Aletta, hujan makin deras. Sambil bertanya kepada para penjual jika melihat perempuan itu. Tapi tidak ada sama sekali. Sampai pada akhirnya ia sampai pada penjual es krim.

"Pak tadi liat cewek rambutnya panjang, masih pake seragam kayak saya?" Bapak itu mengangguk penuh.

"Tadi anak itu sempat berteduh disini tapi ia melanjutkan jalannya. Katanya mau pulang. Adek siapanya?"

"Pacarnya. Makasih pak infonya." Alex langsung melajukan dan melanjutkannya.

Aletta semakin lemas, mungkin sekarang ia seperti gembel. Ini memang salahnya karena gengsi ia tidak pulang bersama Alex. Jika saja mau tidak akan seperti ini. Menyesal... yang ia rasakan. Pandangannya kabur gelap.

"Alex lo dimana?" Aletta pingsan tetapi Alex tepat pada waktunya. Ia langsung menddukkan Aletta di jok motornya. Memakaikan ia jaket yang dibawanya. Lalu Alex naik ke sepeda motornya. Menaruh kedua tangan letta di pinggangnya dengan erat supaya tidak jatuh.

Alex membawa ke rumahnya. Karena tidak mungkin di rumah letta sendiri karena di apartemennya tidak ada orang. Milan sedang jalan dengan dila jadi tidak mungkin ia bawa karena Letta keadaanya masih seperti ini.

Sampai di rumah Alex langsung menggendong Aletta dan memasukkan Letta ke dalam kamarnya. Seulas senyum tampak di bibir mamanya yang sedang melihat jauh dari letak kamar Alex.

Alex keluar dari kamarnya, lalu membuat makanan untuk Aletta sambil membawa obat. Mama masih tersenyum di tempatnya melihat kelakuannya anaknya terlihat berubah. Biasanya ia memang pacaran tetapi hanya untuk status dan itu tidak memberi perhatian lebih seperti yang Alex lakukan sekarang. Kembarannya Axel diam diam melirik kakaknya ia juga tersenyum.

Mamanya berjalan ke dapur mendatangi Alex untuk membicarakan tentang cewek yang dipacari barusan. Mamanya tidam heran tapi ia baper sendiri melihat anaknya seperti ini. Axel yang berjalan melewati mamanya di depan ditahan oleh mamanya untuk berbicara sebentar.

"Axel kamu kapan punya? Mau selamanya kamu jomblo? Apa kamu homo?"

"Ga ada pertanyaan lain ma? Itu gak penting buat aku ma."

"Ga ada, mama cuma mau pastiin kalau kamu masih kecil atau udah besar."

"Aku udah gede lah ma. Ga pacaran bukan berarti aku masih anak anak ma." Jelas Axel langsung meninggalkan mamanya. Mamanya hanya bisa geleng geleng melihat kedua anaknya yang sifatnya aneh aneh. Tapi sifatnya tidak jauh berbeda dengan orang tuanya dulu saat masa SMA atau remaja.

"Axel itu bocah Ma! Mana bisa dapet pacar kalau kelakuannya kayak batu, galak sapa yang bakal mau pacaran sama batu kering." Axel menjitak kepala kakaknya lalu kembali ke kamarnya.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang