Angel menaruh rotinya di bawah lantai. Ia lupa tidak membeli Aqua. Hanya air sekolahnya yang tadi ia bawa sisa sedikit akhirnya dihabiskan dengan cepat dalam satu tegukan. Angel duduk di lantai lalu menggelar selimut tipis yang ia bawa. Selimut itu digunakan untuk tidurnya. Angel yang terbiasa menggunakan ac dan kasur sebetulnya merasa kurang nyaman namun ia harus menikmati apa yang ia punya.
Angel menyiapkan buku pelajaran untuk esok. Ia harus berangkat lebih pagi agar tidak bertemu Alex. Bagaimanapun ia melakukan ini semua karena ia ingin bebas dari segalanya. Menuntaskan sekolahnya tanpa hambatan.
Angel membaca tiap lembar halaman buku pelajaran itu mengingat ia berada di kelas akhir.
Suara ketukan pintu dari luar membuat Angel terkejut. Alex kembali lagi namun tidak dengan motornya. Ia mengendarai mobilnya.
"Ngapain kesini lagi? Tidak cukup anda mengganggu saya."
"Gua kesini mau bawa lu ke rumah gua."
"Tolong anda pergi." Ucap Angel dengan keras membuat pemilik kos itu juga keluar.
"Ada apa ini ribut ribut." Ucap pemilik kos.
"Begini bu, saya suaminya Angel. Saya mau membawa kembali Angel. Saya memang sempat bertengkar karena masalah pribadi namun saya mengakui kesalahan saya. Ini adalah kewajiban saya membawa kembali. Lagi pula orang tuanya khawatir." Ucap Alex.
"Bisa minta tolong buktinya?"
"Saya tidak punya bukti namun saya bis telepon orang tua Angel sendiri untuk kesini menjelaskan apa yang terjadi jika perlu." Ucap Alex.
"Ya udah tidak perlu, silahkan bawa istrimu dan jangan kecewakan dia lagi." Ucap pemilik kos.
"Tapi apakah pembayarannya sudah lunas?" Pemilik kos itu menggeleng.
"Saya akan bayar." Ucap Alex.
Setelah bertransaksi Angel yang dipaksa naik ke mobilnya akhirnya masuk ke dalam mobil Alex. Angel menghindari tatapan. Alex berhenti sejenak.
"Angel gua minta maaf, kalau tadi sikap gua kasar di lapangan sekolah. Maaf udah buat lo malu."
Angel menangis namun ia menyembunyikannya dengan menghadap kesamping.
"Alex emang gampang bilang gitu ke Angel tapi apa tau apa yang dirasakan Angel saat di sekolah. Ngeliat golongannya dinda dateng berniat jahat ke Angel seharusnya Alex mikir dulu. Angel ga bakalan ngomong kaya gitu kalau Angel ga terdesak. Angel juga udah muak sama sikap Alex yang selalu gantungin Angel. Sebagai tunangan seharusnya Alex ngerti, ga perlu balikan sama Aletta. Angel tuh udah sabar banget sama Alex tapi Alex ga pernah ngerti. Angel bela belain ngomong beraniin bilang ke papa buat batalin semuanya. Dan sekarang Alex seperti ini karena perintah siapa? Papa Angel? Alex sendiri? Atau siapa?"
"Maaf mood gua yang kacau karena kaget ngeliat lo seperti itu."
"Trus sekarang mau gimana?"
"Maafin gua Ngel." Alex menarik tangan Angel yang membuat badannya ikut menghadap ke sebuah tatapan Alex sekarang. Alex menghapus air mata Angel lalu mencium pipinya.
"Maaf aku buat kamu sedih lagi." Bisik Alex. Angel mengangguk mencoba menguatkan hatinya.
"Sekarang udah malem, kita tidur di apartemen."
"Apartemen siapa?"
"Aku." Ucap Alex.
Angel meneguk salivanya, ia takut Alex membuat hal hal aneh kepadanya. Ia masih ingin sekolah dan belum mau sampai ke hubungan serius itu.
"Alex kita kembali ke kos aja ya?"
"Kenapa? Kamu takut aku apa apain kamu?" Senyuman miring dari Alex membuat Angel semakin khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Fantasy-Tamat- "Jadi mulai sekarang lu harus jadi pacar gue!" "Gak! Gue gak mau!" "Woy! Semuanya! Gue mau kasih tau pada lo semua! Kalau mulai sekarang Letta jadi milik gue! Jadi jangan pernah ada yang deketin dia lagi! Kalau ada yang deketin dia lu berur...