Aletta memakai sneakers hitamnya dengan cepat sambil membawa coklat silverqueen yang digigitnya sambil menali tali sepatunya. Aletta berdiri dan membenarkan roknya.
Ia membawa tas sekolahnya lalu mengeluarkan satu benda yang sering ia pakai. Ya itu earphone yang membuat hidupnya menjadi selalu terasa bermakna karena musik. Sedangkan kakaknya itu menyetir mobil dengan tenang.
Sesampainya di sekolah, Aletta berjalan dengan santai sambil memandangi sekolahnya. Melewati lapangan beserta di area pojok tentu melewati kantin. Ia teringat sekali di masa itu ia dengan Alex bisa menjadi pacarnya. Unik memang, hanya karena menumpahkan minumannya bisa jadi pacarnya.
Aletta masih tersenyum sambil memakan coklatnya itu. Momen yang paling bermakna yaitu di kantin karena semula berawal di kantin. Kalau di ingat ingat malah kebawa perasaan. Aletta duduk di kursi kantin itu sambil melihat arah lapangan basket. Putusnya Aletta di lapangan basket membuat dadanya terasa sesak namun ia ingat jika Alex memang sudah memiliki jalan lain.
"Kak ga masuk kelas?" Aletta menatap heran dekelnya itu yang malah duduk di sebelahnya sambil membawa bola basket yang dipantulkan berulang kali.
"Ga usah heran gitu, gua cuma duduk disini. Ga masuk ke hatinya kakak."
"Sapa juga yang heran." Ucap Aletta.
"Lu."
"Engga tuh." Jawab Letta.
"Iya kenalin nama gua Vano galendra."
"Emang gua nyuruh lo buat kenalin diri lo ke gua?" Tanya Aletta.
"Emang buat ngenalin harus lo suruh?" Vano berdiri lalu menyentil kening Aletta yang membuat wajahnya semakin kesal.
"Ga sopan banget si sama kakak kelas." Ucap Aletta lalu membuang bungkus coklatnya secara sembarang tempat.
"Sampahnya jatuh ambil gih."
"Emang gua jatuhin bego." Aletta tidak memperdulikan adek kelasnya yang daritadi membuatnya kesal. Namun dengan sigap tangan Vano meraih tangan Letta. Memberhentikan langkahnya lalu menatapnya dengan tajam. Vano hanya tersenyum lalu melirik ke bawah.
"Gua tadi suruh lo ambil kan? Kenapa lo malah pergi?"
"Kenapa ga lo ambil aja si? Lo kayanya pagi pagi nyari ribut sama gua nih."
"Lo tau ga?" Aletta mengernyitkan dahinya selepas mengambil bungkus coklatnya yang tadi dibuang secara sembarang.
"Tau apa?" Tanya Aletta.
"Lo kalau gini mirip monyet maling pisang." Pukulan dari tangan Aletta itu melesat ke arah lengan Vano. Yang membuat Vano meringis sedikit karena mungkin Vano kurus jadi kena pukul lemah.
"Lemah banget si jadi cowok."
"Bodoamat babi." Ucap Vano lalu kembali menuju lapangan dan bermain basket kembali.
"Heh kalo gua babinya lu siapa?!"
*****
Aletta menaruh tasnya dengan kesal. Ia membanting dirinya di kursinya sendiri membuat teman sebangkunya kaget. Mila melirik sekilas lalu kembali membaca buku pelajarannya. Aletta mulai mencari dan menstalk akun dekelnya yang mecari ribut dengannya.
"Mila gua mau nanya." Aletta membuka omongan yang membuat Mila berdeham mengiyakan permintaan Letta.
"Lo kenal ga adek kelas yang namanya Vano galendra."
"Vano galendra? Murid yang lagi trending topik di sekolah ini kan? Juara Olimpiade Bahasa Inggris sampe tingkat provinsi."
"Gua kok ga kenal si?" Gumam Letta sembari menstalk akunnya.
"Lo ga kenal tapi nanya dan tau namanya."
"Bukan gitu Mil dia tadi pagi tiba tiba disebelah gua. Gua ga tau dia siapa trus dia ngenalin diri ke gua."
"WHAT DEMI APA LU?!"
"Gua ga bohong sumpa."
"CRITAIN."
"Ya santai Mil ga usah heboh gitu napa."
"Ya gua kaget aja gitu, gimana ya dia tuh denger denger dari teman dekatnya nih dia ga perna ngurusin cewek atau merhatiin cewek. Sekalipun ada cewek deket sama dia dan bahas ga penting, jangan harap tuh cowok ngelirik lagi. Tapi dia paling asik sama temen cowoknya. Dia ganteng, tinggi, ga perokok, olahraga rajin, pinter basket, pelajaran dan satu lagi dia ga punya mantan. Alias belum perna pacaran."
"Lu yakin?" Mila mengangguk.
"Jadi gini Mil, gua kemaren putus sama Alex trus tadi pagi ini gua lewat lapangan sambil ngelamun keknya tapi lewat pinggir sih lewat kantin juga. Nah gua duduk bentar disitu sambil makan coklat liatin lapangan karena gua kek nginget nginget kenangan bareng Alex. Nah tiba tiba tuh cowok nanya gua kira sih dia kakak kelas gua eh dia manggilnya gua kak, berarti kan dia dekel gua Mil. Nah trus dia tuh ngenalin dirinya sendiri tiba tiba. Ya gua ga suka Mil orang ga kenal ga diminta tiba tiba kek sok akrab sama gua."
"Trus trus."
"Trus gua emosi, buang bungkus sampah coklat sembarangan. Nah abis ngebuang gua ga peduli dia mau ngomong apa eh dia nyegah gua suruh ngambil sampah itu. Trus dia ngehina gua mirip monyet maling pisang sama gua mirip babi. Emang ga waras."
"Eh bentar aneh banget ya dia tiba tiba deketin cewek. Kabar putus lo udah nyebar ga si?" Aletta mengangkat bahunya merasa tidak tau dengan hal itu.
"Keknya dia naksir deh sama lo."
"Ah masa si."
"Iya Let."
"Secara type si dia idaman gua juga. Ga tau deh liat aja. Ye kali abis gua putus langsung nyosor ke dia." Mila tersenyum.
"Ngapain lu ketawa?"
"Ya seneng aja liat lu udah punya pengganti yang lebih baik meskipun sama dekel si."
"Yeuu emang kenapa kalau sama dekel?"
*****
Bel pulang berbunyi, Aletta bergegas menunggu Kakaknya di tempat parkiran. Namun sebelumnya ia harus piket terlebih dahulu. Tak lama kemudian Aletta menjerit karena ada kecoak di di bagian luar kelas. Teman sekelasnya pun juga menjerit. Vano yang memang iseng menaruh kecoak disana akhirnya berpura pura sebagai pahlawan di kelasnya Aletta.
"Eh Let usir tuh! Lu kan pemberani biasanya."
"EH BANGKE GUA TAKUT, LAGIAN KENAPA TIBA TIBA ADA KECOAK SI BIASANYA KAN GA PERNA LIAT." Teriak Aletta disusul jeritan lagi karena sedari Aletta berdempet dekat dengan papan tulis kecoaknya malah masuk dan mendekati dirinya.
Aletta menjerit namun teman temannya malah meninggalkannya karena kecoaknya sudah masuk dan meninggalkan jejak di luar. Aletta masih didalam kelas berusaha menghindar dari kecoak sambil mendempet di kursi. Aletta sangat phobia dengan kecoak apalagi kecoak mempunyai sayap dan bisa terbang.
"Mila tolongin guaaaaa!"
Vano akhirnya muncul di depan kelas Aletta dan mengambil kecoak itu lalu membuangnya di tempat yang agak jauh. Aletta langsung buru buru mengambil tasnya.
"Sama kecoak aja takut." Ucap Vano.
"Heh dekel ga usah sok jadi pahlawan. Lu kan yang naruh? Gua tau kali. Ga mungkin lu tiba tiba lewat kelas gua kalo bukan kerjaan lu tadi." Vano tertawa.
"Lagian gua cuma mau ngetest lu aja. Seberapa berani lo sama kecoak eh nyatanya nyali lo cuma segitu."
"Udah ya gua males berurusan sama dekel songong. Gua mau pulang." Aletta mempercepat langkahnya, menghindari Vano yang terus mensejajarkan langkahnya.
"Lu kenapa sih ikutan gua mulu! Lu suka ya sama gua?!" Bentak Aletta.
"Gua berulah karena lo yang mulai duluan." Ucap Vano.
"Paan si ga jelas!"
"Inget baik baik lu tadi ngapain aja di kantin." Vano langsung berbelok arah menuju ruang Aula meninggalkan Letta yang berjalan lurus.
"Emang gua ngapain anjer di kantin?"
Jan lupa vote n coment
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Fantasia-Tamat- "Jadi mulai sekarang lu harus jadi pacar gue!" "Gak! Gue gak mau!" "Woy! Semuanya! Gue mau kasih tau pada lo semua! Kalau mulai sekarang Letta jadi milik gue! Jadi jangan pernah ada yang deketin dia lagi! Kalau ada yang deketin dia lu berur...