Maksud tersembunyi

520 79 15
                                    

Kalau emang ragu seharusnya kita berusaha untuk yakin bukan membuatnya semakin jelas kalau dia adalah ragu

-lupakan quotes ini-
😂

Beberapa bus di sekolah sudah berjajar di depan sekolah. Bahkan semua murid sudah mulai berbaris. Lapangan yang biasanya terlihat kosong kini penuh dengan murid.

"Diharapkan untuk semua murid baris dengan nomer urutnya masing masing. Karena kita akan segera berangkat." Ucap Pak Arif dengan suaranya yang keras apalagi dengan memakai mic yang membuat telinga makin sakit.

Semua siswa termasuk Letta mulai berbaris sesuai dengan nomer urutnya. Satu persatu siswa mulai memasuki bus dan mencari tempat duduk kosong.

"Lo sama gue." Alex menarik tangan Aletta untuk mengikuti langkahnya. Berusaha menormalkan langkahnya karena Alex berjalan dengan cepat.

"Lex kita sekelompok?"

"Iya."

"Yah...si Mila keenakan."

"Lu ngerasa ga nyaman sama gue? Apa membuat lo suka saja sama gue itu susah?"

"bukan gitu Lex.."

"Tapi kenyataannya lo ga pernah ngehargain usaha gue. Lo selalu ragu sama gue. Setelah acara kemah usai, buat lo Let, anggep aja kita gak ada hubungan apa apa lagi."

Deg!

"Lex kok lho gitu?"

"Anggep hari ini hari terakhir gue sama lo. Jadi nikmatin jangan lo anggep beban. Bukannya lo yang emang ngebet putus sama gue? Dan sekarang harapan lo buat putus sama gue udah terwujud."

Seharusnya perasaan Letta kini harus bahagia karena bisa lolos dengan Alex, tapi entah kenapa perasaan ini malah menjadi kacau. Moodnya malah turun. Kecewa dan tidak ingin Alex meninggalkannya malah muncul sekarang. Entah apa yang harus diperbuat sekarang. Semuanya kacau, padahal ia tidak bermaksud seperti itu.

Tapi ada benarnya, Letta memang selalu ragu dengan Alex. Bahkan ia tidak bisa percaya seutuhnya. Tapi ucapan Alex malah membuat semuanya makin jelas dan makin mencolok bahwa yang merasa bersalah bukan Alex tetapi Aletta.

"Kenapa lo ngomong kayak gitu? Seakan akan gue disalahkan?"

"Karena omongan lo Let bermaksud dan berarah ke gue."

"Gue ga bermaksud minta lo untuk ngajak gue putus. Gue ga minta itu."

"Bukan ga minta tapi merencanakan. Membuat gue peka atas hal yang lo omongin. Dan sekarang ga ada yang bisa ngerubah keputusan gue sekarang dan keputusan lo Let."
Letta meneguk salivanya sendiri. Ia menahan air matanya keluar. Ia berusaha mengalihkan pandangannya keluar. Mengarahkan pada jendela bus.

Baru seminggu sudah putus. Letta malah menganggapnya ini sebuah akal akal an Alex dan sebuah Alasan. Alex selalu berambisi dan seenaknya tanpa memikirkan apa kelanjutannya.

"Ini akal akal an lo kan? Seharusnya lo ga usah pake alasan kalau akhirnya gue bakal jadi sampah seperti mantan lo itu."

Namun sebenarnya perasaan Alex juga merasa berat dan kecewa. Ia tidak mau melepaskan tapi semua kalimat Aletta mengarah kesana. Apalagi yang harus diperbuat kecuali itu. Bahkan ia melakukan ini karena Alex akan pindah ke luar negeri mengikuti tes pertukaran pelajar.

Alex tidak ingin Aletta menunggu, bahkan lebih baik Aletta mengetahui kebohongan dari kebenarannya. Ia rela di cap jelek dihadapan Aletta. Mungkin sakit di awal lebih baik daripada di akhir. Semoga ini pilihan terbaik. Bahkan saat ia telat menjemput Aletta di kelas kemarin karena ia baru saja menyelesaikan tes untuk seleksi pertukaran pelajar.

Seutuhnya kalau memang ia ingin sekolah di luar negeri sebenarnya tanpa ikut seleksi ayahnya bisa saja mendaftarkannya. Tapi ia ingin beasiswa. Alex ingin menunjukkan kepada ayahnya bahwa selain nakal ia memiliki otak yang cerdas. Bahkan mandiri tanpa uang ayahnya.

Ia ingin menjadi anak yang berguna bahkan bisa membuat bangga. Itu tujuan Alex untuk memutuskan hubungannya dengan Aletta. Karena ia juga akan lama berada di luar negeri. Semua itu karena impiannya.

"Iya itu emang akal akal an gue. Buat jadiin lo sampah. Dan gue paling benci sama sampah." Alex bohong lagi.

Air matanya kini tidak bisa dibendung. Tetesan demi tetesan keluar membasahi pipinya. Tapi kenapa ia tidak bisa membencinya seakan akan ada hal yang ditutupinya. Ia tidak percaya Alex bisa mengatakannya seperti itu. Padahal saat itu, mama Alex pernah bilang bahwa aku istimewa tapi kebalikannya.

Letta lebih baik diam tanpa melanjutkan pembicaraanya. Setiap kali untuk melihat sampingnya sekarang juga ia ingin membencinya. Kenapa harus waktu ini dan saat ini. Ini membuatnya menjadikan momen terburuknya.

Alex tertidur selama di perjalanannya. Ia mengintip dan menatap wajah Alex sebentar. Sekarang Letta menjadi bersalah. Letta menatap lekat mulai dari Alis hitamnya yang tebal, kulit putih dan hidung mancung. Ditambah lagi bibirnya yang berwarna merah muda. Seakan jelas menghiasi wajah yang sempurna.

Tapi ia melihat di samping tasnya. Terdapat sepucuk tiket. Ini memang lancang tapi Letta sungguh penasaran.

Dan ternyata itu tiket ke London. Dan satu lagi, ada kertas dibalik itu.

"Pertukaran pelajar?"

Jadi apa mungkin Alex memutuskannya hanya untuk menutupi bahwa ia akan berangkat besok? Itu membuatnya lebih sakit lagi setelah ia menuduh Alex setelah ia mengetahuinya ternyata Alex tidak mau Aletta tau akan hal itu.

"Tapi kenapa?" Itu pertanyaan Aletta berulang kali. Semuanya tampak jelas bahwa Alex memang menyukainya hanya saja Aletta selalu ragu. Ia harus memanfaatkan momen ini dan pura pura tidak tau soal hal ini.

Aletta mengambil tiket dan semua kertas yang disembunyikan Alex. Ia menyimpannya di tas. Ia berharap di momen yang tepat ia bisa menjelaskannya nanti.

Sedikit sakit buat Aletta tapi Alex pasti punya alasan yang kuat. Bahkan kata katanya memang sakit tapi ternyata ia menutupi semua darinya.

Alex bangun dan melepaskan headsetnya yang dipakainya. Ia membawa snack mungkin bisa mengatasi perutnya yang lapar.

"Let udah makan?"

"Kenapa manis lagi?"

"Manis?" Alex merasa heran. Karena yang ditanyakan adalah pertanyaan makan kenapa malah jawab rasa makanan. Itu aneh.

"Iya kenapa lo jadi manis lagi setelah lo marah marah ke gue! Jangan main sama sampah. Entar lo kotor." Ucap Aletta.

"Berhenti bercanda."

"Gue juga ga lagi bercanda Lex."

"Gue manis karena ini hari terakhir. Anggep kita ga ada masalah."

"Oh. Oke kalau itu mau lo. Berarti lo bakal main sama sampah?"

"Sekarang lo bukan sampah karena hari ini kita belum putus. Besok kita ga ada hubungan dan itu lo mulai jadi sampah."

"Jahat banget sih!"

"Makan bekal gue nih, gue bawa bekal spesial buat pacar gue yang imut ini." Alex tersenyum lalu memberikan bekal buatannya tadi.

"Nah gitu kan enak. Satu lagi gue emang imut Alex.. baru tau?" Letta mencubit pipi Alex dan Alex tersentak kaget.

"Iya.."

"Oke.."

Letta membuka bekal yang dibuatkan Alex ternyata isinya dorayaki. Letta sangat suka dengan makanan itu. Kenapa ia selalu tau dengan selera makanan kesukaannya.

"Kenapa lo tau selera makanan kesukaan gue?"

"Manis."

"Gue manis?"

"Bukan."

"Trus apa?"

"Karena cewek suka makanan yang manis. Bukan lo yang manis."

"Cih! Gue imut."

"Tapi ga manis."

"Serah dah serah..." Aletta mengalah.. tapi keduanya sekarang merasakan bahagia meskipun pada akhirnya akan terluka. Ia melupakan resiko yang dibuat oleh cinta.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang