3 tahun kemudian

463 15 3
                                    

"Panuuu!" Teriak Aletta menyapa Vano yang barusan sampe di kampus.

"Vano, bukan Panu." Ucap Vano.

"Panu bawel, pokoknya gua suka manggil itu. Itu nama kesayangan tau!" Vano mengangguk sambil tersenyum melihat pacarnya ini rewel sekali.

"Dugong lu diem, gua mau baca buku."

"Jahat banget si! Gua daritadi nungguin lu. Dasar gesrek ga pernah peka." Letta mengambil pensil Vano.

"Untung sabar."

"Iya lu harus sabar ngadepin cewek model gue. Sapa suruh juga nembak gue dulu." Ucap Letta yang tiba tiba teringat 3 tahun yang lalu.

Banyak yang terjadi setelah semuanya lurus ke arah masing masing. Alex dan Angel yang balik ke london melanjutkan studinya. Mila yang akhirnya balikan dengan Andre. Dan Vano yang ikut akselerasi percepatan setahun agar bisa selaras dan sekelas dengan gua.

Vano dan gua yang selalu belajar bareng sampai akhirnya masuk perguruan tinggi yang sama. Bahkan meskipun beda jurusan tapi di kampus yang sama. Berawal dari kenal di kantin sampe akhirnya gua jadi pacarnya.

Flashback off

"Let gua suka sama lo." Ucap Vano.

"Paan si Vano, gua ga bakal terima."

"Kenapa? Beri gua alasan. Selama ini gue nunggu lo berdua putus. Dan sekarang udah tepat. Gue udah sering chat sama lo dan lakuin apa yang lo mau. Apa yakin lu ga pernah ada rasa sama gua?"

"Bukan gitu Vano, lo sama gua tuh beda kelas. Lo tau itu kan? Gue kakak kelas dan gue malu. Gue takut gue yang harus selalu ngalah karena lo lebih muda dari gua."

"Gue bakal buktiin kalau gua bakal ikutan percepatan setahun besok buat nyusul lo ke kelas. Dan saat itu lo harus terima gua gimana? Masalah mengalah dan semuanya gue ga peduli asal bikin lo seneng gua juga ikutan." Ucap Vano.

"Oke kalo lu emang bisa loncat ke kelas gua, gua bakal terima untuk jadi pacar lu. Semoga berhasil!"

Flashback on

Dari sana Vano ternyata bisa loncat ke kelas Aletta dengan mengikuti percepatan. Vano memang terkenal pintar. Jadi ia membuktikannya bahwa ia serius menyukai Aletta.

Sejak saat itu kami berdua menjalin hubungan sampai saat ini. Dan kabar Alex dan Angel? Tak ada kabar satupun darinya sejak mereka kembali ke london.

Terkadang saat pacaran dengan Vano, ia sering marah karena gua kebanyakan rindu sama Alex ketimbang sama Vano. Gue belum ikhlas sepenuhnya saat itu. Dan Vano marah, tapi gua tau. Sekarang yang sama gua itu Vano. Bukan Alex yang cuma bayang bayang dan punya orang lain.

Meskipun sampai saat ini ia masih benar benar rindu dengan Alex. Ia selalu stalk semua yang berhubungan dengan Alex. Untungnya Vano tidak tau, jika tau pasti Vano akan marah lagi kepadanya.

Sebenernya gua merasa kalau diri gua ini jahat. Gua sama saja menyakiti hati Vano tanpa ia tau. Padahal yang selalu care itu adalah Vano.

"Ngapain ngelamun woi!" Teriak Vano di dekat kuping Aletta.

"Yeuuu ga tuh ga ngelamun."

"Pasti ngelamunin gua kan?" Vano nyengir nyengir ga jelas sambil mengerjakan bukunya.

Vano merubah posisi duduknya, kepalanya ditaruh di paha Aletta. Kakinya lurus. Ia tidur di paha Aletta sambil memandang wajah Aletta yang sedang memandangnya.

"Kepala lo berat banget si Vano, minggir gua malu tau." Aletta menatap tajam namun saat ditatap tajam bukannya malah pergi, Vano malah membaca bukunya untuk menutupi wajah agar tidak mendapat tatapan tajam.

"Letta lo yakin bakal bisa ngelewatin semuanya sampe kita lulus? Gua kasih pilihan ke lo semuanya. Kita udah termasuk lama pacaran. Gua takut lo semakin bosen sama gua."

"Paan si Panu ga jelas kalo ngomong. Ga ada yang mau putus sama lo. Dah ah mata kuliah gua udah masuk. Gua duluan."

Vano sengaja berbicara begitu karena hatinya lelah tiba tiba melihat Aletta selalu melamun. Vano tau pasti Aletta masih sering stalker semua akun Alex dan lamunan tadi bukan melamunkan dirinya. Vano banyak kecewa dan mencoba terus care sama Aletta namun Alex selalu jadi bayang bayang.

****
"Lo udah makan Let?" Letta menggeleng belum.

"Gua tadi sengaja beliin lo makanan langsung pas jam gua kosong." Ucap Vano.

"Maacii." Aletta mencium pipi Vano.

Vano tersenyum sangat senang, ini pertama kalinya Aletta bersikap seperti ini kepadanya.

"Ga usah seneng ya awas aja kalau seneng. Yang harus seneng harus gua. Khusus Panu ga boleh."

"Let lo mau kecoak?"

"Dih kok bahas itu sih bikin bete."

"Gua bawa nih banyak."

"Ga usah aneh aneh deh."

"Yaudah ni." Aletta menjerit namun ternyata tebakannya salah. Bukan kecoak melainkan yupi, makanan kesukaan Aletta.

Aletta memakan yupi yupinya setelah makan nasi bungkus yang dibelikan Vano. Aletta sangat suka dengan yupi bahkan lebih dari menyukai Vano.

"Bilang apa setelah gua kasih yupi?"

"Gausah bilang la.. kan Vano pacar Letta."

"Bilang makasi Vano ganteng." Ucap Vano.

"Ga mau kan Vano mirip monyet."

"Dasar dugong, bilang cepet ke gua."

"Ga mau Vano kan buluk."

"Yaudah kalo gamau ngucapin gua ambil ni."

"Ambil apa? Yupi gua?GAK BOLEH."

"Sapa juga yang mau ambil itu dugong."

"Trus ambil apa?"

"Ambil ini." Vano mencium pipi Aletta membuat pipi Aletta seketika merah merona bagai tomat. Aletta diam bagai patung.

"Dih Panuuu."

"Apa si manggil manggil?"

"Makasi Letta suka."

"Suka apa?"

"Suka yupi." Vano mencium pipi Aletta lagi.

"Susah banget bilang suka sama gua?" Aletta menggeleng.

"Iya iya Letta emang suka sama si Panu." Vano tertawa lalu mengacak ngacak rambut Aletta.

-THE END-

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang