kenyataan

163 10 0
                                    

Flashback off
Aletta menggenggam kedua tangan Alex. Digenggamnya tangan Alex sambil tersenyum menatapnya. Memang sengaja ia menatapnya. Aletta menguatkan hatinya untuk berbicara dan memutuskan. Melupakan semua bayang bayang yang tadi muncul.

"Alex, kamu itu terlalu ganteng buat aku sukai. Aku ga tau caranya kita bisa jadi satu kaya gini dan dipertemuin lagi. Sampai akhirnya aku sendiri yang bakal bilang. Kalau lebih baik kita udahan aja. Lupain perasaan kamu ke aku. Kalau ga bisa coba cari kekurangan aku. Kalau tetep ga bisa benci aku. Tapi kalau kamu emang sayang sama aku. Aku mau kamu kasiin hati kamu buat Angel sepenuhnya. Aku egois tapi ini tepat buat kamu." Alex melepaskan genggamannya lalu membuang muka.

"Udah putus aja." Ucap Axel yang dengan santainya berbicara.

"Tuh denger saudara kamu kan? Kita itu udah di fase saling merelakan. Palingan juga sakitnya sebentar kok. Ga kek dulu yang sampe gagal berkali kali. Mungkin karena terbiasa." Ucap Aletta.

"Aku ga bisa." Ucap Alex.

"Lex apapun keputusanmu, aku mau kita putus." Aletta berdiri, mengambil tas sekolahnya. Lalu berlari sampai ia berhenti pada titik tertentu. Aletta menangis sejadi jadinya. Ia mengambil masker hitamnya untuk menutupi mukanya. Ia takut ada yang melihat.

Aletta menelpon kakaknya untuk menjemputnya di daerah dekat warung kecil yang terlihat sepi. Namun Aletta tau jika masih ada seseorang yang mau berada di sana. Aletta duduk lalu membeli pop ice. Setidaknya untuk menenangkan hatinya. Tapi muncul perasaan lega, namun Aletta berpikir kembali apakah arahnya sudah benar. Milan datang dan membonceng adiknya itu.

"Kak beliin coklat."

"Napa lu? Pasti ada masalah. Cerita dulu sama gua baru gua beliin." Ucap Milan.

"Gua putus sama Alex. Sekarang beliin gua coklat." Milan mengangguk. Kakaknya tau jika adeknya ada masalah pasti memintanya untuk membelikan sesuatu. Apapun itu entah itu makanan dan minuman lainnya. Yang pasti Milan tau dompetnya bakal terkuras oleh Aletta. Tapi demi adeknya uang tidaklah penting. Baginya Aletta bahagia atau senang saja sudah membuat dompetnya terisi penuh.

"Kemarin balikan sekarang udah putus. Kenapa?"

"Rumornya ga nyebar ke kak Milan emang?" Milan menggeleng.

"Daripada gue peduli soal topik, mending ngurus pacar gua sendiri." Aletta menonyor kepala kakaknya itu.

"Cepetan nyetirnya!" Milan yang kesal akhirnya menancap gas yang tinggi.

****

"Pa Angel minta tolong batalin semuanya yang berhubungan dengan Alex."

"Papa ga bakal batalin."

"Kenapa pa? Angel udah muak sama semuanya. Angel heran sebenernya papa itu sayang uang atau sayang sama Angel. Angel ga perlu semuanya Pa." Ucap Angel.

"Kalau kamu tidak mau nurut perintah Papa! Papa akan cabut semua fasilitas kamu. Satu lagi jangan berharap papa melihat kamu lagi."

"Oke Pa kalau itu mau papa, Angel bakal berhenti. Angel bakal keluar dari rumah ini. Tanpa Papa Angel bakal hidup mandiri dengan bebas tanpa aturan. Cabut aja semuanya Angel ga perlu." Ucapnya.

Angel mengemasi barangnya lalu pergi dengan membawa uang yang ada didompetnya sekarang. Ia berjalan kaki sambil mencari harga kos yang lumayan murah untuk pelajar.

Kos yang diujung jalan lebih dekat sekolah. Angel langsung membayar lnya kepada pemilik kos itu. Angel merapikan bajunya beserta buku buku pelajarannya. Angel tersenyum dalam hatinya ia mencoba buat ikhlas dan meminta maaf sebanyak banyaknya karena Angel merasa bersalah atas ucapannya kepada orang tuanya.

Angel mencari lowongan kerja untuk membiayai hidupnya sendiri. Ia berniat mau menjadi mandiri. Cafe itu cukup menarik baginya. Ia bisa menanyakan lowongan di cafe itu. Meskipun pada akhirnya ia menjadi seorang pelayan ia akan tetap menerimanya.

Bos Cafe itu mengiyakan permintaan Angel. Angel langsung mengganti seragamnya dan mulai bekerja paruh waktu. Dari waktu pulang sekolahnya sampai malam hari ia bekerja. Angel pulang berjalan kaki lagi meskipun lumayan jauh dari tempatnya namun Angel menganggapnya sebagai olahraga.

Sebelum pulang ke kosnya Angel mencari makan. Ada penjual bakso didekat sana, Angel akhirnya tersenyum lalu berlari untuk menghampiri bakso itu. Ia membeli dan memakannya disana. Setelah itu Angel pergi mencari roti tawar untuk sarapan pagi besok. Mulai sekarang ia harus pintar pintar mengatur uangnya.

Angel duduk sebentar di halte bus sambil beristirahat. Kakinya lelah karena pulang dengan jalan kaki. Angel menghela nafasnya berharap ada yang menolongnya sekarang. Angel membuka hpnya lalu mengambil gambar trotoar beserta sepatunya itu.

Angel meminum es yang dibelinya tadi saat membeli bakso. Badannya berdiri lalu melanjutkan jalan kakinya. Sebuah bel motor menghentikannya. Kepalanya memutar melihat arah bel dari lampu sepeda motor yang ia kenal.

Itu Alex.

Angel menghiraukannya lalu berjalan kembali. Alex menyusulnya dan memberhentikannya tepat di depan Angel.

"Lu seharusnya ga perlu ngelawan orang tua lo ngel." Ucap Alex tiba tiba.

"Urusan Anda apa? Jangan mengatur hidup saya." Ucap Angel.

"Lu ga perlu jalanin hidup seperti ini Ngel." Angel memalingkan mukanya.

"Saya suka dengan apa yang saya lakukan. Saya bebas atas segalanya. Dan saya bukan orang yang anda kenal. Saya bukan orang yang pernah bodoh karena masalah pribadi. Saya bukan orang yang anda lihat dulu." Ucap Angel.

"Ngel gue perlu bicara sama lo." Ucap Alex.

"Saya capek saya ga mau lagi berurusan dengan Anda." Angel melewati sepeda motor Alex yang menghalanginya. Alex menahan tangan kecil itu.

"Naik sepeda motor gua."

"Lepasin atau saya teriak sekarang?"

"Ngel mana diri lu yang dulu? Oke sekarang anggep kita ga kenal lagi. Tapi tolong izinin gua buat nganter lu dulu. Lu cewek dan gua ga mau lu kenapa napa. Itu aja." Ucapnya.

"Jangan khawatir dengan saya lagi."

Tanpa basa basi Alex langsung. mengangkat tubuh mungil Angel dan menaikkan di jok motor. Raut Angel terlihat sangat marah namun gerakan Alex lebih cepat dibanding dirinya.

"Dimana rumah lo?"

"Saya ga punya rumah."

"Trus lo tinggal dimana?"

"Kos."

"Sama aja rumah bego." Angel tetap diam tanpa mendengarkan Alex.

"Besok sekolah gua jemput jangan berangkat duluan. Tunggu gua jemput. Paham?"

"Saya ga bakal bikin repot anda lagi."

"Saya ga terima penolakan." Ucap Alex.


Jangan lupa vote komennya yaaa

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang