lupakan

272 26 14
                                    


Pelajaran telah usai, para siswa memasukkan bukunya masing masing ke dalam tasnya. Disusul dengan suara bel, beberapa guru keluar dari kelas. Berbeda dengan para siswa yang masih sibuk dengan menghapus papan tulis dan menyapu lantai.

Di tiap sudut kelas juga mereka merapikan perpustakaan pribadi yang berada di depan seiring meneliti peminjaman hari ini. Pak Satpam juga tak lupa berjalan ke tiap-tiap kelas untuk mengunci pintu. Tukang kebun yang masih sibuk membersihkan halamannya dan membereskan sisa sisa daun layu yang berjatuhan.

Aletta berdiri, mengangkat tas sekolahnya di pundak. Sedikit terasa pegal karena ia membawa buku pelajaran yang sangat banyak belum lagi paket paket yang tebal setebal alis manurios yang dibawanya. Berbeda dengan teman sebangkunya, ia hanya membawa beberapa buku dan sejumblah bedak beserta liptin yang ada di tasnya tersusun rapi. Padahal sebelumnya ia tidak pernah membawa benda selain alat tulis dan kacamatanya. Kak Andre juga yang setiap hari menjemput Mila setelah pulang sekolah dan mengantarkannya pulang.

Jika melihat temannya ia jadi teringat Alex. Andai saja ia tidak pernah menumpahkan minuman, mungkin ia tidak akan mengalami luka seperti ini. Letta membenci pertemuan yang endingnya akan berpisah. Sudah sebulan ini ia tidak melihat Alex. Ia sadar meskipun    pertemuan itu hanya sebentar dan bersifat sementara namun itu semua sangat berharga baginya.

Berulang kali Aletta menjadi nyamuk diantara Mila dan Andre. Ia tidak pernah berjalan di samping Mila. Posisinya digantikan oleh prioritasnya. Aletta selalu berjalan di belakangnya. Ia hanya bisa membatin dan memutar bola matanya dengan malas. Sesekali Aletta berdecih karena sedikit kesal dengan perlakuan keduanya.

"Ck." Keduanya menoleh memperhatikan Aletta yang berdecih sambil menghentakkan kakinya.

"Lanjutin ae dah. Kalian berdua nyaman banget sampe sampe gue jadi nyamuk." Aletta memutar tubuhnya, membalikkan badannya dan melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelas.

Aletta duduk di depan kelasnya. Sekolah tampak sepi hanya tersisa angin angin rindu. Aletta menundukkan kepalanya sambil memainkan jari jarinya. Axel yang tidak sengaja berjalan melewati kelas Aletta akhirnya berhenti karena melihat Aletta. Ia menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Mungkin sedikit percakapan membuat suasana menjadi cair kembali.

"Let jangan nunggu Alex."

"Kenapa?"

"Lu tau kan perasaan seseorang bisa berubah kapanpun?" Aletta mengangguk.

"Kemungkinan besar Alex bisa berubah."

"Iya kak jangan khawatir." Aletta tersenyum, meskipun ia tau jika ia terpaksa dan jelas jika hatinya terasa lebih sakit sekarang.

"Cowok masih banyak Let, lo bakal dapet yang lebih baik dari Alex." Aletta hanya bisa diam. Ia kehabisan kata kata, hanya air mata yang ingin keluar sekarang.

Aletta mencoba melupakan semuanya tapi sampai saat ini ia masih ingat dengan cowok itu. Dirinya menganggap kehidupannya seakan drama hanya saja ia tidak tau ending yang akan terjadi.

"Kak Axel tapi Alex disana kabarnya baik baik aja kan?" Axel mengangguk.

"Kapan Alex balik ke Indonesia?"

"Liburan sekolah dia bakal balik kesini. Tapi gue cuma mau bilang apapun tang terjadi nanti lu harus bisa kuat. Lu jangan cengeng." Aletta mengangguk.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang