Memories

367 59 5
                                    

Kapan rindu ini bisa dibagi? Agar aku tidak berat berat membawa rindu ini.

Sinar Matahari mulai tampak. Aletta membuka matanya perlahan, melihat matanya sedikit sakit, mungkin karena banyaknya tangisan yang dikeluarkannya. Aletta coba menghampiri tenda Alex tetapi hanya tersisa tenda teman temannya beserta bungkus mie yang kemarin ia makan bersama.

Andre yang berada disana melihat Aletta melamun dan berdiri sambil melihat bungkus mie. Ia menghela nafas, melihat kelakuan Aletta yang melamun tanpa bergerak sedetik pun seperti patung.

"Let." Aletta masih diam di tempat, lalu berlanjut dengan tangisan.

"Hiks.. hiks.. gue belum siap buat semuanya. Gue kangen sama lo. Sebentar aja lo dateng buat hapus air mata gue. Alex!! Please lo dateng kesini! Gue kangen!" Andre mencoba menenangkan Aletta.

"Pergi dari sini! Gue maunya Alex bukan lo! Sana sama Mila."

"Gue dapet pesen dari Alex. Gue disuruh buat jagain lo."

"Ga perlu! Gue mau Alex yang jagain gue, bukan lo Andre hiks.. hiks." Andre mencoba menenangkan Aletta tetapi ia tetap menangis bahkan Andre bingung bagaimana cara membuat Aletta tidak menangis.

Tanpa aba aba dan berkata apapun Aletta mengambil bungkus mie itu lalu berlari kembali menuju tendanya. Ia mencuci mukanya dengan air mineral yang dibawanya.

Suara dari Pak Arif juga terdengar jelas, semua siswa mulai merapikan dan berkemas kemas. Sebagian dari mereka sudah ada yang berkumpul dan memasuki bis.

Bungkus mie yang dibawanya dimasukkan ke dalam tasnya. Ia mendapati sebuah ponsel Alex. Mungkin Alex sengaja meninggalkannya. Tapi apa alasannya?

Dengan penasaran ia menyalakan Hp Alex. Terlihat walpaper yang dipakai adalah fotonya. Selain walpaper, ia juga membuka galeri. Satu persatu foto dilihatnya, Alex hanya menyimpan foto bersamanya tanpa ada foto lain apapun. Letta mencoba membuka aplikasi note yang berada di Hp Alex.

● Aletta gue kangen lo meskipun gue orangnya ga pernah bisa serius. Dan akhirnya lo belum bisa percaya sama gue.

● Your mine, Aletta

● Lo itu beda makanya gue suka

● menyedihkan jika gue harus pergi jauh dari lo

● maaf Aletta

● maaf..

● gue nyesel dengan keputusan yang gue ambil

Gw janji ga akan ninggalin lo. Gw bakal berusaha.

Tungguin gw
Ale Ale

Tulisan itu membuatnya tak sadar jika air mata tiba tiba menetes.

"Lo Aletta kan?" Suara berat dari belakang tubuhnya itu tiba tiba muncul.

Sosok pria bertubuh tinggi dengan rahang yang kokoh tiba tiba datang dan menanyakan namaku. Aku mengangguk dan mengatakan iya.

"Gue Axel adeknya Alex. Gue disuruh nemenin lo dan jagain lo selama Alex ga ada."

"Alex cerita banyak tentang lo."

"Ga usah nangis, Alex bakal kembali buat lo. Gue juga berusaha jagain lo karena itu amanat dari Alex."

"Kak Axel, kapan rindu ini bisa dibagi? Biar gue ga ngerasain betapa beratnya rindu yang gue bawa."

"Alex rindu lo juga, lo berdua sama sama nanggung berat rindu."

"Ayo, bis udah mulai jalan. Lo duduk sama gue." Agatha yang sedari tadi mengintip pembicaraan mereka berdua tiba tiba datang dengan suara toa nya.

"AXEL!! CEPET BANGET LUPAIN GUA!"

"Kak Agatha, maaf." Aletta langsung menjaga jaraknya antara Axel dengan dirinya.

"Gue ga bermaksud.."

"Iya Let tenang. Axel aja yang bocah. Lo duduk sendiri bisa kan Let?" Tanya Agatha.

"Bisa kok kak."

"Agatha gue bukan bocah. Lo yang bocah." Ucap Axel.

"Lu!"

"Lu!" Axel menjitak kepala Agatha.

Agatha mendengus sebal dan berlari mengejar Axel untuk membalasnya.

"Sini bocah!!"

Aku yang melihat mereka berdua pun ikut iri. Mereka terlihat bahagia, setidaknya aku dulu pernah bahagia dengan Alex juga.

Tanpa memperdulikan mereka berdua, aku pergi meninggalkan mereka. Aku langsung menaiki bis dan duduk sendiri. Aku melirik tempat duduk sebelahku, aku menghela nafas lagi. Berusaha menahan air mataku untuk tidak keluar lagi.

****

Aletta sampai di depan pintu apartemennya. Menemukan selembar coklat di meja dan beberapa balon yang diikat di dekat sofa. Bersamaan dengan itu terdapat kertas yang menggulung di samping coklat.

Jaga diri ya pendek.
Makan yang banyak.
Gue sediain balon biar lo ga mewek terus.

-mantan lo-

Sampai kapan, entah kapan waktu itu akan berlalu. Kalau dipikir seakan berada di drama. Kita bertemu sebentar bahkan singkat. Gue ga bakal tau apa gue kuat nunggu selama yang ga pasti. Tapi selama berjalannya waktu gue harus bisa ikhlas dengan keputusannya. Karena itu jalannya, bahkan gue juga egois. Gue ga rela dia pergi padahal dia pergi juga karena mengejar mimpinya. Mulai sekarang gue harus kuat dan ikhlas.

Disimpannya coklat dan balonnya. Berniat untuk menyimpannya sampai ia bertemu dengannya lagi. Meskipun balon itu sudah kempes ia tetap menyimpannya juga di dalam kotak berbentuk persegi.

Ia mulai memasukkan Hp, coklat, foto, beserta balon yang sudah ia kempesi. Bahkan surat dan bungkus mie yang ia temukan itu juga dimasukkan kedalam kotak. Kotak tersebut akan disimpannya di lemarinya. Aletta berjanji akan membuka kenangan itu jika Alex kembali.

"See you with memories and thanks give me a amazing memories."

"Gue bakal fokus dengan sekolah dan cita cita gue lagi. Sukses disana ya Alex."

Ia menutup lemari kecilnya lalu menguncinya. Mungkin setelah ini ia akan meminta kepada kakaknya untuk membeli lemari baru. Aletta menghela nafasnya dan membuka jendela  kamarnya lalu berbaring sambil menatap langit langit kamarnya. Ia tersenyum lalu menangis lagi dengan heningnya apartemen yang ia tempati.

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang