12

14.1K 663 4
                                    

"Jadi lo mau aja gitu jadi pacar pura-puranya dia? Dan itu cuma buat manas-manasin si Cilla?," Gita masih bertanya dengan nada yang naik 2 oktaf.

Kalian bisa bayangkan? Gita yang biasanya kalo ngomong aja udah bisa bikin kuping budek, kali ini nadanya Ia naikan 2 oktaf? Apa setelah ini aku harus langsung ke dokter THT. Bersabarlah gendang telingaku tersayang.

Aku cuma mengangguk lemah. Ya, ini kulakukan agar Gita tidak menambah tinggi nada bicaranya (lagi).

"Lo bego atau bloon? Atau lo autis sih? Otak lo dimana sih Val? Ya ampun temen guee...."

"Val dari 193 negara, dan bermilyar orang didunia, kenapa harus Radit? Dan kenapa harus jadi pacar pura-pura sih? Whyyyyy??," lagi-lagi Gita berteriak.

"Git.. Please deh. Lo ngomong gitu ke gue, tapi lo ngga ngaca? Lo aja jomblo Git. JOM-BLO," ucapku.

Gita memutar matanya malas.

"Ya meskipun jomblo, tapi seenggaknya derajat gue lebih tinggi daripada lo, yang cuma jadi pacar pura-pura doang,"

Aku diam. Ingin rasanya menghentikan perdebatan ini.

"Terus lo mau gue kaya gimana?," tanyaku langsung.

Gita tampak berbinar.

"Kenapa lo gak coba cari cowok lain? Valen.. Cowo di sekolah kita banyak. Gak cuma Radit doang. Banyak yang lebih pinter, lebih ganteng, lebih tajir dari dia"

"Tapi gak ada yang punya paket lengkap kaya dia," ucapku yang kali ini membuat Gita diam.

Sepertinya Gita sedikit bingung akan membalas pertanyaanku barusan.

"Tapi pasti ada yang bakal mencintai lo tulus apa adanya. Gak kaya si Radit," balas Gita lagi.

Sepertinya ucapan Gita kali ini benar. Aku mengakui bahwa pernyataan Gita yang terakhir benar. Bahwa Radit tidak mencintaiku.

Gita terlihat mengambil sesuatu di dalam tasnya. Sebuah amplop bergambar hati yang retak kini sudah ada di tangan Gita.

Gita menyerahkan amplop itu padaku. Aku memberi isyarat yang menanyakan siapa pengirim dan ditujukan untuk siapa amplop itu. Gita menjawab dengan isyarat kepala yang mengarah padaku.

"Dimana lo dapetnya Git?,"

"Di meja lo, abis istirahat itu amplop udah ada disitu. Gue ga tau siapa pengirimnya. Gue juga belum buka sama sekali..," Gita menjelaskan.

Aku mengangguk-angguk. Ku bolak-balikan amplop itu. Mencari suatu informasi tentang si pengirim. Nihil. Tidak ada sesuatu yang mengarahkan siapa pengirim sebenarnya.

Ah sepertinya ada satu. Hati yang retak. Bukankah itu sama seperti amplop yang kudapatkan selang beberapa hari kabar jadianku dengan Radit tersebar. Apakah pengirimnya sama? Entahlah.

"Val.. Gue harap lo gak nyembunyiin sesuatu dari gue...," ucap Gita seolah mengancam.

Aku hanya tertawa.

"Arraseo.. Arraseo. Gue gak bakal sembunyiin sesuatu lagi dari lo..,"

"Satu lagi. Gak usah jadi drama queen gara-gara ketularan Tante yang suka nonton drama korea. Atau jangan-jangan lo sekarang udah ketularan virusnya..," ucapnya seolah ketakutan.

Aku lagi-lagi tertawa. Tidak menyadari dimana tempatku berada sekarang.

Ku buka amplop tersebut hati-hati. Takut jika ada sebuah petunjuk yang rusak hanya karena ketidakhati-hatianku. Gita pun mendekat ke arahku, mencoba mencari tahu apa isi amplop tersebut.

Haii..
Lo lagi sakit ya? Cepet sembuh ya :)
Sekolah sepi tanpa lo.
Cepet berangkat ya.

Gita memandang tajam ke arahku.

"Apaan?," tanyaku langsung.

"Apalagi ini?,"

"Gak apa-apa. Gue juga gak tahu siapa yang ngirim ini. Please deh Git, jangan kaya emak-emak yang takut anak perawannya diambil deh...," ucapku sambil mencolek lengannya.

"Duh.. Anakku sayang udah gede. Uluh.. Uluhh..," Gita mendekat ke arahku.

"Gita.. Gue masih waras. Masih doyan cowo. Jangan cium-cium gue..," teriakku sebelum Gita melakukan aksinya.

"Iya deh.. Iya..," ucapnya ngakak karena melihat ekspresiku yang ketakutan.

***

Mentari sudah hampir tenggelam. Gita masih menemaniku di kamar inap ini. Aku sudah berulang kali menyuruhnya pulang. Tapi Ia tetep kukuh untuk berada disini sampai Mamah atau orang rumah datang. Gita emang the best. Terbaeek. Jjang!!

Aku masih menimbang ingin menyampaikan hal ini atau tidak pada Gita. Sudah dari tadi aku menghitung jari hanya untuk menentukan 'ya' atau 'tidak'.

"Lo kenapa sih Val? Kaya anak sekolah yang frustasi gak nemu jawaban ujian tau ngga?," ucapnya lagi.

"Ye.. Lo kali yang kek gitu. Gue mah ngga...," ucapku yang membuat Gita langsung mengerucutkan bibir.

"Duh ileeh.. Mak gue. Jangan cemberut mak, anakmu belum dapet babeh ma..," bukannya tertawa, Gita malah tambah mengerucutkan bibirnya.

Aku memutar otak. Mencari cara agar Gita tidak lagi marah. Sebenarnya ada cara yang mudah, belikan saja dia makanan dijamin bibirnya akan langsung membentuk sudut senyuman. Tapi masalahnya sekarang keadaan gak memungkinkan.

"Git.. Gue mau cerita sesuatu, biar bener-bener gak ada yang gue tutup-tutupin dari lo..," ucapku pelan tetapi berhasil membuat perubahan sikap pada Gita.

Ia menoleh ke arahku. Tatapan matanya mengarah padaku.

"Sebenernya.. Ini bukan kali pertama gue dapet surat kaya gini..," ucapku terputus.

Gita semakin konsentrasi terhadap pembicaraan ini. Ia sudah tertarik mengetahui kelanjutan dari kata-kataku.

"Sehari setelah kabar gue jadian sama Radit kesebar.. Gue nemuin amplop yang sama di loker gue. Gue pikir ini surat cuma dari fansnya Radit yang patah hati. Tapi kok jadi gini ya..," ucapku yang ku akhiri dengan mendengus.

Gita mengangguk-angguk. Memahami maksud pembicaraanku.

"Jadi.. Maksud lo, ini bukan dari fansnya Radit yang patah hati? Tapi dari seseorang yang mungkin secret admirer dari lo..,"

Kalo ini aku yang mengangguk-angguk.

"Ahaaaa... Kalo gitu gue ada ide tentang permasalahan lo yang ini..," ucap Gita seperti mendapat emas berlian.

Aku hanya memberi isyarat ingin tahu.

"Gimana kalo kita cari siapa secret admirer lo. Berarti kalo secret admirer itu kan dia nge fans sama lo, tapi biasanya kalo nge fans itu mengarah ke perasaan suka. Dan menurut pengamatan gue, dari pesan yang dikirim, fans lo kan cowo. Jadiii...," Gita mengambil nafas.

"Jadi apa? Jangan bikin gue nunggu. Udah nunggu doi ga peka, nah ini nunggu jawaban lo..,"

"Jadi.. Kenapa lo, gak berusaha cari tau siapa secret admirer lo? Terus kenapa lo gak berusaha mencintai dia?,"

#TBC

MAGIC SHOP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang