42

11.3K 483 9
                                    

Kefas menungguku melanjutkan kalimatku.

"Lo itu, baik, pinter, tampan, penyayang. Intinya lo harapan dari hampir semua kriteria cewek buat milikin cowo kaya lo. Lo selalu ada buat gue. Terimakasih. Lo selalu buat gue senyum. Terimakasih. Lo selalu sabar sama gue. Terimakasih.  Lo selalu sayang sama gue. Terimakasih. Lo, ehm, cinta sama gue. Terimakasih. Gue beruntung udah dicintai, disayangi, diperhatikan oleh orang kaya lo. Gue beruntung punya sahabat kaya lo..,"

Kefas mendengarkan.

"Kalo gue disuruh bisa milih buat jatuh cinta, pasti gue bakal milih gue jatuh cinta sama lo,"

"Tapi sayang, pada akhirnya, kita gak bakal bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa. Kalo gue nulis soal kriteria cowo idaman gue, mungkin satu roll kertas kasir ukuran besar gak akan cukup. Dan kayaknya, setiap kriteria yang gue tulis bisa gue temuin di lo,"

"Hmm.. Seberapa banyakpun kriteria yang seseorang tulis tentang seorang idamannya, dan seberapa banyak kecocokannya..,"

"Semua itu akan kalah dengan rasa nyaman..,"

"Gue emang nyaman sama lo..,"

Sungguh. Aku mengatakan ini jujur.

"Tapi cuma sebagai sahabat. Gue belum merasakan nyaman lebih dari itu..,"

Sungguh. Aku tidak ada niatan untuk memberinya harapan palsu.

"Gue tau, lo bisa nunggu gue sampe gue bisa hanya menatap buat lo. Gue tau banget itu. Tapi..,"

"Kayanya untuk saat ini kita lebih nyaman sebagai sahabat. Gue takut..,"

"Kata orang, jangan pernah memiliki suatu hubungan spesial dengan sahabatmu. Karena jika nanti kamu putus, kamu gak bakal cuma kehilangan satu. Tapi dua. Sahabatmu dan kekasihmu," kalimat ini aku kutip dari quote Raditya Dika dengan penyesuaian bahasaku.

"Perihal kedepannya, apa gue bisa jatuh cinta sama lo, biar waktu yang ngejawab,"

Aku menarik nafas.

"I'm sorry to say that. Gue percaya lo paham betul maksud gue. Satu lagi, gue percaya, lo bakal bertemu orang baik. Karena lo orang baik,"

Ucapku pada akhirnya. Aku mengungkapkan semuanya. Klasik memang. Tapi tidak se-klasik 'kamu terlalu baik buat aku'. Meskipun tidak selamanya kalimat itu hanya alasan. Kadang memang ada keadaan dimana kalimat itu benar adanya.

"Its okay," kali ini Kefas ambil suara. Aku yang mendengar.

"Oh iya. Gue minta maaf..,"

"Gue pernah bilang buat menghilangkan semua rasa buat lo. Tapi nyatanya itu susah. Gue udah mencoba, but..,"

"Its okay. Gue tau kok. Gak papa kok. Yang penting saling ngerti. And then, gue berharap lo selalu ada buat gue,"

Aku terlalu serakah? Sepertinya 'iya'. Bahkan setelah aku memberikan penolakan, aku meminta sesuatu padanya. Ah, tapi kalian harus tahu posisiku. Bukankah kita selalu membutuhkan sahabat?.

"Gue selalu ada buat lo kok," ucapnya sambil tersenyum.

See? Kurang baik apa dia? Apa aku terlalu jahat? Sepertinya iya. Beruntunglah seseorang yang nanti akan berjodoh dengan Kefas.

"Terus lo gimana?,"

"Mau tetep nunggu Radit? Come on Val! Gue gak masalah lo gak mau sama gue. But, lo harus tetep bahagia! Gue gak mau liat lo sedih terus gara-gara cowo kaya gitu!,"

See? Bahkan pada saat dia tersakiti, dia lebih memikirkan diriku. Oh Tuhan, apa aku telah melakukan keputusan yang salah?.

"Gue gak tahu Fas. Gue gak tahu sama perasaan gue sekarang. Tapi senggaknya ada satu hal yang harus gue kasih tahu ke Radit. Setelah itu, entahlah. Gue gak tau," aku mengatakan ini sejujurnya. Aku benar-benar bingung dengan perasaanku saat ini. Sepertinya aku sudah melupakan Radit. Tapi ada satu hal yang harus aku sampaikan terlebih dahulu.

MAGIC SHOP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang