"Lo...," ucapanku terhenti karena dia memotong pembicaraanku.
"Mau yang mana? Coklat atau es krim coklat?,"
Aku berpikir sejenak. Aku suka keduanya. Tapi hanya ada satu pilihan.
Aku mengambil sebatang coklat yang ada di tangannya. Dia tersenyum.
"Makasih. Ngapain disini? Makanan lo kan belum abis tadi?,"
"Iya ya. Ngapain coba gue disini," ucapnya dengan blankface. Bisa dibayangkan ketika orang cerdas pasang blankface?.
"Makanan lo juga belum abis tadi kan. Nah lo ngapain disini?," tanya Kefas lagi.
"Mmm..," ucapku mencoba mencari alasan. Aku tidak mau terlihat lemah di depan dia.
"Gak usah cari alesan. Gue udah tau jawabannya dari gerak-gerik lo. Yuk ikut gue!," ajak Radit.
"Kemana? Ke kantin? Males ah. Gue udah kenyang kok,"
"Iya kenyang liat drama romantis menjijikan tadi? Udah deh. Yuk balik! Asam lambung lo bakal naik kalo gini..,"
Aku masih berpikir mencari alasan.
"Kan gue udah makan tadi. Ya dikit sih, tapi kan...,"
"Lo mau lanjutin makan atau gue bakal bilang ke tante kalo lo ga mau makan?,"
Aku segera mengerucutkan bibirku. Kalau sudah berurusan dengan mamah, aku akan kalah telak. Sama sekali tidak bisa melawan.
Aku berdiri dan mengambil langkah malas.
"Good girl..," ucap Kefas sambil mengelus pelan kepalaku, layaknya seorang ayah.
"Apaan siih..,"
Kami mengambil langkah berdampingan. Tapi tidak seperti orang pacaran. Sama sekali tidak. Bagaimana bisa aku membayangkan berpacaran dengan sahabatku sendiri?
"Masalah itu dihadapi bukan dihindari Val...," ucap Kefas pendek.
Aku hanya manggut-manggut. Membenarkan ucapan Kefas. Tapi aku terlalu malas untuk ambil suara.
"Jangan manggut-manggut mulu. Lo bukan boneka mobil,"
"Kok lo jadi evil gini sih ke gue?," rutukku.
Nada bicara kali ini memang tidak seperti biasanya. Lebih terkesan ketus untuk seorang Kefas yang ramah, baik hati, suka menolong, dan jomblo. Haha.
Kefas merubah raut mukanya. Ia kembali pada raut kebingungan. Wajahnya sangat lucu.
"Emang nada bicara gue gitu ya?,"
Aku mengangguk. Ingin mengetahui respon Kefas selanjutnya.
"Ya ampun. Sorry deh Val. Gue gak ada niatan buat ketus sama lo kok,"
Hmm.. Selalu sama responnya. Selalu seperti ini. Dan hal ini yang membuatku semakin bingung kenapa dia betah ngejomblo sampai saat ini. Pilihannya antara dia yang terlalu pemilih atau ga ada yang mau sama dia.
"Gak gue maafin..," ucapku ketus.
Boleh kali ya sekali-kali gitu sama sahabat sendiri? Kapan lagi coba bisa jailin orang pinter."Yaah.. Kok gitu sih. Serius deh gue minta maaf. Belum ada sebulan baikan, masa udah marahan lagi,"
"Terus lo pikir setelah lebih dari sebulan kita bisa marahan lagi?," tanyaku ketus. Lebih ketus dari sebelumnya.
"Duh.. Gue salah ngomong..," ucap Kefas lirih. Sangat lirih. Tapi sayangnya aku masih bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...