Sore ini aku dan Gita sudah memiliki janji bersama untuk bersepeda santai mengelilingi taman terluas di kota. Aku sudah siap dengan sepedaku. Begitu juga dengan Gita.
"Eh Git, nanti katanya Kefas mau nyusul. Tapi nanti...,"
"Sip lah, bisa diatur,"
Kami mulai mengayuh sepeda kami perlahan. Menikmati sejuknya sore ditemani pohon rindang dan sapuan lembut angin sore. Melupakan sejenak soal tugas dan tetek bengeknya.
"Val.. Abis lulus mau nerusin kemana?,"
Aku mengendikkan bahu. Rasanya sampai saat ini aku belum menemukan kepastian tujuanku. Aku masih terombang-ambing.
"Lo?,"
Seketika itu juga, untaian cerita mengalir dari bibir Gita beserta impiannya. Ia berencana akan melanjutkan kuliah di bidang seni, terutama musik.
Apa aku belum pernah bercerita? Gita merupakan siswa multi-talent untuk bidang seni. Hampir semua alat musik bisa Ia mainkan. Jika aku pernah bercerita soal suaranya yang suka mengganggu pendengaran, sepertinya itu harus kujelaskan lebih lagi. Suara Gita memang memiliki nada tinggi yang luar biasa. Memang terkadang sedikit mengganggu jika dikeluarkan untuk obrolan sehari-hari, tapi jika dia sudah bernyanyi. Kalian bisa ternganga dibuatnya. Jangan lupakan tentang kemampuan menarinya. Mulai dari tradisional hingga modern. Terakhir kali, Ia sering meng-cover dance group Korea yang sedang hitz. Bahkan dari ceritanya, Ia pernah lulus audisi agensi Korea, ya meskipun hanya sampai tahap di Indonesia saja. Alasannya? Bukan karena wajahnya kurang mendukung. Kulitnya putih, Matanya tidak terlalu sipit, tinggi semampai, dengan tubuh yang proporsional. Apa bakatnya kurang? Bahkan juri-juri yang asli Korea mengagumi bakat alami Gita. Alasannya simpel dan tidak bisa ditolak. Orangtua Gita tidak merestui. Jika sudah menyangkut orangtua, Gita tidak bisa berkata apa-apa.
"Wah, calon artis nih..," ucapku.
Ia hanya nyengir kuda.
"Sejujurnya gue gak terlalu suka panggilan itu,"
"Terus lo mau dipanggil apa?,"
"Seniman kayanya oke. Hahaa,"
Ia tertawa.
"Lo yakin, belum nentuin pilihan Val? Lo gak mau jadi dokter?,"
"Hmm.. Gue gak tau. Gue bingung,"
"Lakuin aja apa yang lo suka,"
Aku manggut-manggut. Kami melanjutkan perjalanan. Dibarengi dengan cerita konyol yang selalu mengalir dari Gita. Dan kurespon dengan tawa terbahak.
"Git.. Duduk dulu yuk! Cape nih!," ucapku setelah kami menyelesaikan 5 putaran. Gita menyetujuinya.
Ia mengambil 2 botol mineral yang ada di keranjangnya. Memberikan satu untukku.
"Mana Kefas?,"
Aku mengendikkan bahu.
"Hai," suara menginterupsi. Sepertinya Kefas baru saja datang.
"Abis ngapain lo? Lama banget?," tanya Gita.
"Biasa, mama minta tolong," aku manggut-manggut.
"Fas, abis lulus lo mau lanjutin kemana?," tanyaku.
Aku memang jarang membahas soal ini dengan Kefas.
"Gue belum tentuin kampus. Tapi gue udah tentuin jurusan yang bakal gue ambil,"
"Apa?," tanya Gita.
"Secret,"
"Main rahasiaan. Kaya anak kecil!," cibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...