Syukurlah. Hari ini hari Minggu. Setidaknya ada jeda diantara materi yang sudah menumpuk dan jadwal yang padat. Bagaimana tidak? Sebentar lagi sudah kenaikan kelas menuju tingkat akhir menengah atas. Waah.. Jika seperti ini aku merasa sudah tua.
Hari ini aku sudah janji dengan Kefas untuk belajar bersama. Tidak. Tidak. Bukan belajar bersama sepertinya. Dia yang mengajarku. Aku yang menjadi murid dadakannya.
"Ma.. Hari ini Valen mau ke tempatnya Kefas. Mau tutor sebaya," ucapku sambil mencomot roti isi yang sudah dihidangkan di meja makan.
"Nah gitu dong. Tambah rajin belajar, kan udah mau jadi sesepuh di sekolah..," ucap Mama.
Aku hanya mendengus menanggapi ucapan Mama. Mbak Santi yang mendengar ikut urun suara ketawa.
"Mbak Santiiii...," teriakku.
"Kenapa?," ucapnya polos.
"Tau ah. Valen ngambek sama Mba Santi,"
Kali ini Mama yang tertawa.
"Dek, kamu tuh udah gede. Jangan apa-apa ngambek dong..," imbuh Mama.
"Iya deh iya. Sebahagia Mama deh,"
"Mama bahagia kalo liat kamu bahagia kok," ucap Mama.
Aku berjalan ke arah Mama. Mengecup pipinya singkat. Mencium punggung tangannya. Dan berpamitan untuk berangkat.
***
Aku baru saja sampai setelah diantar Pak Mamat. Tau kan alasannya? Mama masih belum mengizinkanku untuk membawa mobil sendiri. Entahlah, mungkin karena usiaku belum genap 17. Ah, bahkan adik kelasku saja yang usianya jauh lebih muda dariku sudah membawa mobil ke sekolah.
Aku memencet bel yang ada di samping pintu utama rumah Kefas. Sebenarnya bisa saja jika aku langsung nyelonong masuk. Toh biasanya juga seperti itu. Tapi aku berharap kebiasaan itu sedikit bisa berubah. Bukankah itu bisa dianggap tidak sopan?
Tidak lama, Mama Kefas membukakan pintu untukku disertai senyum tentunya.
"Eh ada Valen, kok gak langsung masuk aja?,"
Aku hanya tersenyum kikuk.
"Yuk masuk! Kefas dikamarnya," ucap Tante Nila, Mama Kefas.
Aku hanya menebak-nebak. Bagaimana bisa orang seperti Kefas masih berada di kamarnya jam segini? Entahlah. Harusnya aku tidak memikirkan soal itu. Ada banyak materi dan soal yang harus lebih ku perhatikan dan kupikirkan. Hidrokarbon Kimia, Logaritma Matematika, Hukum Fisika, Klasifikasi makhluk hidup misalnya. Ah itu hanya sebagian kecil.
Kesan pertama saat masuk kamar Kefas adalah bersih, rapi, wangi. Jauh berbeda dari pandangan soal kamar laki-laki lainnya. Apalagi dari kamar kakakku.
Tapi tunggu. Kenapa Kefas masih berada di kasurnya? Ditambah selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Ada apa ini?.
"Fas.. Ada Valen nih..," ucap Tante Nila lembut. Jauh dari Kefas yang juga lembut. Tante Nila jauh lebih lembut.
"Mmh.. Iya Mah...," ucap Kefas dengan suara serak.
"Ya udah, sekarang buka matanya. Kasian nih Valen udah nunggu lama..,"
Kefas membuka matanya perlahan. Mengarahkan wajahnya ke arahku.
Apa yang terjadi dengannya. Wajahnya pucat. Kantung mata terlihat jelas sekali dimatanya. Apa dia habis begadang?
"Ya udah Tante tinggal dulu ya..,"
Aku mengangguk, lalu mengambil kursi yang ada di dekat jendela dan mengarahkannya di samping kasur Kefas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Fiksi Remaja"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...