24

12.1K 600 11
                                    

Sinar mentari menembus korden kamarku.  Aku sudah terjaga sejak adzan Subuh berkumandang.  Setelah shalat tadi aku kembali membaringkan tubuhku di kasur empuk ini.

Rasanya aku ingin tenggelam diantara lipatan busa ini. Hingga orang-orang tak ada yang bisa melihat dan mencaciku. Tapi lagi-lagi kalimat 'masalah itu dihadapi jangan dihindari,  nanti gak bakal selesai' selalu menggaung di telinga dan pikiranku. 

Ponselku berdering pendek.  2 pesan masuk. 

From: tidak dikenal dan tidak mau mengenal

Kamu punya masalah besar,  tapi kamu punya Tuhan yang lebih besar.  Jadi bersabarlah.

Dan pesan berikutnya dari Gita yang mengabarkan dia akan datang hari ini.  Setelah itu ku kembalikan ponselku ke atas nakas. 

Kakiku masih terasa nyeri.  Mama memang menyuruhku untuk ke klinik temannya, tapi aku malas sekali untuk pergi.  Jangankan pergi,  untuk bangun dari kasur saja aku malas. 

Schedule hari ini? Tidak ada.  Mungkin hanya bermalas-malasan di kamar. Aku benar-benar tidak ingin keluar kamar.  Aku tidak jogging pagi.  Aku tidak ikut Mama merawat tanamannya.  Aku tidak menjahili Mbak Santi yang masak.  Aku hanya ingin menenangkan diri.  Aku harusnya bersyukur karena semalam Mama tidak memberondongku dengan pertanyaan alasanku menangis. Mama hanya menanyakan keadaanku. Dan sepertinya, aku harus bersiap dengan segala pertanyaan yang akan Mama tanyakan.

"Dek, udah bangun kan?," tanya Mama sambil mengetuk pintu.

Aku mengangguk yang nampaknya sia-sia karena Mama tidak melihat isyaratku. 

"Udah Ma,  masuk aja.  Pintunya gak dikunci kok,"

Mama masuk dengan sebuah nampan berisi nasi goreng dan segelas air putih.  Sepertinya Mama mengerti keinginanku untuk tidak keluar kamar. 

"Makan dulu ya. Mau mama suapin?"

Aku mengangguk. Sungguh,  aku rindu masa kecilku. 

Suapan pertama. Mama menceritakan tentang saat mama mengandungku. Tentang bahagianya Mama.

Suapan kedua. Masih sama tema ceritanya.  Mama bercerita tentang keinginan anehnya saat mengandungku.

Suapan ketiga.  Menceritakan tentang masa kecilku.

Dan suapan berikutnya cerita lucu masa kecilku mengalir begitu saja. 

"Gak kerasa ya dek,  kamu udah gede?  Mama ngerasa jadi tambah tua"

"Ye..  Mama emang tua kali.  Mama aja yang suka ngerasa sok muda," ucapku menyembunyikan kesedihanku.

"Tapi meskipun Mama udah tua dan kamu udah gede, kamu tetep jadi putri kecil Mama yang selalu Mama sayang.  Mama selalu berusaha jadi yang terbaik buat kamu.  Mama berusaha selalu ada di setiap momen sama kamu.  Mama selalu berusaha jadi temen main kamu.  Mama selalu berusaha jadi temen curhat kamu..," entah mengapa setiap Mama bicara seperti ini air mataku mengalir begitu saja. 
"Mama tau,  mama mungkin bukan seorang mama terbaik di dunia.  Mama sibuk sama dunia Mama.  Papa sibuk dengan dunia Papa.  Tapi kami selalu berusaha ada buat kamu.  Jadi kamu ngga usah takut atau malu buat cerita tentang semuanya ke Mama sama Papa.  Mama sama Papa bener-bener gak mau kehilangan momen sama kamu..,"

Air mataku tambah mengalir deras.  Tak terkendali.

"Mama gak maksa kamu buat cerita semuanya. Tapi Mama harap kamu gak lupa,  kalo Mama juga siap jadi tempat cerita kamu"

Aku menghambur masuk dalam pelukan Mama.  Aku rindu Mama.  Entah mengapa rindu itu datang begitu saja. 

Aku yakin Mama pasti merasa ada yang tidak beres padaku.  Karena aku tahu kontak batin antara aku dan Mama sangat kuat.

Mama mengusap pundakku.  Menyerahkan segelas air putih untuk membasahi kerongkonganku. 
"Udah jangan nangis.  Anak mama jadi kaya dakocan"

"Ya Mamah. Baru acara tangis-tangisan. Masa iya mau langsung ketawa"

Mama tertawa renyah.

"Ma..  Valen bingung mau cerita darimana.."

"Terserah kamu. Mama bakal siap dengerin cerita kamu kok"

Aku tersenyum. Menarik napas lalu membuangnya perlahan.  Kata demi kata mengalir begitu saja. Mulai dari surat Radit yang dititipkan pada adik kelas sampai kejadian tadi malam.  Mama sama sekali belum membuka suara.  Beliau masih setia mendengarkan ocehanku. 

Beliau tersenyum. Senyum yang cantik. 

"Dek,  kamu punya masalah besar. Tapi,  kamu punya Tuhan yang lebih besar kan? Kamu sedang diuji untuk kenaikan derajat yang lebih baik"

Aku mengangguk. Quotes yang sama seperti tadi pagi. Mama punya sejuta quotes yang menenangkan hati. Mama, pinjami aku hatimu.

Setelah semua melodrama selesai, Mama keluar untuk mengembalikan nampan dan piring tempat sarapanku. 

"Holaaaaa," sebuah suara menggema. 

Siapa lagi kalau bukan Gita.

"Ngapain lo pagi-pagi kesini?," ucapku jutek.

"Mau nengokin partner kejombloan gue lah"

"Yee.  Jomblo pake ngajak-ngajak.  Dipikir bisnis MLM?"

"Duh,  gue kayanya salah kesini deh.  Gue pikir lo masih nangis bombay.  Ternyata lo udah nyaingin kang sule aja"

"Iya lah.  Siapa tau bisa sama anaknya"

"Ngarep lo,  jomblo ngenes!".

Kami tertawa.  Ini yang aku suka dari Gita.  Dia tidak pernah sok jaim didepanku.  Ia apa adanya.  Kadang dengan lawakan garingnya itu aku tertawa. 

"Gimana kaki lo?,"

"Jadi lo kesini cuma buat nengok kaki gue?"

"Ampun deh temen gue ini.  Bapernya gak ketulungan.  Gue kesini mau nengok Valendra beserta jiwa dan raganya.  Puas lo?"

Aku tertawa.  Akhirnya berhasil juga membuat Gita jengkel. 

"Be better"

"Terus kalo hati lo?"

Aku terdiam.  Aku bingung harus menjawab bagaimana.  Belum terlalu baik.  Juga tidak terlalu buruk. 

"Sorry Val..,"

Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Terus abis gue pergi dari pesta apa yang terjadi?,"

"Lo yakin mau tau?"

Aku mengangguk.

"Setelah itu Kefas maju ke panggung,  terus dia marah gitu ke Radit.  Gue gak terlalu inget apa yang terjadi. Intinya Kefas marah banget sama Radit.  Gue aja sampe takut. Gue pikir dia orangnya kalem,  eh ternyata segitunya banget kalo marah".

Aku menatap kosong.  Kenapa Kefas harus seperti itu?.  Bukankah yang kulakukan padanya sudah sangat kejam?  Kenapa Ia terlalu baik?.

"Seneng ya jadi lo, punya sahabat kaya Kefas yang baik banget,"

"Lo kenapa gak baikan aja sama dia sih?,"

"Gue bingung harus memulainya kaya gimana Git.  Gue bingung sama dia,  kok dia masih baik ke gue, padahal gue udah jahat banget sama dia..,"

"Lo ngga usah bingung memulai.  Karena gue yang bakal memulai persahabatan kita lagi..," ucap seseorang lain. 

Sontak aku dan Gita melirik ke pintu kamarku.  Kefas sudah ada disana.  Entah sejak kapan.

#TBC
Haihaaaii..
Jumpa lagiii...
Jangan bosen bosen ya..
Jangan lupa juga tap 🌟
Have a nice day 🎨
See you sweetheart 💝

MAGIC SHOP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang