Aku masih menatap Radit. Sama sekali belum menjawab pertanyaannya.
Radit berdeham.
"Eh.. Gu.. Gue gapapa kok. Thanks ya...," ucapku.
Radit tidak menjawab. Wajahnya kembali datar.
Oh Tuhan.. Kenapa aku bisa jatuh hati sama cowo kaya gini. Masih untung kalo perasaan ini berbalas. Lah ini? Boro-boro berbalas, dia tahu aja syukur.
Kalo dari muka sih ya lumayan. Tapi sikap dan ekspresinya nol besar. Apa hati dan otakku ada sesuatu yang tidak beres?
"Gue anter ke UKS yuk. Biar perawat sekolah ngecek tangan lo..," ucapnya lagi.
Mungkin hal seperti ini yang bikin aku jatuh hati sama Radit.
"Ngga usah. Gue gapapa kok. Sekali lagi thanks ya..,"
Radit menganggukan kepala. Lalu Ia pergi meninggalkanku begitu saja. Sekali lagi. Me-ning-gal-kan-ku. Please deh. Dia gak tau kamus cewe apa?. Kan bisa bujuk gue sekali lagi biar gue mau. Aaarghhh.
***
"Ya ampuun.. Tangan lo kok merah banget sih Val?," Gita lebay.
Aku menarik lenganku yang sedang diperhatikannya. Ku pasang muka sejutek mungkin.
"Lo kenapa sih Val? Gue punya salah sama lo? Gue minta maaf deh. Tapi emang gue salah apaan? Perasaan gue tadi gak ngapa-ngapain lo kan? Bahkan tadi pagi aja lo masih senyam-senyum jijay ke gue,".
Aku mendengus. Kebiasaan Gita yang satu ini memang tidak pernah hilang. Bertanya seperti reporter.
"Val.. Jawab dong. Gue kan gak bisa diginiin. Sama lo aja gue diginiin, apalagi sama doi. Hikss.. Malangnya nasih gue..,"
"Ngga usah drama deh..," ucapku ketus.
"Yah.. Jangan jutek dong. Emang lo mau jadi jomblo seumur hidup?," tanyanya belum mau menyerah.
Aku bergidik. Membayangkan jadi jomblo seumur hidup? Oh.. Ini gak boleh sampai terjadi.
"Ini semua gara-gara lo gak dateng pas gue teriak tadi".
Gita terbengong.
"Kapan lo teriak?," tanyanya polos.
Aku mendengus.
Malas mendengar pertanyaan dari Gita, kujelaskan saja semuanya. Mulai dari siapa si pengirim surat itu sampai Radit yang datang menolongku.
"Yaa maaf deh Val. Tadi gue kebelet pipis banget. Daripada ngompol kan malu-maluin. Yang ada ntar tambah gak ada yang mau sama gue," drama lagi.
Aku hanya manggut-manggut. Malas berbicara lagi. Bahkan Gita yang sepertinya kepo tentang siapa si pengirim surat pun sepertinya mengurungkan niatan untuk bertanya.
***
Suasana sekolah sudah cukup sepi. Hari ini aku tidak pulang bersama Radit. Dia bilang hari ini akan pergi bersama Cilla. Cilla lagi. Cilla terus. Gitu aja deh sampe perasaanku berbalas. Aamiin.
Aku masih duduk di taman sekolah bersama Gita. Menemaninya sampai mobil jemputannya datang.
"Jadi si pengirim surat itu...," Gita membuka pembicaraan.
Jujur aku malas membahas tentang hal ini lagi. Tapi wajah Gita yang lucu saat penasaran ditambah dengan kemarahannya yang bisa meluluhlantahkan pendengaranku membuatku kembali berpikir ulang.
"Kefas," ucapku singkat.Gita mengangguk-angguk.
Aku memberi isyarat agar dia tidak membahas perihal Kefas atau segala sesuatu tentang Kefas. Tapi entah bagaimana, sepertinya Gita tidak peka dengan kode yang kuberikan.
"Jadi dia siapanya lo?,"
Aku mendengus.
"Dia? Dia itu... Ah susah deh jelasinnya. Pokoknya gue gak mau deket-deket sama dia..," ucapku lagi.
Gita diam. Ia mengerti dengan ancamanku jika dilanggar.
Otakku memutar ingatan tentang Kefas. Tentang awal kehadirannya dalam kehidupanku. Bagaimana dia membuat semuanya berubah secara singkat.
"Val.. Gue pulang duluan ya. Tuh udah dijemput," ucapnya riang sambil cipika-cipiki ke arahku.
Gita berlari cepat meninggalkanku. Untung saja dia lari. Jika tidak, sepertinya dia harus segera ke dokter THT karena aku akan berteriak ke arahnya dengan sangat amat luar biasa keras.
Bibirku mengerucut mengeluarkan sumpah serapah untuk Gita. Bagaimana tidak? Dia dengan seenaknya meninggalkanku, seperti.. Ya seperti seseorang yang benar-benar tak ingin ku temui.
Aku baru saja menapakkan kakiku ke paving. Sudah ku putuskan kalau kali ini aku pulang naik taksi saja. Ku pikir masih ada taksi di jam yang cukup sibuk bagi orang kantor untuk pulang ke rumah masing-masing.
Kalau kalian tanya kenapa aku tidak minta jemput kepada Mamahku, jawabannya hari ini Mama ada operasi yang tidak bisa ditinggalkan. Kalau muncul pertanyaan selanjutnya kenapa gak dijemput supir? Jawabannya supir rumah lagi pulkam. Kalau muncul pertanyaan ketiga, kenapa gak diantar Radit. Kalian tau sendiri lah jawabannya.
Sialnya 1 jam sudah berlalu dan taksi yang daritadi lewat di jalan ini penuh semua. Mimpi apa semalem coba? Kok apes gini si?.
"Hai.. Kok belum pulang," sebuah suara menginterupsi.
Aku sedikit merinding. Tidak berani menatap sumber suara. Mulutku berkomat-kamit mengucap doa.
"Jangan takut dong. Ini gue Kefas,"
Kenapa harus dia lagi sih? Kenapa gak Radit aja?
"Mau ngapain lo kesini?," ucapku ketus.
"Mau nganter lo pulang"
Aku diam. Tidak menjawab. Hatiku benar-benar bimbang. Jika aku tidak pulang dengan dia, masa iya mau bermalam di halte sekolah. Kan gak lucu.
"Ngga usah. Makasih. Ntar gue dijemput", aku bersuara masih dengan nada ketus.
"Dijemput siapa? Radit? Bukannya dia tadi nganter Queen sekolah ya? Siapa namanya? Chil? Siapa? Chili? Pokoknya yang mirip sama merk susu deh"
Aku masih diam. Aku sudah berpikir. Dan keputusanku adalah aku akan kabur dari sini.
Aku diam. Berpikir mulai mengambil ancang-ancang untuk berlari meninggalkan Kefas.
1... Tanganku bertambah dingin.
2... Jantungku berderu lebih cepat.
3....
Kenapa rasanya sulit sekali untuk berbalik? Kenapa sangat sulit untuk kabur dari Kefas? Kenapa?
"Lo nggak bisa kabur dari gue Val..," ucapnya sambil mencengkeram pergelangan tanganku. Matanya menatap tajam.
#TBC
Ps: Hai semuaaanyaaa... Gimana kabar? Sehat kan? Aku bener-bener minta maaf banget ya. Tiba-tiba nongol gini dengan seenak jidat nambahin Kefas di permasalahan cinta Radit dan Valen yang sangat pelik. Semoga masih setia menanti cerita ini kaya menanti doi dateng ya. 😂😂.
Semoga ke depan lebih sering update meskipun ditengah laporan, tugas, presentasi, dan praktikum. Doain ya, Selasa besok mau ada UTS nih.
Btw, kalian pengen moment siapa nih? Kefas-Valen? Atau Radit-Valen? Komen kalian ngaruh buat jalan cerita ini loh. Semoga ngaruh juga sama cerita cinta kamu sama doi 😇
See you 😘
Have a nice day 🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...