"Gue.. udah ga suka sama lo," ucapku.
Akhirnya kalimat itu lolos dari bibirku. Terimakasih organ tubuhku sudah mau bekerja sama satu sama lain.
"Oh gitu. Akhirnya lo bisa move on dari gue," ucapnya.
Entah mengapa tiba-tiba suasana menjadi canggung.
Suara Tante Mira memecahkan kecanggungan diantara kami. Syukurlah. Terimakasih Tante Mira.
"Yuk makan dulu..,"
Radit pergi begitu saja setelah Tante Mira mengeluarkan ajakan tersebut. Apa ada yang salah dengan dia? Kenapa saat Mamanya mengajak malah ditinggal pergi?.
Tante Mira langsung menggamit denganku dan membawa ke sebuah ruangan santai. Ini hanya bincang-bincang biasa diselingi ngemil.
"Maafin tingkah Radit ya..,"
Aku mengangguk.
"Tan.. kalo Valen bawa ini ke tempat Radit gimana?,"
"Gapapa. Datengin aja dia. Dia sudah terlalu sering kesepian..,"
Aku bingung mendengar jawaban Tante Mira. Tidak paham dengan maksud ucapannya barusan. Setelah membawa nampan beserta camilan kecil, aku menuju tempat Radit berada.
Aku mengetuk pelan pintu ruangan tempat Radit berada. Sepertinya ini kamarnya.
Tepat saat ketukan ketiga pintu terbuka sedikit. Radit masih tetap ditempatnya. Tidak ada isyarat mempersilahkan masuk untukku. Tapi entah mendapat keberanian darimana aku melangkah perlahan.
"Siapa yang nyuruh masuk?,"
"Ngga ada.."
Aku mulai berjalan memasuki kamar Radit. Entah keberanian darimana hingga aku berani melakukan ini.
Dia diam. Tidak melarang aku untuk melangkah lebih jauh.
"Ke depan yuk Dit, Tante Mira udah masak," ucapku sambil berdiri menghadap ke arahnya yang asyik dengan sebuah buku.
"Dia masak buat lo. Bukan buat gue!,"
Kenapa sikapnya tiba-tiba berubah begini?.
"Ya kali masa gue makan sendiri, kan lo yang punya rumah,"
"Makan aja sama dia!,"
Heol. Bahkan dia tidak mau menyebut Tante Mira dengan panggilan 'Mama'.
"Oke. Gue bakal makan sama Tante Mira dan gue pastiin gue gak mau ketemu dan main sama lo lagi!,"
Bodoh. Masa iya dengan ancaman seperti itu Radio akan berganti haluan. Bahkan dia tidak ada rasa padaku bukan?
"Siapa juga yang mau ketemu sama lo lagi,"ucapnya dingin.
Aku segera melangkah keluar mencari keberadaan Tante Mira. Setidaknya aku mencicipi beberapa kue dan makanan yang dibuatnya, setelah itu aku bisa pulang dari tempat ini.
Kami hanya membahas beberapa hal saja. Sesekali Tante Mira menceritakan kisah masa kecil Radit yang sejujurnya tidak ingin kuketahui.
"Ya udah Tan, Valen pamit dulu, udah sore juga..,"
"Yah, padahal Tante seneng banget ada temen cerita. Kapan-kapan kita keluar bareng ya..,"
Aku mengangguk. Tante Mira adalah tipikal orang yang asyik dan nyambung diajak ngobrol. Bisa saja nanti aku memiliki rencana untuk keluar bersama Tante Mira dan Mama. Bisa bukan?
-
Sejak tadi ponselku berdering. Nama Radit tertera di layar ponsel. Aku benar-benar menepati ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...