27

11.3K 518 3
                                    

Gita sepertinya ingin ambil suara, tapi kutahan lengannya.  Gita yang melihatku akhirnya menatap tajam.

"Tempat yang lain penuh ya?," tanya Kefas.

Radit mengalihkan pandangannya memutari kantin.  Dan..  Naasnya keadaan kantin memang sudah berbalik.  Kini semua meja sudah terisi. 

"Ya udah duduk aja.  Toh masih ada kursi..," ucapku.

Kefas dan Gita memandangku cemas.  Aku tau apa yang mereka pikirkan.  Bahkan aku sendiri saja bingung,  bagaimana bisa aku mengucapkan seperti itu. 

"Gak papa..," bisikku pada akhirnya. 

Suasana menjadi canggung.  Sangat canggung malah.  Radit asyik dengan Cilla.  Sedang kami bertiga hanya sebagai penonton.  Meskipun sesekali baik Kefas maupun Gita membuka pembicaraan.  Tapi aku?  Aku masih saja asyik memandangi drama dari pasangan terbaru sekolah. 

Kegiatan yang Radit dan Cilla lakukan cukup romantis. Tidak terlihat jika kisah cinta mereka seperti sebelah pihak.  Tapi.. Apa saat itu aku salah dengar?.

Tidak..  Sepertinya aku saat itu dalam kondisi sadar,  dan aku mendengar bahwa, ah sudahlah.  Itu menyakitkan untuk Radit.  Dan aku tidak mau melihat Radit sedih. 

Sendok milik Radit mengulur ke arah mulut Cilla. Sepertinya Ia ingin menyuapi Cilla.  Ah apa yang mataku lakukan.  Kenapa tetap terpaku pada kegiatan mereka? Bukankah seharusnya aku mengalihkan pandanganku?  Bukankah luka di hatiku belum sepenuhnya pulih? Bahkan masih menganga sangat lebar. 

Sebuah suapan diiringi senyuman masuk ke mulut Cilla.  Radit terlihat bahagia sekali.  Cilla pun sepertinya begitu.  Mereka seperti pasangan yang serasi.  Tangan Radit kembali diletakkan pada pundak Cilla. 

Cukup sudah.  Sepertinya hatiku belum kuat untuk melihat adegan romantis selanjutnya dari kedua pasangan ini.  Mungkin jika dipaksakan, yang ada luka dihatiku akan semakin lebar. 

"Gue ke belakang dulu ya..," bisikku pada Gita.

Gita sepertinya tahu apa yang terjadi padaku.  Aku bahkan mendengar ucapannya yang menyindir keberadaan Radit dan Cilla. 

"Please deh,  ini tempat umum.  Gak usah gitu juga kali..," ucap Gita dengan nadanya sendiri. 

Sudahlah.  Sepertinya saat ini yang aku butuhkan adalah pergi dari sini dan menyendiri.

Disinilah aku sekarang. Tidak mungkin aku berada dikamar mandi wanita. Aku yakin akan tetap ada bisikan dan tatapan yang tidak aku inginkan.  Tidak juga di rooftop,  sepertinya akses kesana sedang di tutup.  Ke kelas?  Itu sepertinya bukan pilihan yang baik.

Ya,  aku di UKS.  Bukan.  Bukan karena aku sakit.  Setidaknya untuk saat ini,  ini adalah tempat terbaik.  Jika ada orang bertanya mengapa aku disini padahal aku tidak sakit, ah sebenarnya aku sakit,  ya sakit batin, aku bisa menjawab,  mengapa tidak boleh,  aku perawat sekolah bukan?

Aku mengambil posisi di ruang obat.  Setidaknya jika aku disana, tidak terlalu banyak orang yang melihat dan akupun bisa menyalurkan suara hatiku. 

"Mengapa Radit seperti itu padaku?,"

"Mengapa Radit terlalu jahat padaku?,"

"Mengapa Radit memanfaatkanku?,"

Atau sebaiknya aku ganti pertanyaanku?

"Mengapa aku mau dijahati oleh Radit?,"

"Mengapa aku mau dimanfaatkan oleh Radit?,"

"Mengapa aku memberikan hatiku pada Radit yang jelas-jelas tidak menyukaiku bahkan sedikitpun?,"

Air mataku menetes begitu saja.  Aku tidak membendungnya. Kubiarkan air mata itu mengalir.
Menangis memang tak menghentikan masalah. Tapi setidaknya bisa sedikit meringankan beban yang menumpuk di hati.

Ponselku berdering pendek.  Di layar tertera nama 'tidak kenal dan tidak mau mengenal'. Valen bodoh.  Aku bahkan belum mengganti nama kontak Kefas. 

From: tidak kenal dan tidak mau mengenal

Lo dimana?  Lo gak papa kan?

Segera saja ku ketikkan balasan.  Aku tidak ingin mereka khawatir tentang keadaanku.

Aku kembali menata obat-obat yang sedikit berserakan.  Mungkin beberapa anak terburu-buru dalam mengambil obat sehingga mereka tidak sempat untuk membereskan. Setidaknya dengan kegiatanku saat ini,  aku mendapatkan pengalihan perhatian. 

Mengapa pipiku terasa dingin?  Rasanya suhu AC ruangan kuatur tidak sedingin ini. Ku palingkan wajahku melihat apa yang terjadi. 

Sebuah es krim menempel di pipi kananku,  dan sebatang coklat di pipi kiriku. Siapa yang membawanya.  Ku tengokkan kepalaku ke belakang.  Dan disana kutemukan dia..

Dia lagi..  Dia lagi..

#TBC

MAGIC SHOP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang