Kami memasuki sebuah toko yang menjual berbagai macam hadiah. Dua nuansa terpampang di depan kami. Girly. Manly. Dua nuansa yang berbeda.
Aku segera berjalan meninggalkan Radit menuju sisi girly. Bodo amat soal dia.
Gelang, kalung, dan semua aksesori, serta pernak-pernik lucu membuat tiap gadis ingin memilikinya. Begitu pula denganku. Aku terus berjalan melangkah melihat-lihat barang yang ada di etalase. Ingin sekali kupindahkan semua isinya ke kamarku.
Aku berhenti di rak yang menampilkan jajaran kotak musik lucu. Aku tertarik dengan sebuah kotak musik dengan ornamen klasik tapi lucu. Berbentuk bianglala dimana disetiap kotak yang tertempel di bianglala tersebut bisa dijadikan frame foto. Ditambah disisi kirinya ada dua test bear yang tampak menari. Ah satu lagi, lagunya bisa kita yang memilih. Semacam bisa disambungkan dengan usb. Lalu dibuat versi kotak musik. Ah, aku ingin membelinya.
Aku kembali membolak-balik music box tersebut. Mencari harga yang tertempel.
"Gila.. mahal banget," aku membanting. Mana mungkin aku menghabiskan uang hanya untuk membeli kotak musik.
"Balik yuk!," suara menginterupsi. Siapa lagi pemiliknya? Kalian tahu bukan?.
"Hm..,"
"Lo liat apaan?," tanyanya
Aku menggeleng. Tidak penting juga Ia tahu. Memang jika Ia tahu, Ia akan membelikannya untukku. Tidak!
"Eh kotak musiknya bagus juga," ucapnya sambil mengamati kotak musik tersebut.
Aku tidak merespon. Ia pun asyik mengamati kotak musik yang tadi kutaksir.
"Cepetan deh! Katanya mau balik?," aku mengingatkan.
"Lo mau kotak musik ini?,"
Aku menggeleng. Mana mungkin aku mengangguk. Bisa hancur harga diriku.
"Lo yakin? Ambil aja kalo lo mau! Anggep aja hadiah dari gue!,"
Aku masih menggeleng.
"Gak usaha sok jaim. Orang jaim gak bahagia!,"
Aku masih tetap menggeleng.
"Ah udah deh. Lama banget!," Ia segera mengambil barang tersebut dan membawa menuju kasir.
"Ya udah kalo lo maksa," aku tidak tahu kalimat itu keluar dari mana. Yang jelas otakku tidak memerintahkan hal itu.
"Thanks," ucapku saat kami sudah masuk dalam mobil.
"Oke, karena lo udah berterima kasih sama gue, lo harus nemenin gue lagi buat nganter hadiah ini!," Radit berucap.
Sepertinya tindakanku barusan salah. Bodoh. Oh iya, memang hadiah yang dibeli Radit untuk siapa? Seingatku Ia tadi memilih hadiah yang cocok untuk perempuan. Apa untuk Cilla?. Tidak masalah. Sepertinya kami semua bisa mulai berteman bukan?
"Mau kemana?," tanyaku memastikan tujuan selanjutnya.
"Ke tempat orang yang mau gue kasih hadiah," ucapnya dingin. Ia kembali ke wujud aslinya.
Aku memilih diam daripada darah tinggi karena berurusan dengan Radit.
Tidak terlalu lama kami sudah sampai di sebuah rumah yang terlihat asri dengan sebuah taman mini di halaman rumah. Rumah siapa ini?
"Yuk turun!," ajaknya sambil melepas sabuk pengamannya.
Aku mengangguk.
Radit berjalan mendahului. Biarlah untuk saat ini anak ayam mengikuti induknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...