56

21.6K 628 45
                                    

Pagi ini aku dibangunkan oleh suara bang Ivan yang memekakkan kuping. Bagaimana tidak? Pagi ini Ia meneriakiku untuk bangun, jangan lupakan dengan air satu gelas yang mengguyurku.

"Abang kenapa sih? Dendam sama Valen?,"

"Noh pacar lo nunggu di depan!"

"Pacar? Valen gak punya pacar," ucapku lagi sambil menarik selimutku.

"Terus Radit pacar siapa?"

Aku segera membelalakan mataku. Radit?. Ngapain dia kesini?.

Aku segera berlari menuju depan.

"Ngapain?," tanyaku langsung.

Dia terlihat sedikit kaget dengan tampilanku yang baru bangun tidur.

"Lo bilang hari ini pengen jalan-jalan,"

Aku memutar otak. Bingo!. Bagaimana aku lupa.

"Tunggu 10 menit, gue mandi dan ganti baju," ucapku sambil berlari.

"Mana bisa 10 menit. Gue saranin lo naik haji dulu, namatin game, sama wisuda dulu," sindir bang Ivan yang kubalas dengan tatapan tajam.

Radit hanya diam.

"Kok bisa ada manusia kek gini," bang Ivan berceloteh lagi.

Tepat 10 menit, aku langsung turun. Bahkan aku tidak sempat berdandan. Aku hanya menggunakan pelembab muka saja.

"Ayo berangkat!," ucapku.

"Gue izin dulu sama Mama lo,"

"Mama gak ada!,"

"Papa lo?"

Aku menggeleng.

Radit melangkah mendekati bang Ivan dan berbisik sejenak.

"Bawa aja adek gue. Kalo perlu yang lama. Biar ga brisik!,"

"Abaaaanggg!,"

-

Kami diam. Radit mana mau buka suara duluan. Gengsinya tinggi.

"Dit..,"

Tidak menjawab.

"Mau kemana?"

"Terserah"

Lah? Kok dia yang pake kata keramat itu? Harusnya kan aku.

"Kok terserah?," ucapku lagi.

"Lah emang mau kemana?,"

Aku diam. Benar juga, kami sama sekali tidak memiliki rencana hari ini.

"Dit..,"

Diam lagi. Dasar manusia!.

Aku mendecak. Tidak suka dengan suasana ini. Sialnya lagi dia tidak peka.

Beberapa omelan kecil mengalir dari bibirku lirih. Ya kali mau teriak-teriak, bisa dikira keluaran RSJ.

"Val..,"

"Hm," ucapku mencoba dingin.

"Liat kebelakang deh!,"

"Ogah!," aku merajuk.

"Yakin?,"

Aku masih asyik dengan posisiku melihat jendela samping. Kenapa harus lampu merah si?. Kan jadi tambah canggung.

Ada yang menyenggol lembut bahuku. Aku masih diam. Paling-paling Radit yang iseng.

Hingga akhirnya sebuah bouqet bunga diarahkan padaku.

MAGIC SHOP [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang