Tempat pertama yang kami tuju: bioskop. Dengan penuh susah payah aku membujuk Bang Ivan untuk mengikuti selera filmku. Bayangkan saja, awalnya Ia mengajakku untuk menonton genre horor. Sayangnya, aku bukan gadis spesial yang menyukai genre horor. Aku hanya gadis biasa seperti gadis kebanyakan. Akan jadi apa aku nanti malam? Kembali insomnia? Atau merengek untuk bisa ikut tidur bersama Mama.
"Dek.. Besok abang gak mau nonton film gitu lagi lah," ucap Bang Ivan sesaat setelah keluar dari pintu bioskop.
"Kenapa emang bang?,"
"Baju abang basah sama ingus kamu. Kan jijay,"
"Dasar abang jahat. Giliran Kak Diana aja disayang-sayang kalo lagi nangis. Nah adek sendiri," ucapku lagi.
"Yee.. Makanya cari pacar sana. Biar ada yang merhatiin selain abang, mama, sama papa"
"Hmmm... Cariin dong bang. Valen udah capek ah nyari sendiri,"
"Gak usah nyari dek. Biar kamu yang dicari. Emang kamu pernah denger teori ovum ngejar sperma?,"
"Abang terbaeeekk," ucapku sambil bergelayut manja di lengannya.
Biarlah aku bergelayut manja di lengannya. Sebelum ada yang memarahi jika aku melakukan itu.
"Eh Valen.. Nonton juga ya?," sebuah suara menginterupsi dari samping. Aku dan Bang Ivan berhenti dan mengarah ke sumber suara.
Kenapa harus bertemu dia lagi? Apa dunia sesempit itu?.
"Iya La, lo juga nonton sama Radit?,"
"Iya.. Wah dia pacar lo?,"
"Ah.. Em.. Dia..,"
Aku belum menyelesaikan ucapanku.
"Sayang, kita kesana dulu yuk! Ntar keburu antriannya penuh!," ucap Radit memotong ucapanku.
"Oh ya udah Len, gue duluan ya," ucapnya.
Aku mengangguk dan tersenyum. Bang Ivan hanya memandangku sambil meminta penjelasan.
"Iya nanti aku jelasin. Tapi kita makan dulu ya, laper bang,"
"Okey adek kecil. Mau makan dimana?,"
"Resto biasa aja ya kak. Kangen masakan Om Andre," ucapku.
Ya, resto yang kumaksud adalah resto milik Om Andre, omku. Adik bungsu Mamah.
"Jadi dia siapa?,"
"Temen sekolah,"
"Dua-duanya? Mereka pacaran?,"
"Iya. Mereka cocok ya bang? ," aku meminta persetujuan. Padahal dalam hatiku sama sekali menolak pernyataanku barusan.
"Nggak sih. Cocokan abang sama Diana,"
"Abang serius ih..,"
Bang Ivan mengangguk. Andai ini bukan di resto Om Andre yang ramainya bikin harus bersabar sudah kujambak rambutnya.
"Serius. Cocokan abang sama Diana,"
"Hmm.. "
"Tapi kok mereka kaya aneh gitu ya dek?,"
Aku mengisyaratkan meminta penjelasan padanya.
"Ya aneh aja. Kamu gak liat sorot mata mereka? Kayanya kurang bahagia gitu,"
"Bang jangan sotoy lah. Mereka best couplenya sekolah tau,"
"Dek, kamu ada rasa sama si cowo?,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC SHOP [COMPLETE]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue?" "Tapi bukan pacar seperti biasanya!" "Namun mengapa kamu tak mencoba untuk menengok ke belakang. Cobalah tengok sejenak kesana. Kelak kau temukan sebuah cinta dibalas cinta. Sebuah sayang dibalas sayang. Bukan seperti dulu d...