28. Kezel Pake Banget

17.7K 1.7K 153
                                    

Sekarang hanya tinggal Ashel dan Fatma. Entah kenapa kegugupan Ashel tidak begitu parah saat berhadapan dengan Fatma tanpa Fariz.

Selesai sarapan, Fatma mengajak Ashel ke dapur. Fatma mengumpulkan beberapa bahan ke satu tempat, sayur-mayur, bawang, cabe, dan lain sebagainya.

"Kita masak ya, Ashel!" ucap Fatma yang langsung diangguki oleh Ashel.

Fatma memotong sayur. Ashel mengupas bawang. Bi Sari turut membantu.

"Masak apa, Ma?" tanya Ashel.

"Sayur asem. Fariz suka banget sayur asem."

Sayur asem? Muka ganteng gitu kok sukanya sama sayur asem? Gumam Ashel.

"Dari kecil Fariz sukanya memang sayur asem, katanya sayur asem tuh seger," terang Fatma. "Kalau kamu suka makan apa, Shel?"

"Makanan favorit sederhana aja, bakso."

"Oo... Sama. Mama juga waktu muda suka makan bakso. Tapi udah tua begini beralih suka soto. Aduuuh... lidah memang aneh-aneh."

"Hehe..." Ashel tertawa menanggapi. Mama mertuanya begitu asik diajak ngobrol.

"Fariz itu orangnya nggak banyak omong, nggak perdulian sama apa yang terjadi di sekitarnya, tapi sebenarnya hatinya jauh lebih perduli dari siapapun. Jangan kaget sama sikap Fariz yang kadang rada-rada aneh, Fariz itu anaknya penyayang, kok."

Ashel mengangguk sambil tersenyum. Ia beruntung mendapatkan mertua sebaik Fatma, yang begitu perhatian dan pintar membuat suasana hatinya menjadi nyaman.

"Terus terang Mama sama Papa kaget waktu dengar Fariz bilang akan menikah. Dan dia minta waktu hanya dua minggu untuk persiapan pernikahan kalian. Tapi Fariz tetaplah Fariz, pendiriannya kuat dan keras kepala. Dia ngotot pernikahannya harus terlaksana dalam tempo waktu dua minggu. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan Fariz. Ayo sayurnya dicuci, Bi."

Bi sari mengambil alih baskom berisi sayur dari tangan Fatma dan mencucinya di wastafel.

"Aw!" pekik Ashel saat tangannya teriris pisau.

"Loh, tanganmu kena?" Fatma menatap jari Ashel yang kini berada dalam emutan mulut menantunya itu.

Ashel mengangguk.

"Bi, cepet ambilin kotak P3K. Obatin luka Ashel. Hati-hati toh, Nak. Sini biar Mama aja yang potong bawang." Fatma mengambil alih tugas Ashel.

Bi Sari bergegas melaksanakan perintah. Dia membawa kotak P3K dan secepatnya mengobati luka di jari Ashel.

"Lukanya dalam nggak?" tanya Fatma.

"Enggak kok, Ma. Luka ringan aja."

"Ya udah, kamu nggak usah pegang pisau lagi. Nanti gawat kalau nggak bisa pegang stir Fariz."

Ashel membelalak. Itu maksudnya apa? Mamanya Fariz nyablak juga.

"Pegang tangan Fariz atuh, Shel. Udah kaget aja dengar stir." Fatma ngeles kemudian tertawa.

Ashel nyengir lebar. Fatma ternyata menyenangkan, walau sedikit unik.

Usai masak, Ashel mandi.

Sekitar jam sebelas Ashel berpamitan pergi. Satu-satunya yang menjadi tujuannya adalah kampus. Dengan naik angkot, dia akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Sebenarnya lucu juga istri dari seorang Fariz naik angkot. Tapi mau bagaimana lagi, Fariz tidak memberinya uang. Ia juga masih canggung jika harus minta uang pada Fariz.

Ashel sudah berdiri di depan pintu ruangan Pak Roby, ia harus secepatnya menyelesaikan tugas supaya Fariz semakin sayang terhadapnya. Cieee...

Sebentar-bentar Ashel meniup kepalan tangan yang akan ia gunakan untuk mengetuk pintu. Kenapa mau ketuk pintu saja serumit itu? Jantungnya duluan yang sibuk sebelum bertatap muka dengan Pak Roby.

"Shel!"

Ashel menoleh ke belakang mendengar suara memanggilnya. Senyumnya mengembang melihat sosok yang selama belasan tahun menjadi pahlawan di kehidupannya. Reihan.

"Eh.. Pak dosen yang baik!" seru Ashel dengan gayanya yang tidak berubah, gaya yang selalu membuat Reihan tersenyum.

"Kamu ngapain di sini? Pengantin baru kok ngeluyur sampe sini? Bukannya seharusnya kamu sedang bulan madu, nih?"

"Basi."

"Loh, kok basi? Tempe bacem kali basi."

"Heheee..."

"Kamu mau nemuin Pak Roby?"

"He'em..." Ashel mengangguk.

"Trus kenapa masih di sini?"

Andai Reihan tahu, Ashel sedang ketakutan melakukan aksi ketuk pintu, apa mungkin Reihan akan membantunya? Semenjak Reihan sudah menikah, Ashel merasa wajib untuk menjaga jarak. Dia tidak mau lagi merengek minta bantuan seperti dulu.

"Permisi!" Reihan berseru kemudian membuka pintu ruangan Pak Roby.

Nah, kebetulan sekali. Tindakan Reihan benar-benar telah membukakan kemudahan untuk Ashel.

"Pak, permisi. Ada yang mau bertemu," ucap Reihan pada Pak Roby di dalam. Reihan kemudian menoleh kepada Ashel seraya berkata, "Masuklah!"

"Terima kasih, Reihan! Eh Pak Reihan." Ashel mengulum senyum.

Reihan tersenyum dan berlalu pergi.

Tidak hanya di masa kecil saja, di saat sudah sama-sama menikah pun Reihan masih tetap menjadi pahlawan buat Ashel. Lihatlah, dia mengerti sekali di mana letak kesulitan Ashel. Dia yang membukakan pintu untuk Ashel bisa masuk dan menemui Pak Roby.

"Pagi, Pak!" Ashel menganggukkan kepala.

"Pagi! Ada apa?"

Ashel menyeret langkah mendekati meja. Seiring dengan gemuruh degup jantungnya, ia mengucap basmallah supaya keberaniannya bangkit.

"Maaf Pak, saya mau bicara mengenai tanah yang posisinya di dekat apartemen jalan nagka. Saya..."

"Tunggu!" potong Pak Roby seraya menatap intens wanita di hadapannya. "Kamu bicarakan tanah milik saya?"

"Iya, Pak. Tepatnya begitu."

"Ada apa dengan tanah itu?"

"Jadi begini... Ada yang sangat berminat membeli tanah itu, Pak. Saya jamin Bapak nggak rugi jika menjualnya kepada rekan saya ini, sebab beliau berani membayar mahal."

"Nanti saja dibicarakan di rumah. Sekarang saya ada kelas. Jam lima sore saya tunggu di rumah." Pak Roby mengemasi buku-bukunya di meja, bersiap hendak pergi.

Ashel tersenyum senang. Hatinya bersorak gembira. Itu artinya Pak Roby memberi peluang untuk membahas penjualan tanah tersebut. Ashel pikir, Pak Roby akan langsung menolaknya jika sudah bicara menyangkut persoalan tanah, tapi diluar dugaan, Pak Roby memberi kesempatan bagus.

"Baik, Pak. Nanti saya akan datang ke rumah Bapak tepat waktu. Terima kasih." Ashel berjalan mundur dengan girang. Dia keluar sambil mengucap hamdallah.

Betapa girang hati Ashel, karena ternyata Pak Roby tidak sekejam yang dia duga.

Bersambung

Hayooo... Ada yg stay tune? 😊😊😊

Ada yang nungguin cerita ini update ga? Ngacung sini! 👆 👆

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang