Tentang Mereka

12.4K 817 107
                                    

Ini kusuguhkan cuplikan / potongan cerita  di novelnya :

“Ini gambar bunga.”  Sabiya kemudian mendekati Tiara dan menunjukkan pesan di mesengernya.  Sabiya mengatakan kalau dia penasaran pada si pemilik akun tersebut dan ingin mengucapkan terima kasih. 

Tiara terbahak mendengarnya.

“Ya ampun Biya, mana mungkin lo nggak kenal sama pemilik akun itu.  Dia itu kakak ipar elo.”

Sabiya terkejut, telinganya seperti disambar geledek.

“Maksud lo?” tanya Sabiya.

“Pemilik akun bunga teratai itu Kak Ashel, jelas lo kenal dialah.  Dia selama ini tanya banyak tentang lo ke gue.  Dia tau kalau lo sama gue satu sekolah, dia juga tau lo satu kelas sama gue.  Jadi dia sering tanya-tanya ke gue apa aja yang lo sukai.  Kak Ashel sih nggak bilang kalau lo itu adik iparnya, makanya gue juga baru tau kalau tetangga gue itu ternyata kakak ipar elo.”

Sabiya membeku di tempat.  Dia teringat kata-kata Fariz, ‘Oke, pegang kata-katamu itu.  Kalaupun dia si tongos atau siapapun dia, kamu harus tetap menyukainya.’

Ya ampun, senjata makan tuan.  Sabiya menggigit bibir bawah.

__________________

Jonathan memasuki kamar dan menatap Naifa yang tengah menyiapkan pakaian ganti untuknya.  Kemudian Jonathan duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah istrinya.

“Naifa,” panggilnya lirih.

“Ya, Mas.”  Naifa buru-buru meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Jonathan.  “Ada yang bisa kubantu?” tanya Naifa sekilas menatap wajah suaminya, sembab.  Tidak pernah sebelumnya ia melihat mata suaminya sesembab itu.

“Duduklah!” perintah Jonathan.  Mengusap wajahnya yang sembab.  Baru saja ia menangis tersedu setelah berkali-kali menonton video yang dikirim oleh pemilik akun Bunga Teratai.  Kata-kata yang bunga teratai kirim untuknya terasa menghantam dan menamparnya keras.  Video yang ia tonton cukup membuatnya bergidik kengerian, apalagi disana tertulis quote yang mengatakan tentang suami yang durhaka pada istri.  Selama ini tak sekalipun ia membahagiakan Naifa, ia justru menjadi penjahat yang bisa saja membunuh Naifa secara perlahan dengan perilakunya.  Segala kepatuhan dan ketaatan Naifa tidak pernah ia balas dengan kebaikan, justru amarah dan kesombongan yang menguasai hatinya.

Naifa duduk di sisi Jonathan dengan patuh.  Ia sedikit heran dengan sikap suaminya yang berbeda dari biasanya.  Tidak ada nada marah.  Tidak ada tatapan kebencian.  Padahal biasanya Jonathan selalu bersikap kasar, meski hanya sekedar minta diambilkan handuk.

Beberapa hari terakhir, sikap Jonathan memang sedikit berbeda dari biasanya.  Lebih banyak diam.  Tidak mau bicara jika tidak ditanya.  Dia juga sudah tidak pernah keluar malam lagi.  Dia hanya keluar untuk bekerja di siang hari.  Malamnya, Jonathan menghabiskan waktu dengan menonton televisi lalu tertidur sampai pagi di ruang keluarga, Naifa yang menyelimutinya.

Naifa melirik Jonathan karena merasa didiamkan.  Tapi ia takut menegur suaminya yang malah diam setelah memanggilnya.  Takut dimaki, atau malah dibentak seperti yang sudah-sudah.

“Bunga teratai itu kamu, kan?” tanya Jonathan.

“Bunga teratai?  Maksudnya?”  Naifa bingung.

“Jangan pura-pura nggak tau.”  Jonathan meraih ponselnya, lalu menghubungi profil messenger bernama bunga teratai, nyambung.  Seketika itu, pandangan Jonathan terfokus ke ponsel Naifa yang tergeletak manis di meja dekat ranjang.  Ponsel itu tidak berdering.

__________________

Fariz menyambar bunga dan satu kotak kue yang ia beli di jalan.  Tangan kirinya memegang kantong plastik berisi makanan, tangan lainnya membawa sebuket bunga yang ia sembunyikan di balik badan.

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang