Chapter 3

2.2K 75 3
                                    




Happy reading




.

"K-kamu nggak bakal ngelakuin sesuatu sama aku, 'kan?" Selidik Kalindra saat Diego kembali menarik tangannya memasuki kawasan sebuah apartemen elit. Diamnya Diego membuat Kalindra bertambah geram. Ia berusaha melepaskan tangannya dan memukuli punggung Diego agar melepas genggamannya.

"Aku yakin kamu salah satu komplotan prostitusi! Lepasin! Aku akan..." suara Kalindra memelan. "Ngaduin kamu sama polisi." Lanjutnya nyaris berbisik. Suara Kalindra memelan ketika melihat Afsha keluar dari salah satu unit dengan penampilan yang begitu terbuka, dan tatapan sinis wanita itu langsung tertuju padanya. Kemudian beralih pada tangannya yang digenggam Diego. Sontak Kalindra menarik tangannya.

"Kamu yakin dia cuma sekretaris kamu di kantor? Dia nggak bakal jadi sekretaris dalam hidup kamu, 'kan?" Selidik Afsha sinis. Dia curiga, melihat Kalindra ada bersama Diego sepagi ini.

"Gak mungkin lah. Aku minta dia nemanin aku jalan-jalan. Kamu nggak bisa 'kan nemanin aku karena mau perawatan hari ini?"

Afsha mengangguk. "Benar. Yang penting kamu udah transfer uang perawatan untuk aku kan?" Seketika Kalindra menatap Afsha bengis. Hatinya bergejolak ingin mengatai wanita itu. Namun hanya sanggup melakukannya di dalam hati.

Dasar mata duitan!

Diego mengangguk. "Iya. Aku ke sini cuma mau minta izin pergi sama sekretaris aku."

"Iya, aku izinin, Sayang. Asal kamu gak ngelakuin yang aneh-aneh sama dia." Di akhir kalimatnya Afsha menatap Kalindra sengit, seakan memberi beribu peringatan. Dan hanya dibalas Kalindra dengan ringisan seolah merasa jijik.

"Ya enggak lah, Sayang. Aku pergi." Diego mengecup singkat pipi Afsha. Dibalas sang wanita dengan mencium dalam bibir Diego. Kalindra langsung membuang wajah. Terlalu jijik melihat adegan itu. Mereka melakukannya seolah dirinya tidak ada di tengah-tengah mereka.

"Perempuan tadi... pacar Bapak, ya?" Tanya Kalindra saat Diego mulai menyetir, meninggalkan tower apartemen.

"Jangan panggil aku Bapak kalau lagi gak di kantor."

"Perempuan tadi pacar kamu?"

"Aku lebih tua satu tahun dari kamu, jangan bersikap seolah-olah kita seumuran." Kalindra mengepal tangannya di atas paha menahan geram. Lantas membuang wajah ke luar jendela mobil. Ia sangat benci sikap lelaki di sampingnya ini. Selalu membuatnya geram, ingin sekali rasanya mencakar habis wajahnya yang kebetulan tampan itu.

Sedang Diego hanya terkekeh geli melihat perubahan Kalindra karena ulahnya. "Di mana tempat-tempat menarik di sini?"

Kalindra menoleh ke arah Diego setelah mendengar pertanyaan yang menurutnya aneh barusan. "Bapak Indo asli 'kan?"

"Iya. Tapi udah tiga tahun aku nggak pernah ke sini sejak aku kerja di Valencia."

"Terus kenapa Bapak pindah kalau betah di sana?"

Diego menghela napas panjang. Membuat Kalindra menoleh ke arahnya lagi dengan sorot heran yang semakin menjadi-jadi. "Kamu sendiri tahu, 'kan, Mama aku baru aja meninggal. Nggak mungkin aku biarin papa sendiri di sini. Kakak tinggal sama suaminya di London."

"Maaf, Pak. Saya..." Diego menatap Kalindra dan memberi senyum manis pada perempuan itu. Senyuman yang mengartikan bahwa dia baik-baik saja, sama sekali tidak merasa tersinggung.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang