Chapter 12

2K 67 14
                                    

◇◇◇

Kalindra masih terisak pilu. Sementara Diego berusaha menenangkan diri. Berkali-kali dipukulnya stir mobil, meluapkan amarah yang mengubur habis raganya. Emosi Diego memang sudah membuncah hingga ke ubun-ubun akibat menahan amarah bercampur kekecewaan yang ia telan bulat-bulat. Begitu pula dengan Kalindra. Masih tidak menyangka selama ini Reggy bermain dengan perempuan licik yang begitu ia benci. Perempuan yang sudah menghambur-hamburkan uang bosnya dan memanfaatkan bosnya dengan dalih cinta.

Kalindra jadi merasa muak dengan sesuatu yang sering disebut cinta. Karena cinta nyatanya tak semanis saat didengar orang yang disayang mengucapkannya. Cinta di mata Kalindra hanyalah sebuah topeng bagi seseorang untuk menyakiti seseorang lainnya. Cinta itu tak ada ubahnya dengan penyakit mematikan, yang perlahan membunuh orang-orang yang merasakannya. Atas peristiwa pahit siang ini, Kalindra benar-benar membenci cinta.

.

.

.

Pintu ruangan Diego terbuka dengan kasar. Diego dan Kalindra yang sedang mendiskusikan tentang proyek baru mereka terkejut dibuatnya. Afsha masuk dengan tergesa lantas berlutut di kaki Diego. Memeluk erat kaki Diego dan menangis sejadi-jadinya.

Kalindra tersenyum kecut, lagu lama.

"Sayang... aku mohon, jangan akhiri semuanya. Aku sangat mencintaimu, Go. Cowok kemarin udah jebak aku. Aku mohon maafin aku, Sayang..." mohon Afsha dengan linangan air mata imitasinya. Kalindra menatap Afsha bengis. Tidak terima perempuan iblis itu malah menyalahkan Reggy. Mereka sama-sama bersalah di sini. Dia tidak bisa menyudutkan satu pihak saja. Perempuan itu benar-benar pandai bersilat lidah, pula manipulatif. Rasa benci Kalindra terhadapnya benar-benar tak dapat ditahan lagi.

"Jangan cuma bisa nyalahin Reggy! Kamu juga bersalah di sini!" Bentak Kalindra berapi-api. Diego yang sedari tadi membuang wajah ke arah dinding kaca - lantaran enggan menatap Afsha - seketika menoleh pada Kalindra.

"Kamu gak tahu siapa Reggy! Reggy itu bajingan asal kamu tahu! Kamu bukan siapa-siapa Reggy! Jadi gak usah ikut campur, dasar pelacur!" Kalindra berdiri dan bersiap menjambak rambut Afsha sebelum Diego menahan, merentangkan sebelah tangan di depan tubuh Kalindra dengan sorot penuh peringatan.

"Aku mohon, Sayang... kasih aku kesempatan terakhir. Aku janji gak akan ulangin lagi. Kasih aku kesempatan untuk perbaiki semuanya. Kamu pasti tahu aku cinta banget sama kamu. Mana mungkin aku khianatin kamu kalau bukan karena dijebak bajingan itu. Please... kasih aku kesempatan, Go. Aku nyesal banget..." Afsha semakin mengeratkan pelukannya di kaki Diego. Diego menarik Afsha dengan lembut agar dia berdiri. Menatap dalam mata perempuan itu yang sembab, lalu memeluknya erat.

"Maafin aku, Sayang. Maafin aku. Gak seharusnya aku bersikap kasar sama kamu kemarin. Kita bisa mulai semuanya lagi. Aku bakal kasih kamu kesempatan untuk berubah." Di balik punggung Diego, Afsha tersenyum menang pada Kalindra. Membuat Kalindra mendecih jijik.

.

.

Kalindra tersentak kala mendapati Reggy berada dalam apartemennya. Perlahan ia berjalan mundur, antisipasi akan tindakan Reggy. Kalindra terkesiap saat Reggy dengan tiba-tiba memeluknya erat. Rungunya menangkap sebuah tangis. Namun ia tidak yakin tangis itu berasal dari Reggy. Pelukan Reggy semakin mengerat membuat Kalindra kesulitan bernapas. Bisa Kalindra nilai, pelukan Reggy kali ini seolah pelukan takut kehilangan. Tapi... apa penilaiannya itu benar?

"Gy..." Reggy akhirnya melepas pelukannya dan menatap Kalindra dalam. Sorot matanya memancarkan sebuah penyesalan yang mendalam. Dan mata itu membuat Kalindra yakin bahwa isakan tadi memang berasal dari Reggy saat ia menangkap setetes air baru saja meluncur dari manik Reggy. Tangan Kalindra bergerak menghapus air mata itu dengan lembut. Reggy menangkup kedua rahang Kalindra dan mencium bibirnya dalam dan lembut. Dari sana Kalindra dapat merasakan ketakutan yang mendalam. Ketakutan yang ia simpulkan sebagai ketakutan Reggy akan kehilangan dirinya. Ciuman itu sangat lembut, tidak menuntut dan tidak ada nafsu sedikit pun.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang