Chapter 29

441 18 4
                                    

"Shandy ...." Desis Aron tidak percaya, sedikit terkejut.

"Lo kenal anak ini?" Tanya Reggy dengan dahi berkerut dalam pada Aron.

"Dia ...." Sebelum Aron menyambung kalimatnya, Shandy telah lebih dulu menatapnya tajam dan menusuk. Shandy benar-benar memperlihatkan betapa bencinya ia dengan lelaki berparas manis itu. Hal itu menimbulkan tanda tanya besar dalam kepala Reggy, terlebih Reehan.

Ponsel Aron yang terletak di atas meja berdering nyaring, mencuri afeksi orang-orang di sekitar benda pipih itu. Shandy membaca nama yang tertera pada LED-nya secara sembunyi-sembunyi. 'Mine' Itulah kata yang tertera di sana. Salah satu alis Shandy terangkat ketika membaca tulisan itu. Ia mencebik dalam hati. Meledek keserakahan Aron. Mine. Berarti yang meneleponnya adalah seseorang yang ia cap sebagai miliknya. Jika dia sudah memilih perempuan lain, mengapa lelaki itu masih saja mengharapkan dirinya? Mengapa dia masih saja mengusik hidup Shandy? Lelaki itu sendiri yang menciptakan rasa benci di hati Shandy terhadap dirinya.

"Enggak. Gue gak kenal sama dia." Sangkal Aron. Shandy tersenyum sinis. Aron merampas ponselnya yang diunjurkan Reggy. "Gue duluan." Pamitnya seraya menepuk bahu Reggy sekilas. Ia mengangkat telepon tersebut, lalu buru-buru keluar dari kafe.

"Kakak kenal dia?" Shandy menatap Reggy penuh tanya.

"Kamu kenal dia?" Alih-alih menjawab, Reggy malah balik bertanya, menimbulkan tawa keduanya. Sementara Reehan diam-diam menatap Reggy tajam. Mereka kembali membahas topik yang memang ingin mereka bahas dalam pertemuan ini.

.

.

.

Shandy menghela napas pelan, mencoba melupakan masalah yang baru saja terjadi antara dirinya dan Diego. Dan lagi-lagi Kalindra juga terlibat di dalamnya. Masalah sepele memang. Ia dan Diego terlibat perdebatan kecil hanya karena Diego tak mengizinkan dirinya membawa mobil.

Awalnya Diego mengizinkan, lalu tiba-tiba Kalindra mencampuri urusan mereka, mengatakan bahwa Shandy masih di bawah umur dan belum pantas untuk mengemudi. Dan Diego malah membela Kalindra. Padahal awalnya Diego memberi izin. Shandy hanya ingin ke apartemen Reehan, karena dia terlalu muak melihat Kalindra hampir setiap hari berada di rumah. Namun karena Kalindra mencampuri urusan mereka, dia dan Diego jadi berdebat. Beruntung Andrea datang dan berpihak pada Shandy. Kakeknya itu mengizinkan Shandy membawa mobil dengan alasan tidak untuk ke sekolah. Juga memperingati Shandy agar berkendara dengan hati-hati.

Shandy mendengus kasar, membuat poni yang menjuntai di dahinya berantakan. "Rese banget sih!" Gerutunya kala mengingat kejadian tadi. Mata Shandy membola dan seketika kakinya memijak pedal rem dengan kuat. Menimbulkan suara decit ban dengan aspal di jalan. Tubuhnya bergetar ketakutan sebab ia menabrak seseorang. Orang-orang mulai berkerumun di depan mobilnya, sebagian mengepung mobil Shandy agar remaja itu tidak kabur.

Shandy meneguk air liurnya dengan gusar. Lantas segera keluar dari mobil untuk melihat keadaan korban yang ia tabrak dengan tubuh menggigil ketakutan.

.

.

"Mbak tunggu di sini aja. Kami mau jahit luka di kepalanya." Tahan dokter yang akan menangani perempuan tadi pada Shandy.

"Um ... baik, Dok..." Lalu dokter itu menutup pintu ruang bedah. Sebenarnya Shandy ingin pamit pergi pada dokter itu, bukan meminta izin untuk masuk. Tapi apa daya. Dokter itu malah salah tanggap. Jika dia pergi secara diam-diam, dia akan dicap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab. Dan andai perempuan tadi kehilangan nyawanya, bisa-bisa Shandy akan mendapat cap pembunuh. Jadi mau tidak mau Shandy harus menunggu dokter di dalam sana selesai menangani perempuan tadi.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang