Chapter 19

1.2K 53 5
                                    



◇◇◇


"Tante!" Shandy berlari memeluk Kalindra begitu batang hidung Diego dan Kalindra terlihat memasuki restoran hotel. Kalindra tersenyum dan balas memeluk Shandy erat. Senyum kecil terpatri di bibir Diego melihat pemandangan itu. Baru sehari keponakannya itu bertemu Kalindra, tapi sikapnya pada Kalindra seolah-olah mereka sudah kenal bertahun-tahun. Responnya terhadap Kalindra sangat kontras dengan Afsha. Jika dengan Afsha, jangankan memeluk, menatapnya saja Shandy tak sudi. Tetapi dengan Kalindra, bahkan gadis itu yang pertama menjatuhkan diri ke dalam dekapan hangat Kalindra. Itu artinya Shandy nyaman bersama Kalindra, Shandy menyukai perempuan itu. Diego jadi menyesal sekarang, mengapa dia pernah menjadikan Afsha bagian dari hidupnya. Mengapa tidak dari awal saja dia dipindahkan ke Indonesia? Mengapa dulu dia sempat menolak dipindahkan ke Indonesia? Dan mengapa bukan Kalindra perempuan yang pertama kali hadir dalam hidupnya, menjadi cinta pertamanya? Jika mereka bertemu dari awal, mungkin sekarang sudah menjadi suami istri harmonis dan dikaruniai anak yang lucu-lucu. Dan ya, Diego sadar, yang datang di awal itu namanya pendaftaran, yang belakangan namanya penyesalan. Tidak akan berubah. Ia anggap semua ini pelajaran untuknya.

"Kamu udah pulang?" Tanya Kalindra kala melepas pelukannya.

"Udah. Gimana kalau kita ke mall?" Ajak Shandy sedikit memaksa.

"Ke mall? Yang benar aja kamu. Kamu mau ke mall pakai seragam sekolah kayak gitu?" Tanya Diego tak percaya.

"Om harus beliin aku baju yang baru dong. Gak mungkin 'kan aku ke mall pakai seragam sekolah kayak gini?"

Diego mencebik, menatap Shandy datar. "Licin banget kamu, ya." Gerutunya yang kemudian mendengus kasar.

"Iya dong. Ini hari terakhir aku di sini." Shandy melingkarkan tangannya di lengan Kalindra, membawa perempuan itu keluar dari gedung hotel dengan semangat. Diekori Diego dari belakang. "Aku pengin muasin diri dulu di sini."

"Hari terakhir? Emangnya kamu mau ke mana?" Tanya Diego pura-pura penasaran. Sukses membuat langkah Shandy terhenti. Ia berbalik menatap Diego tajam.

"Om, jangan bercanda!" Ancamnya dengan sorot tidak terima.

"Pengajuan kepindahan kamu ditolak sekolah tadi." Gurau Diego dengan wajah serius.

"Om..." rengek Shandy menahan tangis. Matanya lekas berkaca-kaca. Berharap Diego hanya sedang mencandainya saja.

"Udah ... gak usah dengarin dia. Besok kita ke Indo bareng kok. Kamu tenang aja." Tampik Kalindra seraya mengeratkan gamitannya di lengan Shandy. Kalimat darinya membuat Shandy menjulurkan lidah pada Diego. Lalu mereka kembali berjalan, dengan Shandy yang menyandarkan kepalanya di lengan Kalindra dengan manja. Mereka terlihat sangat harmonis. Membuat senyum Diego mengembang lebar. Merasa tenang, karena Shandy menerima Kalindra dengan tangan terbuka. Begitu pula sebaliknya.

.

.

"

Tante, yang ini cocok untuk aku?" Shandy menunjukkan baju pilihannya pada Kalindra, meminta saran perempuan itu. Sebuah mini dress kuning terang dengan motif bunga matahari. Kalindra berpikir sejenak, menilai.

"Menurut aku ... sebaiknya kamu gak makai baju kayak gitu, Shan. Itu terlalu terbuka untuk anak seumuranmu." Saran Kalindra, membuat Shandy mengerucutkan bibir.

"Kalau yang ini?" Ia menunjukkan pilihan keduanya.

"Kayaknya juga gak cocok untuk kamu. Remaja kayak kamu bakal kelihatan tua kalau pakai baju kayak gitu." Diego menyilangkan tangan di depan dada, mengamati kedua perempuan itu dengan saksama. Senyuman kembali tersemat di bibirnya saat memperhatikan Kalindra. Melihat Shandy dan Kalindra yang terlihat begitu akrab kendati mereka baru saling mengenal membuat Diego semakin ingin memiliki Kalindra. Keluarganya sangat menerima perempuan itu, menyambutnya dengan tangan terbuka. Lebih-lebih Andrea. Respon Andrea terhadap Afsha dan Kalindra bagaikan angin badai dan angin musim semi. Terhadap Afsha, Andrea akan bersikap keras, tegas, dan selalu menatap perempuan itu dengan sengit. Menyeramkan, layaknya angin badai. Namun jika dengan Kalindra, Andrea akan bersikap lembut, tenang dan hangat. Layaknya angin musim semi yang menyejukkan. Bahkan Andrea pernah memaksa Diego untuk menikahi Kalindra. Sudah terlihat jelas bahwa Kalindra memiliki tempat yang begitu luas untuk menjadi bagian dari keluarga Suwardhana.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang