"Shan ...." Panggil Kalindra kala Shandy melewati kubikalnya, hendak masuk ke dalam ruangan Diego. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolahnya, sudah pasti baru pulang sekolah.
"Iya?" Shandy mendekat pada Kalindra.
"Kamu sibuk gak?" Tanya Kalindra tanpa menatap Shandy. Dia sibuk dengan file-file di komputer, ditambah lagi dengan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. "Kamu baru pulang sekolah, 'kan?"
"Iya, Tan. Aku gak sibuk kok. Kenapa, Tan?"
"Kamu bisa ke apartemen aku? Tolong ambilin proposal aku yang ketinggalan di meja ruang tengah dong." Pinta Kalindra.
"Bisa. Di mana alamatnya?" Kalindra menuliskan alamat apartemennya beserta nomor unitnya. Tak lupa ID pengaman untuk masuk.
"Okey. Makasih ya, Shan." Ucap Kalindra setelah ia memberi kertas yang ia tulis tadi pada Shandy.
"Oke, Tan. Tapi aku nemuin om Diego bentar, ya. Ada yang mau aku bilang ke dia."
"Tapi ntar kamu ke sananya naik apa?"
"Reehan ada kok di bawah." Kalindra manggut-manggut mengerti. Cukup merasa lega. "Kalau gitu ke dalam dulu, Tan."
"Okey!"
-
"Kita ke apartemen tante Kalin bentar." Beritahu Shandy pada Reehan begitu urusannya dengan Diego selesai. Dia hanya mengatakan akan pulang terlambat hari ini, bersama Reehan. Dia enggan mengabari lewat telepon, takut Diego tak merespon. Lebih baik menemuinya langsung.
"Ngapain?" Tanya Reehan setelah Shandy duduk di sampingnya.
"Dia minta tolong ambilin proposalnya yang ketinggalan di sana. Kelihatannya lagi sibuk banget tadi."
"Bentar lagi bukannya mereka pulang?" Tanya Reehan seraya mulai menyetir.
"Kata om Diego mereka lembur."
"Alamatnya?" Shandy mendiktekan alamat yang diberi Kalindra padanya.
.
.
"Jadi dia tinggal di sini?" Desis Shandy setelah masuk ke dalam unit apartemen milik Kalindra. "Kecil banget." Reehan ikut mengamati seisi ruangan apartemen sederhana ini.
"Berarti orangtuanya gak di sini. Dia gak tinggal sama orangtuanya." Timpal Reehan.
Shandy melangkah ke dapur, lantas membuka lemari es. "Kamu mau minum apa?" Tanyanya pada Reehan, seolah-olah isi di dalam lemari es itu miliknya.
"Kamu ngapain sih? Lancang banget. Gak sopan, Shandy." Tegur Reehan yang ikut menyusul Shandy.
"Aku haus, mau gimana lagi." Dia melempar satu kaleng minuman soda pada Reehan yang langsung ditangkap lelaki itu dengan sigap. "Kepoin yuk." Ajaknya sambil berkeliling.
"Shan ...," Tegur Reehan kala Shandy hendak membuka pintu kamar Kalindra.
"Oke, ini privasi." Shandy mengurungkan niatnya, beralih ke pintu di pojok ruangan. "Tapi kalau yang ini boleh, 'kan?" Tanpa menunggu reaksi dari Reehan, Shandy langsung saja memutar knop pintu ruangan itu.
"Shandy! Kamu apa-apaan sih?!" Tegur Reehan lagi saat Shandy benar-benar membuka ruangan itu. Shandy terbatuk, debu menyergap penciumannya kala pintu ruangan ia buka.
"Ini gudang atau apa sih?" Desis Shandy seraya mengibas-ibaskan debu yang mengudara. Membuka pintu lebih lebar. Reehan mendekat, berdiri di belakang Shandy. Dia ikut berjengit begitu aroma ruangan yang pengap menyapa penciuman.

KAMU SEDANG MEMBACA
That CEO
Romance- 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐂𝐄𝐎 - Entah dari mana asal mulanya, Diego bisa menaruh hati pada sekretarisnya yang super galak. Bahkan rasanya Diego bisa memberi wanita itu cap singa betina. Beribu cara Diego kerahkan hanya untuk mendapatkan secuil perhatian seorang...