Chapter 36

466 17 2
                                    


◇◇◇


Shyla sibuk menyiapkan banyak hidangan untuk makan malam hari ini. Ketika memasak, bibirnya tak henti-menyunggingkan senyum lebar. Ia bahagia tentu saja. Karena, pujaan hatinya, lelaki yang selama ini selalu melindunginya, yang selalu membuatnya merasa nyaman dan aman ketika sedang bersamanya - akan pulang hari ini. Shyla tak akan merasa kesepian dan takut lagi tinggal di apartemen milik lelaki itu seorang diri. Entah jam berapa Aron akan tiba, Shyla tidak tahu. Aron hanya mengatakan bahwa lelaki itu akan pulang hari ini, tidak memberitahu akan tiba pukul berapa.

Saking bersemangatnya menyiapkan makan malam, Shyla sampai tak sadar jika sosok yang ia tunggu-tunggu kepulangannya telah berdiri di balik meja pantry, memandanginya dengan wajah cengo penuh keterkejutan.

"Shandy ...." Desis Aron tidak percaya. Matanya beberapa kali mengerjap memastikan bahwa objek yang masuk ke dalam netranya tidak salah - tidak meleset dari dugaan sosok yang ada dalam kepala. Dahi Shyla berkerut samar. Dengan slow motion ia berbalik, memandang Aron penuh rasa curiga bersama brownies yang baru ia keluarkan dari oven - berada di tangan. Gadis itu memang hobi memasak. Jadi, selagi ada waktu luang, gadis itu akan memasak apapun yang ia bisa. Termasuk brownies-nya yang menjadi brownies yang paling Aron sukai.

"Shandy? Shandy siapa?" Tanya Shyla tidak terima. Aron tersentak saat Shyla meletak dengan sedikit kasar brownies-nya ke atas meja. Kepalanya menggeleng beberapa kali guna mengusir pikiran yang tiba-tiba ganjil di dalam sana.

"E-eh ...," Aron meletak koper yang sedari tadi ia genggam. Mendekati Shyla dengan senyum simpul yang kini merekah lebar. Tangannya merentang dan langsung menarik Mendy ke dalam dekapan.

"Kakak kangen banget sama kamu ...." Lirih Aron dan semakin mengeratkan rengkuhannya. Dalam pelukan Aron, Shyla mendesah gusar. Perlahan menjauhkan diri dari Aron dan menatap dalam matanya.

"Siapa Shandy?" Tuntutnya lagi masih berintonasi tidak terima.

Kini giliran Aron yang mengembuskan napas gusar. "Murid kakak dulu. Dia murid cewek yang paling bandel. Mungkin seumuran sama kamu." Aron tersenyum hangat di akhir ucapan.

"Oh, jadi sekarang Kakak mulai suka sama murid Kakak sendiri? Kenapa gak lama-lama aja perginya? Kalau bisa gak usah pulang sekalian." Omel Shyla sembari menyimpan brownies-nya ke dalam lemari pendingin, lantas melepas apron merah mudanya dengan kasar. Keceriaannya menyambut Aron pulang pudar begitu mendapati Aron malah menyebut nama perempuan lain, dan itu merupakan hal yang paling Shyla benci. Ia berjalan melewati Aron begitu saja setelah melepaskan atribut memasak yang melekat pada tubuhnya. Aron tertawa kecil. Ia sangat paham jika Shyla pasti sedang dilanda cemburu. Ia berjalan mengekori Shyla sembari melepas jaket kulit hitamnya, kemudian memeluk Shyla dari belakang sebelum gadis itu sempat menjejalkan kaki ke dalam kamar.

"Cemburuannya kambuh nih." Goda Aron sembari mengeratkan dekapan. Shyla merotasikan manik matanya jengah. Masih berusaha melepaskan diri dari Aron. Aron menuruti kemauan Shyla, melepaskan rengkuhannya, kemudian mengambil posisi berdiri di depan Shyla dengan senyum hangat - yang membuat bongkahan es yang baru terbentuk di hati Shyla meleleh begitu saja - sambil memegang bahu Shyla.

"Kamu tau kenapa kakak tadi manggil kamu Shandy?" Shyla menggeleng polos. Aron merangkulnya, membawanya duduk di ruang makan. Ia keluarkan brownies yang telah dibuat Shyla tadi lalu meletaknya di depan mereka duduk. Aron memotong serat lembut brownies itu. Dan menggigitnya rakus. Sedang Shyla sendiri sudah terlalu bosan menunggu lanjutan kalimat Aron.

"Kenapa?" Tanya Shyla sedikit menuntut, sebal menunggu Aron yang terlalu mengulur waktu, seolah lelaki itu sedang memilih kata yang tepat untuk menyembunyikan sebuah kebohongan.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang