Chapter 14

2K 56 11
                                    

Diego hendak mendudukkan diri di singgasananya. Namun sejenak ia berdiri di depan cermin panjang yang biasa ia gunakan untuk melihat penampilannya dari ujung rambut hingga ujung kaki - yang terletak di sudut ruangan pribadinya. Ditatapnya tubuhnya yang mulai mengurus, matanya yang dilingkari rona hitam di bagian kantung, dilengkapi dengan bibir yang sedikit kehilangan rona.

Dulu memang dia sangat mencintai Afsha, cinta sekali, cinta setengah mati. Tapi tak pernah semenyakitkan ini. Bahkan tidak pernah membawa perubahan pada fisiknya. Namun sekarang, hanya karena perempuan pemarah itu menciptakan jarak dengannya, hati dan fisik Diego total berubah. Dia benar-benar merindukan perempuan yang tanpa rasa takut mencecari dirinya - yang notabene pemilik utama perusahaan tempat perempuan itu bekerja. Berlebihan memang. Tapi itulah kenyataan yang Diego rasakan. Karena terlalu memikirkan Kalindra, Diego tidak bisa tidur. Karena bukan Kalindra lagi yang menemaninya makan siang, Diego jadi tidak semangat makan.

Menjauhnya Kalindra seolah membawa semangat Diego. Padahal baru terhitung dua minggu Kalindra menciptakan jarak. Diego tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dan dia sendiri tidak tahu kenapa ini semua bisa terjadi padanya. Mungkin, karena dia sudah terbiasa melakukan apa pun bersama Kalindra. Kalindra lebih sering menghabiskan waktu bersamanya ketimbang Afsha. Dia terlalu sering bergantung pada Kalindra. Jadi begitu Kalindra menjauh, semuanya terasa hampa. Dan Diego sadar, seperti ini rasanya kehilangan. Rasa kehilangan yang pernah terlupakan kembali ia rasakan.

Dulu dia juga pernah merasakan kehilangan; saat ibunya pergi meninggalkan dunia. Dan sekarang dia merasakannya lagi. Yang membuat rasa kehilangan kali ini berbeda adalah, karena orang yang telah meninggalkan Diego masih bisa ia gapai, masih bisa diraih. Tapi orang itu sendiri yang tak ingin dekat lagi dengannya. Berbeda rasa dengan ibunya yang benar-benar tidak bisa ia lihat lagi. Itu yang membuat rasa kehilangannya kali ini begitu terasa.

Diego menoleh ke arah pintu kala rungunya menangkap suara derap kaki seseorang masuk ke dalam ruangannya. Saat tahu siapa yang masuk, Diego cuai. Orang itu berjalan ke arahnya yang masih berdiri di depan cermin.

"Taruh aja di sana." Titah Diego seraya mengedikkan dagu ke arah meja kerjanya saat Afsha membuka mulut hendak bersuara. "Bisa tinggalin aku sendiri? Sebentar lagi aku mau rapat." Afsha menghela pelan. Menciptakan langkah kecil mendekati Diego, lantas memeluk lelaki berbahu lebar itu dengan erat dari belakang. Sisi kepalanya ia sandarkan dengan manja di punggung kokoh Diego, sementara kedua tangannya dengan gerakan halus mengelus perut rata Diego. Diego hanya diam, menatap gelagat manja sang kekasih melalui pantulan cermin.

"Aku kangen banget sama kamu, Go." Lirih Afsha. Ia lepas pelukannya. Dengan lembut memutar tubuh Diego agar menghadap ke arahnya. Lalu berjinjit guna mengecup bibir Diego sebelum beranjak keluar ruangan. Sesaat terbesit rasa bersalah di hati Diego setelah mengusir Afsha kendati secara halus. Tapi rasa sesal itu hanya sebentar saja hinggap di hatinya, tak bisa berlama-lama di sana. Diego mendekat pada meja kerjanya, mengangkat gagang telepon kantor, lalu menghubungi seseorang.

"Antarin apel dan susu kayak biasa ke ruangan saya." Diego mengakhiri panggilannya begitu saja.

Setelah memberi komando, tak berapa lama kemudian pintu ruangan Diego diketuk seseorang. Dan Diego tak perlu menerka siapa sosok yang berada di balik pintu ruangannya.

"Masuk." Kalindra datang dan langsung meletakkan pesanan Diego di atas meja.

"Ini pesanan Bapak." Ucapnya lalu hendak pergi begitu saja.

"Mau kemana?" Tahan Diego.

"Bukannya tugas saya udah digantiin sama Bu Afsha?" Tanya Kalindra dengan kedua alis terangkat tak mengerti.

"Enggak. Gak ada yang bisa gantiin kamu, Kalin." Kalindra menelan salivanya susah payah. Hal lain malah hinggap dalam kepalanya. Pernahkah Reggy berkata seperti itu padanya? Gak ada yang bisa gantiin kamu. Seingatnya tidak, tidak pernah sama sekali untuk hal kecil sekali pun.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang