"Makasih banyak, Kalin." Ungkap Diego setelah Kalindra membantunya berbaring di dalam kamar pribadinya di dalam rumah."Hm. Saya pulang, Pak. Saya nggak bisa lama-lama di sini karena besok saya harus kerja. Kalau saya telat, bos saya yang bossy itu bakal semena-mena sama saya ntar." Diego tergelak jenaka mendengarnya. Sama sekali tak merasa tersindir.
"Iya, iya. Hati-hati. Sekali lagi terima kasih."
"Saya juga berterima kasih sama Bapak." Desis Kalindra dengan suara yang nyaris tidak terdengar.
"Untuk?" Tanya Diego dengan alis bertaut bingung.
"Nggak ada." Elak Kalindra. Kalindra berbalik dan langsung pergi.
"Calon istri yang sempurna." Ucap Andrea - ayah Diego - seraya melangkah masuk ke dalam kamar Diego. Diego yang lagi-lagi tak sadar telah memikirkan Kalindra tersentak, menatap ayahnya yang sudah duduk di pinggir ranjang.
"Siapa?" Tanya Diego tak mengerti.
"Yang tadi itu calon istri kamu 'kan? Kalindra Novindra."
"Bukan. Dia cuma,"
"Papa suka sama dia. Dia sosok pekerja keras. Pertahankan dia. Susah nyari perempuan kayak dia zaman sekarang ini." Setelah mengucapkan itu Andrea melangkah pergi. Seakan kehadirannya di kamar Diego bukan untuk melihat kondisi Diego, melainkan hanya untuk meninggalkan pesan tak masuk akal.
"Pa, dia cuma sekretaris aku. Dan calon istri aku tetap Afsha, gak akan pernah berubah." Tampik Diego.
"Jauhi dia. Papa benci sama dia." Bibir Diego terkatup rapat. Tak lagi mampu bersuara.
.
.
.
Kalindra dengan senyum lebarnya melangkah lebar menuju kubikalnya. Para karyawan menatapnya aneh dan saling mengutarakan berbagai macam argumen dalam kepala. Pasalnya, sejak perusahaan dialihkan ke tangan Diego - anak bungsu pemilik perusahaan - wajah Kalindra selalu murung. Terkesan apa yang dikerjakannya penuh paksaan. Namun kali ini semua itu lenyap entah kemana. Dia terlihat begitu ceria dan segar pagi ini. Ya, Kalindra senang. Untuk beberapa hari ke depan, tidak akan ada lagi beban. Tugasnya hanya tugas kantor. Mungkin hingga beberapa minggu ke depan Diego tidak akan masuk karena insiden kecelakaan yang ia alami. Tak ada lagi tugas otoriter dari lelaki itu. Ia bebas. Betapa senangnya Kalindra hari ini.
Maaf, Pak. Mungkin ini nggak manusiawi. Tapi saya harap, Bapak lama sakitnya. Habisnya Bapak ngerepotin saya mulu, serius. Gini 'kan enak. Saya kerjanya juga tenang. Happy bed rest ya, Pak! Ahahaha!!!
Harap Kalindra dalam hatinya. Wajahnya tampak berseri-seri, full senyum. Ia mendudukkan diri di kursinya yang langsung disambut dering telepon kantor.
"Hallo, selamat pagi, dengan Kalindra Novindra, sekretaris Pak Diego Alvindo dari Suwardhana's Resort and Hotel. Ada yang bisa dibantu?" Sapanya semringah dengan senyum merekah.
"Ini aku, bos kamu. Ke rumah aku sekarang juga." Kalindra baru akan membuka mulut membalas ucapan Diego. Namun sambungan telepon sudah lebih dulu diakhiri oleh Diego. Kalindra mengepal kedua tangannya kuat-kuat, lalu berteriak kesal sekencang mungkin. Tak peduli dengan para pegawai di sekitarnya yang menatapnya aneh sekaligus merasa terganggu. Kalindra hanya ingin melampiaskan emosi yang tiba-tiba membumbung tinggi.
Ya Tuhan... kapan aku bisa lepas dari bos sialan itu!
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
That CEO
Любовные романы- 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐂𝐄𝐎 - Entah dari mana asal mulanya, Diego bisa menaruh hati pada sekretarisnya yang super galak. Bahkan rasanya Diego bisa memberi wanita itu cap singa betina. Beribu cara Diego kerahkan hanya untuk mendapatkan secuil perhatian seorang...