Chapter 2

2.5K 81 1
                                    



Happy reading

.


"Note ini untuk kamu, hal-hal yang harus kamu kerjakan selama jadi sekretaris saya ada di sini." Kalindra mengambil buku kecil berwarna merah muda yang dianjurkan Diego. Sempat meringis geli saat melihat gambar note itu. Berwarna merah muda dan dipenuhi gambar Hello Kitty nan lucu. Apa jangan-jangan CEO gagah ini pencinta Hello Kitty? Ugh! Jika benar, itu sangat menjijikkan. Sangat tidak sesuai dengan postur badan dan bentuk wajahnya.

"Karena note itu untuk kamu dan sehari-hari kamu yang pegang, makanya saya pilih warna pink dan ada gambar Hello Kitty-nya. Karena wajah kamu cute kayak Hello Kitty itu." Ujar Diego dengan nada yang dibuat imut, membuat Kalindra kembali meringis jijik. "Jangan berpikir saya yang suka Hello Kitty-nya." Lanjutnya dengan intonasi tajam. Setelah dirasa Diego tak akan berkomentar lagi, barulah Kalindra membaca semua perintah dan aturan yang tertera dalam note Hello Kitty.

Raut wajah Kalindra berubah tegang ketika membaca komando pertama yang tertera di buku kecil itu. Hingga sampai pada sisa komando terakhir yang harus ia baca, air wajahnya mulai menimbulkan gurat-gurat penuh angkara.

Dan setelah membaca note itu benar-benar dan berulang-ulang, kata demi kata, Kalindra membanting note-nya ke atas meja di hadapan Diego.

"Kamu gila ya?! Saya ini sekretaris kamu atau budak kamu, hah?!" Tak sengaja Kalindra meluapkan amarahnya pada Diego seusai membaca semua perintah konyol lelaki itu yang tertera dalam note-nya. Seketika hilang ingatan, lupa akan siapa Diego Alvindo Suwardhana di perusahaan ini. Sementara Diego hanya berdeham kalem sembari menggeser papan namanya lebih dekat dengan posisi Kalindra. Mengingatkan perempuan itu akan pangkatnya di sini. Kalindra melupakan itu. Ia lantas memicing seraya meringis pelan, sembari mengucap sesal dalam hati. Ia melakukan kesalahan lagi kepada atasan barunya, untuk yang kesekian kali sejak siang tadi.

"Maaf, Pak. Tapi... bukannya apa yang Bapak minta dalam note itu bakal dipenuhin sama OB kantor? Saya cuma bantu Bapak mengurus pekerjaan. Bukan memenuhi atau menuruti semua kebutuhan yang bersifat pribadi." Protes Kalindra dengan suara lembut, beberapa oktaf lebih rendah dari sebelumnya. Kali ini ia menanggapi Diego selayaknya ia menanggapi atasannya sebelum lelaki jangkung ini. Lembut dan penuh kehati-hatian.

"Kamu kerja untuk saya dan saya yang menggaji kamu. Pastinya kamu harus nurut sama semua perintah saya untuk mendapatkan gaji dari sini." Kalindra meringis untuk yang kesekian kali dan berakhir mengangguk pasrah. Tak bisa mengajukan protes lagi jika sudah menyangkut gaji.

"Sekarang meja kamu ada di depan ruangan saya. Di sini juga boleh kalau kamu mau." Diego tersenyum menggoda, namun Kalindra menggelengkan kepala. Terlalu lelah mendebat sang bos yang terlalu sekenanya. "Dan ingat, selalu ada pas saya butuh." Imbuh Diego kemudian.

Kalindra mengangguk lagi. "Baik, Pak. Permisi." Pamitnya dengan suara pelan nyaris tak terdengar. Dahi Diego berkerut ketika melihat kedua kaki sekretaris barunya yang hanya beralas sepasang sandal jepit. Dan Diego tahu apa penyebabnya. Detik berikutnya senyum lebar terukir di bibir. Merasa bahwa dia harus menunjukkan tanggungjawabnya sebagai atasan baru Kalindra. Dia tidak ingin disamakan atau mendapat penilaian lebih buruk dari atasan sebelumnya perempuan itu.

.

.

"Ingat! Jangan pulang sebelum saya pulang!" Sambungan telepon diputus oleh Diego secara sepihak. Kalindra mendesah pelan. Kemudian mengusap wajah gusar. Ini sudah pukul delapan malam, dan Diego begitu tega membiarkannya bekerja hingga selarut ini. Padahal jadwal kerjanya hanya sampai pukul enam sore - ketika ia masih menjabat sebagai sekretaris dari si tua perfeksionis - Pak Dika. Dan kini, si bossy Diego Alvindo memintanya bekerja hingga malam. Apa laki-laki itu tidak punya hati?! Apalagi ini weekend. Bahkan biasanya Kalindra pulang pukul lima sore di waktu weekend.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang