Chapter 21

956 43 0
                                    


◇◇◇

"Gak apa-apa nih aku pulang?" Tanya Reehan meyakinkan Shandy.

"Hm. Lain kali aja kita main di sininya." Reehan tampak berpikir sejenak, entah apa yang sedang laki-laki itu pikirkan, Shandy tidak tahu. Dia juga tidak bisa menerkanya.

"Ya udah kalau gitu." Putusnya kemudian seraya menyalakan mesin motor. "Semoga sukses!" Ucapnya memberi Shandy semangat.

"Pasti." Balas Shandy seraya mengepalkan tangan.

"Aku pulang, ya." Pamit Reehan dari balik helm yang masih bersarang di kepala.

"Hati-hati, Ree." Shandy melambaikan tangannya pada Reehan.

"Hayo, itu siapa?" Shandy menoleh ke asal suara lembut yang berada tepat di sebelahnya.

"Ah, Tante! Ngagetin aja." Gerutu remaja itu yang sedikit terkejut karena kemunculan tiba-tiba Kalindra. Kalindra tergelak dibuatnya.

"Pacar kamu, ya?" Terka Kalindra dengan pupilnya yang sengaja ia kecilkan.

"Bukan, Tan. Namanya Reehan, dia sahabat aku di sini. Kita udah sahabatan dari kecil." Kalindra membulatkan bibir tanda mengerti. "Kerjaan Tante udah beres?"

"Udah. Kita jadi makan es krimnya?"

"Jadi dong. Yuk." Shandy gamit lengan Kalindra dengan manja. Mereka menyeberangi jalan di depan kantor seraya saling menggenggam, karena di sana ada sebuah restoran Junk Food yang akan mereka kunjungi. Sebelumnya mereka juga sudah membuat janji akan menikmati es krim di restoran itu setelah Shandy pulang sekolah. Dan Kalindra menepatinya kini.

"Pilih tempat duduknya. Biar aku yang mesan." Titah Kalindra begitu mereka sudah masuk ke dalam restoran, dan keadaan di dalamnya tampak cukup ramai sore ini. Mereka berpencar. Shandy memilih tempat duduk, sementara Kalindra masuk ke dalam antrean.

"Makasih, Tante." Ucap Shandy kala Kalindra datang membawakan es krim. "Om Diego belum pulang, 'kan?" Tanya Shandy membuka obrolan.

"Kayaknya sih belum."

"Bagus deh kalau gitu. Aku juga udah ngabarin dia kalau aku pulang sama dia. Awas aja ntar kalau dia ninggalin aku." Kalindra tertawa kecil melihat Shandy bersungut-sungut.

"Kalau pak Diego tinggalin kamu, kamu 'kan bisa pulang sama aku. Aku bakal antar kamu pulang kok. Tenang aja." Kalindra menyantap es krimnya dengan lahap. Rasanya sudah lama sekali tidak menikmati es krim ini semenjak Diego menjadi atasannya. Bahkan tidak ada waktu bagi Kalindra untuk menikmati es krim di sore hari seperti kebiasaannya dulu. Diego lebih buruk daripada bos Kalindra sebelum dia.

"Oh iya, Shan, kalau boleh tahu ... kamu ini ponaan pak Diego yang ke berapa?" Tanya Kalindra penasaran. Tak ingin keheningan menguasai mereka.

"Pertama dan satu-satunya."

"Oh gitu... Tapi unik juga, ya. Pak Diego itu masih kebilang muda. Dan dia udah punya ponaan yang udah SMA. Pasti orangtua kamu juga masih muda, 'kan?"

"Iya. Mama sama Papa nikah muda."

"Ah... pantas aja rasanya kamu gak cocok manggil aku Tante. Lebih cocok panggil aku Kakak karena kita cuma beda delapan tahun."

"Benar juga sih ...." Desis Shandy merasa tak enak hati.

"Tapi gak apa-apa juga sih. Karena aku bawahan pak Diego dan kita juga bisa dibilang seumuran, panggil tante aja." Usul Kalindra.

"Iya, Tante. Tapi Reehan manggil Om Diego 'Kakak' kok. Dia gak mau manggil Om karena katanya terlalu tua untuk umur mereka berdua." Kalindra tertawa renyah mendengarnya.

That CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang