[][][]
"Shan?" Panggilan Diego berubah menjadi pertanyaan begitu Diego membuka pintu kamar Shandy dan tidak menemukan gadis itu di dalamnya. Diego mengamati balkon, tertutup. Dahinya berkerut kala layar laptop di atas kasur menampilkan sebuah foto. Diego duduk di depan laptop tersebut dan menguasai kursornya. Terpampang beberapa foto Kalindra bersama Reggy di sana, membuat Diego semakin bertanya-tanya dari mana keponakannya ini mendapatkan foto-foto itu. Diego juga sempat melihat foto-foto Kalindra bersama Reggy di sebuah acara pertunangan. Itu dulu, dan Diego pastikan peristiwa itu tak akan terulang kembali. Kalindra memang akan bertunangan, namun hanya dengan dirinya, dengan Diego. Malah mungkin akan lebih dari sekadar tunangan.
Mulai muak melihat foto-foto Kalindra dan Reggy, Diego memilih beranjak pergi, namun tak sengaja ia melihat foto lain yang lebih membuat dirinya tertarik ketimbang melihat foto-foto Reggy dan Kalindra tadi. Dari pengambilan gambar, Diego tahu foto itu diambil diam-diam. Belum sempat mengamati foto-foto Kalindra dan Aldric, Diego terkejut saat pintu yang lainnya di dalam kamar Shandy berderit. Pintu kamar mandi.
"Om ...." Panggil Shandy yang berdiri di depan pintu kamar mandi, lekas menghampiri Diego yang masih duduk di atas kasurnya. "Om ngapain?" Shandy langsung membereskan semua barang-barangnya yang berserakan di atas tempat tidur.
"Eng-enggak." Mendadak Diego berubah gugup. Entah efek dari melihat foto-foto Aldric dan Kalindra tadi atau mungkin karena ketahuan sedang memakai barang Shandy secara diam-diam.
"Terus, kenapa Om di sini?" Dalam rengkuhannya, Shandy berusaha mengembalikan tampilan layar laptop agar terlihat normal, kembali pada layar kosong.
"Kamu suka kameranya?" Diego meraih kamera pemberiannya yang juga tergeletak di atas tempat tidur. Shandy melirik Diego curiga. Tentu ia merasa curiga karena Diego tiba-tiba memutar haluan pembicaraan.
"Suka." Kendati curiga, Shandy tetap menyahuti Diego. Apalagi pamannya itu tampak sedikit gugup. Kentara sekali sedang menutupi sesuatu darinya.
Diego tersenyum, kentara sedang dipaksakan. "Oh, bagus deh. Om ke sini cuma mau nyuruh kamu tidur, besok sekolah, 'kan?"
"Iya. Tapi tadi kenapa Om nggak manggil aku?"
"Om udah manggil kamu, tapi kamunya aja yang nggak tau di mana." Diego diam sebentar. "Om keluar dulu. Have a nice dream." Diego mencium singkat dahi Shandy sebelum keluar dari kamarnya. Shandy terus memandang Diego hingga lelaki itu menghilang di balik pintu. Shandy sempat bingung, mengapa Diego tak menanyakan tentang data-data milik Reggy di laptopnya? Padahal Shandy tahu Diego tadi melihat semua data-data itu.
Diego menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Kedua lengannya ia jadikan bantal untuk menopang kepala dan tatapannya menatap lurus langit-langit di depan mata. Pikirannya mulai berkelana, memikirkan semua yang terjadi antar Shandy - Reggy, dan juga Kalindra - Aldric. Apa di sini dia adalah pihak yang telah ditipu - karena dia merasa ada hal yang disembunyikan darinya.
●●●
"Shan, semalam kamu ngapain?" Tanya Diego di sela-sela acara sarapan ia dan keponakannya.
"Maksud Om?" Tanya Shandy tak mengerti. Ia tatap Diego lekat-lekat.
"Iya, yang di laptop kamu itu. Kemarin aku lihat kamu nyimpan foto-foto Kalin sama Reggy di laptop kamu." Akhirnya Diego menanyakan pertanyaan yang telah mengganggu waktu tidurnya semalam.
"Oh, itu." Shandy terlihat tenang. Karena kemarin ia juga sudah memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Diego jika nantinya Diego membahas perkara foto-foto Kalindra di laptopnya, dan Shandy sudah bertekad akan menceritakan seluruh keburukan Kalindra pada Diego pagi ini - jika sempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
That CEO
Romansa- 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐂𝐄𝐎 - Entah dari mana asal mulanya, Diego bisa menaruh hati pada sekretarisnya yang super galak. Bahkan rasanya Diego bisa memberi wanita itu cap singa betina. Beribu cara Diego kerahkan hanya untuk mendapatkan secuil perhatian seorang...