◇◇◇"Aku rasa aku juga harus pulang walaupun sebenarnya aku pengen banget dengar cerita kamu tentang Kalin." Ucap Shandy dengan wajah datarnya, bersama tatap sengit yang tertuju pada Afsha.
"Dan aku selalu nunggu kamu untuk jadi pendengar baik aku." Masih seperti biasa, Shandy meninggalkan Afsha begitu saja. Sejamang Shandy pergi, seorang laki-laki berkacamata hitam dan bersetelan suit berjalan penuh sahaja dengan dagu tegasnya yang sedikit terangkat. Kedua tangannya lelaki itu tenggelamkan di saku celana. Menawan dan kharismatik. Dua kata yang dapat menggambarkan sosok pria itu, yang kini berjalan menghampiri Afsha. Afsha menyambutnya dengan senyum tulus yang jarang ia perlihatkan pada orang lain selain Reggy. Dunianya benar-benar hanya untuk lelaki itu. Bahkan ia rela repot-repot menjaga kehamilannya hanya untuk dia. Jika bukan karena dia, Afsha mungkin sudah keluar dari klinik praktik aborsi ilegal sejak beberapa bulan lalu.
"Siapa suruh kamu keluar?" Tanya Reggy dingin. Tak lupa lelaki itu sedikit memiringkan kepalanya agar kesan intimidasi lebih terlihat.
"Gak ada." Jawab Afsha apa adanya. Ia tersenyum lebar pada Reggy, berharap senyumnya dapat meruntuhkan emosi lelaki itu.
"Terus ngapain di sini?" Alih-alih terpesona, Reggy malah semakin menajamkan sorot matanya pada Afsha, menatapnya bengis.
"Nyari udara segar. Aku bosan di rumah terus, Gy ...." Afsha tersentak saat secepat kilat Reggy menarik tangannya. Dan memaksa kakinya bergerak menyamai langkah mereka.
"Tetap di sini dan jangan kemana-mana!" Titah Reggy penuh penekanan sesampainya mereka dalam ruangan apartemen unit Afsha.
"Kamu mau pergi lagi?" Afsha bertanya lirih. Reggy tak menjawab. Itu berarti 'Ya' untuk pertanyaan Afsha. "Kenapa kamu selalu kayak gini sih, Gy? Kamu datang, terus tinggalin aku gitu aja. Kayaknya aku benar-benar gak ada harganya di mata kamu -"
"Karena kamu emang gak berharga bagi aku!" Tandas Reggy cepat.
"Untuk apa kamu nahan aku?! Lepasin aku! Biarin aku pergi!"
"Iya, setelah kamu lahirin anak itu, aku bakal lepasin kamu. Kurang lebih tiga atau dua bulan lagi, 'kan? Sabar sebentar."
"Kalau gitu ...," Perempuan itu mulai menitikkan air mata. Bahkan kini ia menangis tersedu-sedu. Entah bagaimana caranya ia bisa melakukan hal itu. Kemampuan aktingnya sudah tidak diragukan lagi. "Bunuh aku atau anak ini. Bunuh salah satu dari kami, Gy! Kalau kamu terus bersikap seenaknya kayak gini sama aku! Kamu nggak tau, di saat-saat kayak gini aku butuh seorang suami yang bisa jaga aku dan janin ini, yang bisa nemanin kita berdua." Lirih Afsha seraya mengusap air matanya yang tak henti meluncur di pipi.
"Ujung-ujungnya kamu ngarapin aku lagi, 'kan?" Reggy menarik satu sudut bibirnya ke atas, tersenyum miring dengan sorot merendahkan. "Kita gak terikat status apa pun. Sampai kapan pun aku cuma bakal nikahin Kalin. Aku cuma cinta sama dia. Jadi jangan pernah harapin aku nikahin kamu."
"Jadi untuk apa kamu nahan aku di sini, Gy?! Biarin aku pergi!" Afsha bergerak menuju lemari pakaian, agaknya wanita itu akan bersiap meninggalkan apartemen mewah yang ia minta ini. Namun tangan Reggy menarik cepat tangannya, menahannya.
"Jangan macam-macam." Ucap Reggy penuh penekanan. Afsha melepas cekalan tangan Reggy dengan lembut. Kemudian dengan perlahan memeluk tubuh tegap Reggy.
"Please, Gy. Aku gak minta banyak sama kamu. Yang aku minta cuma kamu selalu ada untuk aku." Pintanya di sela isakannya. Reggy terdiam sesaat. Membiarkan Afsha memeluknya dengan sangat erat. Reggy peduli. Apa pun kemauan Afsha ia turuti. Tapi untuk yang satu itu, ia benar-benar tidak bisa. Hidup bersamanya adalah sebuah kemustahilan bagi Reggy. Reggy diam-diam juga mencari tahu tentang keadaan, atau apapun mengenai wanita hamil. Reggy juga percaya jika seorang wanita hamil akan melewati fase di mana ia akan meminta hal yang menurut sebagian orang terdengar ganjil. Reggy tahu semua tentang wanita hamil, karena dia peduli. Namun bukan terhadap Afsha, melainkan terhadap bayi yang ada dalam kandungannya. Dan sepertinya kini Reggy disadarkan oleh satu fakta; jika Afsha sedang melewati fase itu. Hanya ingin bersamanya, mungkin itu saja yang sangat diinginkan Afsha saat ini. Baiklah. Jika itu ada kaitannya dengan bayi itu, akan Reggy turuti dengan senang hati. Hanya untuk dan demi bayi itu!

KAMU SEDANG MEMBACA
That CEO
Romance- 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐂𝐄𝐎 - Entah dari mana asal mulanya, Diego bisa menaruh hati pada sekretarisnya yang super galak. Bahkan rasanya Diego bisa memberi wanita itu cap singa betina. Beribu cara Diego kerahkan hanya untuk mendapatkan secuil perhatian seorang...