Sebelah mata Kalindra terbuka kala dirasa matahari mulai merangkak naik dari peraduan. Sinarnya yang terang terasa menusuk kelopak matanya samar-samar. Dengan perlahan, mata yang satunya lagi menyusul terbuka. Lalu keduanya mengerjap beberapa kali kala retinanya menangkap sesuatu, sementara rungunya menghirup feromon yang tak asing. Menyadari ketidakasingan ini, Kalindra terkejut setengah mati dan refleks melompat dari ranjang yang ia tiduri.
"Cabbbuulll! Apa yang udah kamu lakuin sama aku! Sialan!" Pekiknya yang tentu saja mengganggu tidur indah Diego. Diego terbangun lantas menatap Kalindra dengan mata menyipit. Masih mencoba mengumpulkan seluruh kesadaran. Tiba-tiba Kalindra berjongkok dan menangis kencang. Membuat Diego panik. Ia raih kruknya, dengan susah payah mengitari ranjang lalu menghampiri perempuan itu.
"Kamu kenapa, Kalin?" Tangis Kalindra semakin kuat. Kalindra benar-benar merasa harga dirinya sudah lenyap tak bersisa lantaran dengan begitu mudahnya tidur satu ranjang dengan bos sendiri. Dan kembali teringat saat Reggy nyaris menyetubuhinya. Kedua kejadian itu membuat Kalindra merasa dirinya perempuan rendah, seakan dia tak punya harga diri.
"Apa yang udah kamu lakuin sama aku?" Tanya Kalindra di sela tangisnya. Kalindra tak berani mengangkat kepala, malu, ia benar-benar merasa rendah sekarang.
"Aku gak ngelakuin apa-apa sama kamu, sumpah. Kamu kenapa Kalin?" Tanya Diego dengan dahi yang mengerut.
"Kenapa aku bisa seranjang sama kamu? Kamu... kamu pasti udah perkosa aku..." Lirihnya dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Diego terkekeh kecil melihat tingkah Kalindra saat ini. Perempuan itu benar-benar mempertahankan harga dirinya. Hanya karena tidak sengaja tidur satu ranjang dengannya, Kalindra menangis sejadi-jadinya seolah sudah kehilangan kehormatan yang ia jaga betul.
"Hei, tenang dulu. Emang, kadang omongan aku agak mesum, tapi aku nggak pernah ada niat ngelakuin hal-hal mesum sama siapa pun termasuk Afsha, apalagi kamu." Diego terdiam sesaat. Ada yang aneh dari ucapannya, ia sadar.
Mengapa tadi Diego menyebut Afsha dengan namanya? Tidak seperti biasanya. Biasanya ia akan dengan bangga menyebut-nyebut Afsha sebagai calon istrinya ketika sedang menceritakan sesuatu yang ada kaitannya dengan perempuan itu. Ini memang hal yang biasa. Namun Diego mulai merasa ada yang berbeda dengan hatinya.
Kalindra akhirnya mengangkat kepala. Menatap sorot mata Diego yang tak memancarkan kemunafikan. Lalu Kalindra meneliti pakaiannya yang masih terbalut lengkap dan tidak ada yang kurang sedikt pun. Berantakan pun tidak.
"Kenapa aku bisa tidur sama kamu? Aku 'kan semalam tidur di sana," Kalindra menunjuk sofa di sebelah pintu, tempatnya berbaring semalam.
"Aku ini bukan cowok yang nggak punya hati. Di mana hati aku sebagai seorang laki-laki, ganteng pula, kalau aku biarin ada perempuan tidur di tempat kecil, sempit, gak empuk, malah bikin badan sakit ditidurin. Sementara aku di sini tidur di tempat yang luas, empuk, dan nyaman untuk ditidurin. Jelas aja aku kasihan sama kamu. Makanya kamu bisa tidur di sebelah aku." Tutur Diego apa adanya.
"Siapa yang mindahin aku?"
"Mbak Uti. Dan kamu sadar waktu dia bantu pindahin kamu. Kamu sendiri yang jalan ke sini."
"Kenapa harus tidur sama kamu. Kenapa nggak di tempat lain?"
"Kamu mau tidur di kamar Kakak aku? Udah aku bilang, 'kan, kamar itu udah lama gak dihuni. Satu lagi kamar Papa. Ada banyak kamar di rumah ini, tapi rata-rata dihuni asisten rumah tangga yang kerja di sini. Sisa satu, di lantai tiga. Kamu mau tidur di sana sendiri? Kamu tahu 'kan lantai tiga rumah ini kayak apa? Nggak mungkin juga kamu tidur di lantai." Kalindra bungkam, mencerna dan menerima baik-baik penjelasan Diego yang dirasa masuk ke dalam akal sehatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
That CEO
Romance- 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐂𝐄𝐎 - Entah dari mana asal mulanya, Diego bisa menaruh hati pada sekretarisnya yang super galak. Bahkan rasanya Diego bisa memberi wanita itu cap singa betina. Beribu cara Diego kerahkan hanya untuk mendapatkan secuil perhatian seorang...