Tangan Namjoon hanya dua.
Itu yang ingin Namjoon katakan pada ketiga anaknya. Demi apapun ia kerepotan mengurus ketiga anak kembarnya ini.
"Daddy!"
Argh, panggilan itu lagi.
Mau tak mau Namjoon yang tengah menggoreng telur untuk Minchan jadi melepas celemeknya dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.
Disana Seokjin—anak kedua dari tiga kembar itu tengah mencoba menggapai laci dengan tangan mungilnya.
"Seokjin ingin pakai thelana." katanya.
Namjoon menghela nafas berat. Andai saja anak-anaknya sudah lebih besar, mungkin ia tidak akan terlalu repot. Lelaki itu lantas berjalan ke laci dan mengambil secara asal sebuah celana pendek. Ia lalu memakaikannya pada Seokjin yang sudah memakai pampers.
"Thank you, Daddy." kata Seokjin lagi. Namjoon tersenyum dan mengangguk.
"You're welcome, son. Now, go to sleep again." balasnya, berbahasa Inggris.
Seokjin yang pendiam dan sedikit lebih penurut daripada Namjin dan Minchan pun mengangguk. Ia berlari pelan menaiki tempat tidur.
"Daddy!" Namjin muncul dari balik pintu. "Ambilkan buku itu," Namjoon menoleh ke arah sebuah buku tebal berjudulkan '100 Tokoh Ilmuwan'.
"Sebentar, Nak." Namjoon mengambil buku itu sambil menggeleng-geleng. Ajaib memang ketika anaknya yang masih balita ini sudah membaca buku-buku tebal dan berat.
"Daddy! Bau gosong!" seruan lain terdengar dari Minchan.
"Argh, Daddy lupa!" Namjoon lantas berlari keluar seusai melempar buku yang ia ambil tadi secara asal.
Ia bergerak menuju dapur yang masih menyala dengan sebuah alat penggorengan yang berisi telur tak berupa itu.
"Argh! Bisa gila aku." teriak Namjoon bersamaan dengan sebuah bunyi bel.
Ah! Bantuan yang ia panggil beberapa saat lalu sudah sampai.
Namjoon bergegas mematikan kompor sebelum akhirnya buru-buru menuju pintu depan dan membukanya. Enam sosok malaikat penolong sekaligus pencabut nyawanya datang. Menyapa dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang girang, antusias, malas bahkan datar tanpa ekspresi apapun di wajah.
"Ada yang menelpon 911?" ledek Hoseok melihat penampilan Namjoon yang berantakan kehilangan karismanya.
"Masuklah. Tolong ... tiga setan kecil itu ingin mematahkan tulang-tulangku." keluhnya yang dibalas dengan sebuah sentilan keras oleh Seokjin
"Dasar berlebihan, yang kau bilang tiga setan kecil itu anak-anakmu sendiri. Hasil perbuatanmu pada Yejin." ceramah Seokjin, persis sama cerewetnya seperti seorang ibu mertua. Jungkook bergidik geli mendengar penjabaran dari Hyung tertuanya tersebut sementara Namjoon hanya mengusap-usap dahinya yang sakit.
"Samchoooon!" Minchan tiba-tiba muncul dari kamarnya dan berlari antusias ke arah paman-pamannya. Bocah kecil itu langsung melompat ke gendongan Jimin yang bersiap menangkap. Pemuda itu sangat merindukan bungsu dari Namjoon ini.
"Samchon tampan, long time not see!" sapa Minchan pada Jimin, "Kenapa lama tidak main?"
"Daddy-mu tidak mengijinkan Samchon main kemari." jawab Jimin dengan ekspresi wajah yang dibuat sedih. Matanya yang kecil semakin tidak terlihat sekarang.
"Really?" Minchan kini berpaling memandang ayahnya dengan raut wajah kesal. "Daddy!"
"Park Jimin!" balas Namjoon memandang Jimin kesal. Hal itu membuat seluruh yang ada di ruang depan tertawa. How cute!
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanfictionNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...