Di mana Seokjin?
"Minchan di mana Seokjin?" tanya bocah itu memegang kedua bahu adiknya.
"Bukannya tadi dia berjalan di belakangmu?"
"Tidak lucu, Minchan." Namjin mempererat pegangan pada bahu Minchan membuat gadis kecil itu bergidik ngeri merasakan tenaga kakak jeniusnya itu.
"Aku tidak bercanda. Ia tadi berjalan di belakangmu, kan?" tanya Minchan, matanya mulai berkaca-kaca. Namjin yang menyadari bahwa adiknya ini cukup cengeng, akhirnya melepaskan pegangan yang terasa seperti cengkeraman itu.
"Maaf, Minchan. Ayo sekarang kita cari dia."
Keduanya lalu berjalan menyusuri lorong sekolah yang didominasi warna putih biru itu. Mata Namjin tak lepas memandang ke seluruh penjuru sekolah. Diam-diam ia mengkhawatirkan manusia cadel itu meskipun mereka sering mengatakan tak suka memiliki wajah yang sama satu dengan yang lain.
"Thuthah ih, awath kalian, Theokjin mau tendang bola. Penalti, penalti!"
Suara yang begitu khas dengan nada 's' yang berubah jadi 'th' tak urungnya membuat kedua mata Namjin bergerak cepat, beralih pada mahluk serupa dengannya itu.
Baju seragam Seokjin basah karena keringat yang ia dapat hasil kejar-kejaran di bawah terik matahari. Wajahnya memerah diikuti rambut yang melepet menempel pada kedua sudut pelipisnya.
"AWATH!" pekik pemuda kecil itu lagi, benar-benar heboh akan tendangannya sendiri.
Demi Neptunus, Namjin menyesal sudah memiliki sedikit rasa khawatirnya untuk Seokjin. Adik laki-lakinya itu malah terlihat sangat senang bermain di halaman bersama teman-teman mereka.
Namjin lalu menarik tangan Minchan untuk masuk ke area halaman. Menatap tajam anak-anak dengan seragam biru pudar yang tengah bermain bola, terutama Seokjin.
"Seokjin!" panggilnya keras lantaran benar-benar kesal.
Mendengar namanya dipanggil, Seokjin lantas menoleh. Dan tanpa rasa bersalah sama sekali bocah itu malah tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya yang terawat. Maklumlah Seokjin rajin sikat gigi—dengan sikat gagang mario dan pasta gigi strawberry.
"Oh! Namjin ayo main!" ajaknya riang, sama sekali tak terganggu dengan wajah menyeramkan kakaknya yang mirip Mommy Yejin ketika marah karena Daddy tidak mau mengantar berbelanja.
"Tidak ada main Seokjin! Ayo pulang!" katanya tegas. Minchan yang tepat berada di sebelahnya, mundur ke belakang karena takut.
"Tapi Daddy belum datang, Namjin!"
"Mommy akan memarahimu karena seragammu kotor, Seokjin. Berhenti main bola dan ayo tunggu Daddy di depan kelas!"
"Kau boleh saja jadi anak sombong dan tidak punya teman, tapi jangan ajak Seokjin jadi anak menyebalkan sepertimu, Namjin," celetuk salah satu teman mereka di belakang. Namjin menoleh dan menatap benci pada anak laki-laki tersebut.
"Benar. Apa salahnya bermain bola sambil menunggu orangtua kita menjemput? Toh kita tidak bermain di luar area sekolah."
"Kalian tidak kasihan pada ibu kalian memangnya?" tanya Namjin seakan menantang. "Kalau aku jadi kalian, aku tidak akan bermain di lapangan sampai bajuku kotor. Lihat saja kalian, dekil. Aku sangat menyayangi Mommy jadi aku tidak akan menyusahkannya. Dasar dekil!"
"Apa kau bilang? Dekil?" Eunki yang tadinya hendak mengambil bola mendadak berdiri. Di antara teman-teman sekelasnya, Eunki adalah yang paling gendut. Badannya besar, pipinya gembul dan rambutnya keriting. Namjin berani bertaruh kini bau badan anak gemuk itu pasti sudah sama dengan bau ikan basi yang biasa Mommy buang karena Minchan cerewet makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanfictionNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...