Once Upon A Time | 1 |

3.1K 342 25
                                    

Bulan ketiga menjadi seorang suami.

Namjoon tengah menyesap kopi pekatnya pagi ini. Ditemani surat kabar lokal dan beberapa sandwich isi yang telah disiapkan Yejin untuk sarapan. Masih ada beberapa menit lagi untuk bersantai sebelum dia berangkat ke kantor. Sementara itu, Yejin sang istri, menyantap nasi goreng seafood-nya dengan lahap. Entah mengapa pagi ini dia ingin sekali memakan makanan itu.

“Mau kubekalkan sandwich untuk makan siang?” tanya Yejin disela-sela kegiatannya mengunyah. Gadis itu rupanya masih belajar bagaimana cara menyenangkan suaminya. Di usia pernikahan mereka yang memang masih seumur jagung, Yejin berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi istri yang baik.

Namjoon meletakkan surat kabarnya di meja.

Nope. Aku tidak terbiasa menjadikan makanan berat sebagai cemilan,” tolak Namjoon lembut. Yejin mengangguk dan melanjutkan makannya. Sebelum akhirnya dia teringat akan sesuatu.

“Emm, Joon. Ada yang mau kukatakan padamu.”

"Katakan, sayang." sahut Namjoon. Tangannya mengangkat cangkir kopi, hendak menenggak habis isinya sebelum benar-benar akan pergi bekerja.

"Ibuku, dia menginginkan cucu secepatnya."

"Uhuk! Uhuk!" Namjoon tersedak kopinya, bahkan kini mulutnya jadi cemot karena kopi. Ia memandang Yejin yang menarik tisu dan buru-buru membantunya menyeka pakaian kerja milik Namjoon.

"Kau bercanda, Yejin?"

"Tidak. Ibuku menelepon semalam. Ia sangat menginginkan kita untuk punya anak. Sesegera mungkin."

"Aku ...." Namjoon menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sementara itu Yejin masih sibuk membersihkan baju Namjoon. Tangannya kini bahkan mulai beralih ke sudut bibir Namjoon hingga mata keduanya bertemu.

"Ayo buat satu," seru Yejin dengan mata berseri-seri berharap Namjoon akan segera mengiyakannya. "Aku ingin anak pertama kita laki-laki, Joon."

"Tidak, Yejin. Aku belum siap. Maafkan aku."

Dan sumpah mati Namjoon menyesal telah mengatakannya. Mata berseri-seri penuh kebahagiaan itu hilang, diganti dengan sudut bibir yang mulai menajam. Cemberut.

"Aku harus menabung lebih banyak dulu supaya kita bisa mencukupi biaya persalinanmu nanti. Mari berpikir ke depan, Yejin."

“Kita bisa mencarinya bersama sambil menunggu anak kita lahir, Joon!”

“Tidak. Maaf, aku ... belum siap menjadi ayah.” kata Namjoon menghindari tatapan mata Yejin yang kecewa.

"Ya, terserahmu saja Kim Namjoon. Aku kecewa padamu.”

Yejin beranjak dari tempatnya. Beralih hendak memasuki kamar. Ketika nyaris menghilang dari balik pintu, wanita itu berbalik memandang ke arah Namjoon.

"Sana kerja! Cari uang yang banyak. Tasmu sudah di ruang tamu. Jangan hubungi aku hari ini."

Dan dengan itu Yejin menutup pintu keras-keras. Persis seperti bocah kecil yang ngambek minta dibelikan mainan. Tidak lagi peduli dengan apa yang dilakukan Namjoon. Yang pasti dia sempat mendengar deru mesin mobil dinyalakan dan berjalan menjauhi rumah.

Yejin menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas dan menghubungi Nana. Sepertinya dia butuh teman bicara saat ini.

***

“Alasan yang dipakainya tidak masuk akal.”

Begitu kiranya pendapat pertama Nana ketika Yejin baru saja menyelesaikan ceritanya. Mereka tengah berada di ruang keluarga sekarang. Menonton drama korea favorit sembari menikmati sekotak pizza yang baru saja dipesan Yejin.  Bertukar cerita atau lebih tepatnya Yejin yang bercerita. Meski mereka berdua hanya saudara ipar, tapi Nana dan Yejin sudah saling dekat satu sama lain sejak Namjoon dan Yejin masih berpacaran. Membuat keduanya dengan mudah mengutarakan kegelisahan masing-masing jika salah satu dari mereka memiliki masalah.

“Kau juga berpikir begitu, kan?” sahut Yejin, melahap potongan pizza keduanya dengan perasaan bercampur kesal. Yejin menoleh pada Nana, “Tidak masuk akal jika seorang Kim Namjoon mengeluhkan masalah financial. Apa mungkin dia tidak ingin anak dariku? Maksudku, dia lebih menginginkan anak dari wan—”

“Pasti tidak seperti itu, Yejin. Aku tahu sepupuku itu sudah cinta mati padamu.” Nana memotong ucapan Yejin sebelum gadis itu menyelesaikannya. Tahu ke mana arah pembicaraan tersebut. “Menurutku, dia hanya benar-benar belum siap menjadi ayah. Kau tahu kan dia itu ceroboh dan masih seenaknya sendiri? Mungkin dia tidak ingin menyakiti anak kalian kelak. Aku pernah membaca berita seorang dokter tidak sengaja mematahkan tangan seorang bayi saat persalinan dan bodohnya aku berpikir jika dokter itu Namjoon. Mungkin dia menghindari hal seperti itu terjadi.”

Yejin menjadi pendengar yang baik bagi Nana yang mulai cerewet. Mungkin yang dikatakan Nana memang ada benarnya. Tapi itu juga tidak menjadi alasan. Yejin sangat menginginkan bayi akhir-akhir ini. Lagipula untuk apa mereka menikah jika tidak untuk mendapatkan keturunan?

“Yejin, apa kau belum sarapan?” tanya Nana tiba-tiba mengalihkan perhatian Yejin.

“Aku menghabiskan sepiring nasi goreng seafood tadi pagi.”

“Tadi pagi yang kau maksud bukankah hanya dua jam yang lalu? Apa kau sadar kau hampir menghabiskan setengah box pizza kita? Nafsu makanmu seperti orang yang sedang hamil.”

“Mentang-mentang sedang membahas masalah hamil kau menyangkutpautkan hal itu.” Yejin semakin sebal. Tidak peduli, dia tetap mengunyah pizza dengan double cheese tersebut.

“Memangnya kau tidak pernah melakukan itu bersama Namjoon? Kapan kali terakhir kalian bermain, hm?”

“YA! NANA-YA! Haruskah kau menanyakan hal itu padaku!” protes Yejin kesal. Tidak habis pikir mengapa kekasih Taehyung ini mesum sekali. Nana terbahak. Puas melihat ekspresi kesal Yejin.

“Siapa tahu kan karena belum siap menghadapi kau yang hamil, Namjoon menahan diri untuk tidak melakukannya.”

“Menahan diri dalam mimpimu!” dengus Yejin. Nana kembali terbahak. “Tapi kau tahu tidak Nana, kenapa eomma tiba-tiba bertanya tentang cucu padaku?”

“Bodoh! Tentu saja tidak tahu! Memangnya kenapa?”

Yejin menghela napas pelan. Sedikit ragu untuk mengatakannya pada Nana. Takut jika dugaannya salah dan dia akan dua kali merasa kecewa.

“Awalnya aku hanya takut jika aku menderita penyakit-penyakit aneh jadi aku bertanya pada ibuku bagaimana cara mengatasinya—”

“Tuhan, kau berbelit-belit!”

“Aku mengeluhkan tentang tamu bulananku yang terlambat datang sejak dua bulan lalu.”

Mata Nana berbinar, gadis itu menjentikkan jari di depan wajah Yejin. Sambil mengumpat pelan, merutuki betapa bodohnya saudara iparnya ini.

"Kau bodoh, sungguh."

——tbc.

Hai.
Emon datang dengan episode baru. Hihi.
Hayo, ada yang penasaran nggak kenapa tulisannya italic? Wkwk.
Ada yang tau nggak habis ini ngapain?

Atau sudah ada yang mencari keberadaan kembar tiga yang recokers akut itu?

Hehe. Tunggu kelanjutannya aja ya^^

Tertanda,
Istri Kim dan Min
dydtedi dan labiltrovert.

Daddy Namjoon and Kim TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang