Minchan melompat turun dari kursi penumpang diikuti oleh Namjin dan Seokjin di belakangnya. Ini hari pertama mereka sekolah setelah libur panjang kemarin. Yejin keluar dari dalam mobil, menghampiri anaknya dan mengecupi pipinya satu per satu. Sesekali merapikan seragam mereka yang sedikit kusut atau memastikan masing-masing telah membawa bekal makannya. Sungguh, ibu yang siaga.
"Belajar yang baik dan jangan nakal," pesannya sembari berjongkok menyejajarkan diri dengan triplets.
"Siap, Mommy!" Minchan yang hari ini rambutnya dikepang mengangkat tangannya dengan sikap hormat yang menggemaskan.
"Jangan lupa makan bekal kalian," lanjut Yejin, mengusap sayang bahu anak-anaknya.
"Namjin!" Namjoon yang sudah berdiri di samping Yejin memanggil anak pertamanya. "Jaga adik-adikmu!"
Namjin mengangguk tegas sebagai balasan. Ia lalu menggandeng Seokjin dan Minchan berjalan lebih masuk ke area sekolah.
"Thelamat tinggal, Daddy, Mommy! Kami akan belajar dengan baik!" teriak Seokjin sebelum benar-benar masuk. Namjoon dan Yejin lalu melambaikan tangan membiarkan ketiganya masuk.
"Anak-anakku sudah semakin besar," gumam Yejin sembari memaparkan senyum yang selalu memabukkan untuk Namjoon.
Pemuda itu menarik Yejin lebih dekat ke arahnya lantas mendekatkan bibir ke telinga ibu tiga anak itu. "Mau cetak yang baru lagi tidak?" tanyanya sambil mengerlingkan sebelah mata.
Yejin tersenyum dengan wajah yang ia buat seimut mungkin lalu menginjak kaki Namjoon. "Bekerja sana!"
Sementara itu Namjin dan kedua adik kembarnya sudah berada di kelas, ia memilih untuk duduk di bangku paling depan disusul oleh Seokjin disampingnya dan Minchan di belakangnya.
Seorang anak laki-laki muncul dari balik pintu, tampak kebingungan, pemuda kecil itu menghampiri Kim triplets——Minchan tepatnya——lantas berdiri dengan kikuk.
"Mi-Minchan," panggil pemuda itu dengan suara mencicit sementara Namjin sudah memasang tampang siap menerkam jika saja anak itu berani mengganggu adik bungsunya.
"Ya?" jawab Minchan dengan suaranya yang terlalu menggemaskan untuk didengar. Mungkin jika ia menjadi seorang gadis remaja nantinya, Minchan akan disukai banyak lelaki.
"Aku boleh duduk di sampingmu?" tanya pemuda kecil itu lagi. Minchan baru saja ingin mengangguk ketika suara Namjin yang secepat kilat itu menyambar, menginterupsi tanpa jeda.
"Kau duduk di bangku lain saja. Banyak bangku kosong. Jangan dekat-dekat adikku." Namjin memberikan tatapan membunuh yang ia warisi dari sang ayah yang kadang memang terlihat menyeramkan. Jika saja matanya itu belati, mungkin anak kecil di hadapannya ini telah mati telak tak bernyawa.
"Ba-baiklah." Lelaki kecil itu lalu pergi terbirit-birit meninggalkan ketiganya.
"Namjin, kau thangat galak. Themua orang akan kabur jika kau begitu." Seokjin bersuara. Ia hanya diam memandang kejadian tadi. Tapi ia berani bertaruh jika dirinya yang berada di posisi anak kecil itu, Seokjin akan terkencing-kencing di tempat.
"Biarkan saja, anak nakal tidak boleh dekat dekat Minchan!"
"Tapi dia tidak pernah menggangguku, Namjin!" protes Minchan dengan bibir yang dikerucutkan. Kepang dua dengan pita pink——model rambutny hari ini——menambah imut penampilannya saat ini. Namun agaknya hal itu tidak memengaruhi Namjin untuk berbaik hati pada adiknya.
"Duduklah Minchan! Sebentar lagi Byul akan datang, aku akan menyuruh dia menemanimu. Aku kakakmu, aku yang akan menjagamu!" tegas Namjin dengan ekspresi datar.
"Kau kakak yang menyebalkan!"
Minchan duduk di bangku berwarna kuning yang sudah dipilihnya. Melipat tangan sebal, kesal melihat tingkah overprotective kakak pertamanya.
Dulu Namjin tidak terlalu seperti ini. Dia akan membebaskan Minchan bermain dengan siapa saja. Begitu juga Seokjin. Tapi sejak Minchan sakit demam berdarah beberapa bulan lalu, Namjin jadi begitu overprotective pada adik-adiknya. Seolah-olah dia yang bertanggung jawab penuh. Apalagi setiap harinya Namjoon selalu memberinya mandat "Jaga adik-adikmu, ya!" Namjin jadi melarang Seokjin dan Minchan ini-itu atas nama melindungi kembaran.
Seokjin tidak boleh lari-larian, Minchan tidak boleh jajan sembarangan, peralatan tulis tidak boleh dipinjamkan dan tidak boleh meminta bekal teman lain. Berlebihan kan?
Dan untuk hari yang baru saja dimulai ini, Minchan yakin Namjin akan menambah kadar protektifnya lagi. Lihat saja kedua matanya yang terus melirik sana-sini. Ia bahkan membunuh semut yang melintas di meja Seokjin, menepuknya tanpa ampun hingga mahluk kecil itu gepeng tak bernyawa. Benar-benar jeli untuk ukuran anak kecil yang masih berada di bangku kecil sekolah.
"Hei, Kim Namjin, Kim Seokjin," panggil seseorang yang tak hanya berhasil menginterupsi Seokjin namun juga Namjin. Itu suara Jiwon, tetangga mereka yang memiliki badan gempal dan pipi tembem. Ia tersenyum hingga matanya hanya tersisa segaris. "Pinjam penghapus, ya?"
Namjin menggeleng keras sebagai jawaban. Ia menggenggam erat karet kecil berwarna hitam itu. Lalu buru-buru menghapus beberapa coretan di atas kertas gambar yang tengah menjadi tugas mereka. "Aku sedang memakainya. Kau lihat?"
Seokjin hanya geleng kepala melihat kelakuan kakak laki-lakinya itu. Bagaimana Namjin bisa menjadi Hyung-nya? Nanti kalau pulang ke rumah ia berjanji akan menanyakan kembali perihal siapa yang keluar lebih dulu dari perut ibu mereka.
"Kau bitha memakai punyaku thepuathnya. Pakai thaja, Jiwon." Seokjin kecil menyodorkan penghapusnya sembari tersenyum pada Jiwon yang agaknya sudah ilfeel pada Namjin.
"Seokjin, Mommy bilang kalau penghapusmu hilang, Daddy tidak akan membelikan yang baru."
"Jiwon tidak akan menghilangkan penghaputhku, Namjin."
"Awas saja kalau hilang, aku dan Minchan tidak akan meminjamkannya padamu."
Seokjin sebetulnya sedikit takut. Namun tetap saja diberikannya penghapus itu pada Jiwon."Namjin memang pelit! Tidak hanya pada teman, bahkan pada kembarannya sendiri," cibir Jiwon cukup keras hingga membuat teman lainnya menoleh.
Namjin tidak peduli, dia sudah kesal. Padahal dia hanya ingin membela adiknya. Tapi Seokjin sendiri seperti menusuknya dari belakang. Menyebalkan!
Hari pun berlalu dengan cepat. Jam pulang sekolah telah tiba. Namjin menggandeng Minchan untuk menunggu di depan kelas. Sepertinya Ayah mereka sedikit terlambat menjemput.
"Namjin! Aku tidak suka kau melarangku berteman!" protes Minchan sembari menghentak tangannya lepas dari tangan Namjin. Tampaknya gadis kecil ini masih kesal dengan kakaknya.
"Aku tidak pernah melarangmu berteman," sahut Namjin datar. Sesekali melirik jam tangan Ben10 yang melingkar di pergelangan mungilnya.
"Kau melakukannya tadi. Kau melarangku duduk dengan Mino!"
"Mino bisa saja mengganggumu, Minchan! Aku hanya ingin menjagamu dan Seokjin!" Namjin berteriak nyaris membentak Minchan. Sebelum akhirnya ia teringat sesuatu.
Di mana Seokjin?
——tbc.
Hayo, coba tebak si cadel kemana? Hihi.
Hai, maaf yak telat banget updatenya huhu.
Maaf juga kalau misal hasilnya agak random gimana gitu. Aku dan mbakku si dydtedi akan berusaha lebih baik.Mohon dukungannyaa^^
Triplets fans,
Mrs Min and Mrs Kim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanfictionNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...