Ini hari Minggu.
Ingat! Ha-ri-Ming-gu. Hari di mana Namjoon tidak bekerja, Yejin begitu semangat mencoba resep baru dan triplets tidak harus bangun pagi untuk berangkat sekolah. Biasanya Namjoon akan mengajak keluarganya liburan sederhana jika teman-temannya tidak ada rencana untuk berkunjung. Mungkin piknik di taman, mencoba menu baru di resto favorit atau sekadar berkeliling pusat perbelanjaan. Tapi hari ini dia sedang malas. Jadi yang dilakukannya hanya bersantai di teras depan sambil membaca berita terbaru melalui ponsel. Sesekali membalas obrolan teman-temannya dalam grup chatting yang saat ini diberi nama "PrayForYoongi". Entah kenapa grup yang berisi tujuh orang itu selalu berganti nama sesuai dengan topik yang dibahas. Bulan lalu namanya "#2019GantiIstri", lalu Taehyung mengubahnya jadi "IstrimuMantanSahabatmu"--jelas nama ini untuk menyindir Hoseok dan Namjoon. Akan tetapi, dua hari kemarin saat Namjoon hendak menanyakan sesuatu pada teman-temannya dia menemukan grup itu bernama "Hayu main yuk!". Siapa lagi yang mengubahnya kalau bukan Hoseok. Namjoon bingung sendiri. Tapi kalau diambil pusing, hanya akan menambah list beban pikirannya saja.
Like father like son tidak berlaku hari ini. Jika Namjoon menikmati akhir pekan dengan bersantai, anak laki-lakinya yang pertama justru sedang serius menyusun lego di ruang tengah. Saudara kembarnya baru saja selesai mandi dan langsung menghampirinya saat selesai berpakaian.
"Hyung ayo main!" ajaknya bersemangat. Pemuda berpipi chubby itu menarik kakak lelakinya dengan binar mata polosnya. Namjin hanya melirik sekilas tanpa tertarik sedikit pun. Bermain dengan Seokjin mulai terasa membosankan. Pemuda kecil berwariskan IQ tinggi milik bapaknya itu sedang ingin sendirian.
"Aku sudah melakukannya sejak tadi," timpalnya cuek. Huh! Tidak asyik sekali kembarannya ini.
"Makthudku main yang lain. Jangan lego." Bagi Seokjin, main lego itu membosankan. Terlalu banyak menggunakan otak untuk membentuk balok-balok acak itu menjadi beberapa karakter. Seokjin lebih suka permainan yang menggunakan fisik. Olahraga, misalnya.
"Main apa, humm?"
"Thepak bola?" usul Seokjin berbinar. Halaman belakang mereka cukup luas untuk bermain sepak bola. Matahari tak begitu terik dan ada angin semilir yang dari tadi berhembus. Ini waktu yang tepat. Seokjin percaya itu.
"Hah?" Namjin menyeringai. Nada suaranya mengejek. "Tidak pernah dengar permainan itu. Aku hanya tahu sepak bola, bukan thepak bola, wleee." Pemuda itu menjulurkan lidahnya, mengejek sang adik, memberikan patah hati yang telak melukai harga diri Seokjin.
"Hyung! Makthudku thepak bola. Theperti yang Hyung tau." Kendati sudah diejek, Seokjin masih terus mengajak Hyungnya. "Ayo, main."
Namjin menggeleng dan kembali mengangkat balok warna-warninya. "Aku tak tau main thepak bola, Theokjin."
Seokjin kesal! Bukan karena Namjin yang keukeuh tidak mau bermain bersama, tapi karena Namjin yang terus saja meledek cara bicaranya. Maka bocah kecil itu melampiaskannya pada susunan lego Namjin yang malang.
Brakk!!!
Seokjin menendangnya hingga berantakan, lalu kabur.
"SEOKJIN!! I WILL KILL YO-"
"NAMJIN!" Namjin berhenti mengejar adiknya karena teguran sang ayah. Namjoon berdiri di hadapannya dengan berkacak pinggang, sementara Seokjin bersembunyi di belakang ayahnya mencari perlindungan. Raut wajah meledek membuat Namjin semakin kesal.
"Daddy," gumam Namjin takut. Tentu saja dia baru melakukan kesalahan. Di rumahnya tidak ada yang boleh berkata kasar atau Daddy akan marah. Setahu Namjin peraturan itu juga berlaku bagi samchon-samchonnya.
"Ingat apa yang Daddy pernah bilang tentang berkata kasar?" tegur Namjoon tegas tanpa nada tinggi. Namjin menunduk takut, namun sedetik kemudian dia menoleh pada Seokjin dengan tatapan permusuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanfictionNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...