31 Desember 2016
Siluet oranye menghiasi langit bersamaan burung-burung yang berterbangan pulang menuju peristirahatannya ketika tungkai Taehyung berhenti tepat di depan sebuah pintu. Pemuda itu menghela napasnya sekali sebelum mulai mengetuk. Ia sedang tidak dalam mood baik saat ini. Tidak setelah semua teman yang ia anggap nyaris bagai saudaranya itu melupakan hari spesialnya.
"Hyung, aku datang!" teriak pemuda itu malas.
Sepuluh detik berikutnya ia mendapati seorang lelaki menggendong gadis kecil membukakannya pintu. "Samchon!"
"Hai, Sayang," sahut Taehyung seraya mencubit pipi bakpao milik Minchan. Melihat anak kecil membuat perasaan seorang Kim Taehyung jadi membaik.
"Masuklah," tutur Namjoon mempersilakan Taehyung masuk. "Baru kau yang datang."
Pemuda bersurai pirang itu lantas memasuki ruang demi ruang kediaman Namjoon yang dihapalnya seperti rumah sendiri. Maklum saja, rumah 'sederhana' itu sudah bagaikan markas bagi dia dan kawan-kawannya.
"Seokjin Hyung jadi mengajak Jihae kemari?" tanyanya sebelum menjatuhkan diri pada sofa empuk berwarna krem di ruang tengah. Namjoon menurunkan Minchan ke pangkuan pemuda itu.
"Kelihatannya begitu. Tolong jaga anak-anak, ya! Apapun yang terjadi jangan biarkan mereka menuju halaman belakang! Aku akan membantu Yejin menyiapkan arang dan jagung," titah Namjoon.
Taehyung mengangguk-angguk paham sembari memainkan surai halus Minchan.
"Eh, Hyung!"
"Ya?"
"Kau ingat sekarang tanggal berapa?" tanya Taehyung, berharap bapak tiga anak di depannya ini mengucapkan sesuatu.
"Kau bisa melihatnya sendiri di sana," balas Namjoon sembari menunjuk kalender dinding yang tertempel pada tembok bercat hijau pudar ruangan tersebut.
Oh ya, terimakasih atas jawabannya! Kita semua tahu sekarang malam tahun baru.
Ingin rasanya Taehyung menyahuti Namjoon demikian namun ia cukup tahu diri dan sedikit gengsi untuk mengatakan hal itu. Lagipula, mana mungkin orang yang ulang tahun memberitahu tentang tanggal ulang tahunnya? Itu sama saja mencoreng harga diri, bisa-bisa Taehyung dianggap jomblo yang mengenaskan dan minta diperhatikan.
Pemuda itu lalu meneruskan kegiatannya bermain dengan Minchan. Menjadi kuda-kudaan untuk si gadis kecil lantas menggendongnya ke sana kemari dengan gaya layaknya superman.
Seokjin kecil yang mendengar keributan muncul dari kamarnya beberapa menit kemudian.
"Thamchon!" serunya heboh melihat Taehyung sedang bermain dengan kembarannya.
"Seokjin!" balas Taehyung tak kalah riang. Ia menurunkan Minchan dari pundaknya lantas berjalan ke arah Seokjin.
Ia menggendong lelaki kecil itu. "Ada apa?"
"Apa thamchon mario broth thudah datang?" tanya Seokjin mengacu pada pamannya yang bernama sama dengannya itu.
"Belum, kenapa memang?" Taehyung merapikan anak rambut Seokjin yang menutupi matanya. Sementara Minchan lebih tertarik mengganggu Namjin yang tengah berkutat dengan krayon dan buku mewarna.
"Daddy bilang minggu depan kita haruth ke rumah thamchon itu untuk menikah," adu Seokjin polos yang mau tak mau mengundang tawa kecil Taehyung.
"Bukan kita yang menikah sayang, tapi Seokjin Samchon," jelasnya.
"Apa itu menikah, Samchon?" Namjin yang memiliki rasa ingin tahu tinggi sedikit membuat Taehyung kelabakan dengan pertanyaannya.
"Umm ... menikah itu ... tinggal bersama seperti Daddy dan Mommy, tidur bersama dan--"
"Oh my God! Samchon!" Minchan berteriak panik. "Kalau begitu aku, Seokjin dan Namjin ... sudah menikah?"
"Taehyung! Apa yang kau ajarkan pada bocah-bocah kecilku, heh?"
Namjoon tiba-tiba muncul dengan karung di bahunya. Lelaki itu mendelik tajam pada pemuda bermarga sama dengannya itu.
Melihat muka sangar Namjoon, Taehyung menggeleng cepat. "Tidak, Hyung."
"Kau," Namjoon memberi jeda dua detik sebelum melanjutkan. "Awas saja kalau mengajari anak-anakku hal yang tidak pantas. Kupastikan malam ini kau yang akan jadi bahan bakar untuk jagung-jagung ini."
Taehyung menggeleng sekali lagi, bibirnya baru akan mengeluarkan suara ketika suara lainnya terdengar.
Bel pintu bersamaan dengan ketukan terdengar. "Kim Namjoon, aku datang!"
Itu suara seseorang yang sama garangnya dengan Namjoon, hanya saja hatinya lebih lembut dan wajahnya bagai malaikat.
"Buka pintunya, aku harus mengantar jagung-jagung ini ke belakang." perintah Namjoon sebelum pergi.
Taehyung mendengus kesal. Memangnya ia pembantu hingga harus rela disuruh-suruh oleh Namjoon? Ulang tahunnya terlupakan dan sekarang ia adalah seorang baby sitter merangkap pembantu di rumah hyung-nya. Malam tahun baru mana lagi yang lebih buruk dari pada yang tengah ia rasakan saat ini?
Lelaki itu membuka pintu kemudian seorang Kim Seokjin terlihat di hadapannya. Pemuda itu tidak seorang diri karena ada gadis berparas cantik di sampingnya.
"Kenapa lama sekali?" gerutu Seokjin, wajahnya masam.
Taehyung memutar bola matanya sarkastik. "Rumah ini dipenuhi sepasang pasutri yang sibuk berpacaran di taman belakang dan seorang baby sitter yang mengurus tiga bocah setan di ruang tengah, jadi wa--Aw! Hyung!"
Keluhan Taehyung harus terhenti karena sebuah sentilan keras yang mendarat di keningnya.
"Sekali lagi kau sebut mereka bocah setan, kupastikan kau tak bernama Taehyung lagi!" ketus Seokjin penuh nada mengancam. Ia mengamit tangan gadis di sampingnya yang meringis ngeri lantas kembali berjalan masuk. "Ayo, Jihae sayang. Kita bertemu si kecil cadel kesayanganku dulu."
'Tidak bernama Taehyung lagi? Cih memangnya siapa dia? Ibuku?" gerutu Taehyung di belakang. Tapi pemuda itu segera menutup bibir rapat-rapat ketika Seokjin menatapnya tajam penuh ancaman.
"Kau bilang apa?"
"Ti-tidak Hyung, kau sangat perhatian seperti ibuku," jawab Taehyung gugup. Seokjin menunjukkan senyum kemenangannya.
"Theokjin-ku thayang! Tamchon tampan datang!" seru Seokjin sebelum benar-benar pergi.
Taehyung menghela napas panjang. Kadang Taehyung heran, sebenarnya orangtua dari Kim triplets itu Namjoon dan Yejin atau Namjoon dan Seokjin? Kedua hyung-nya itu jauh lebih galak dan protektif dari pada Yejin, wanita kuat yang membawa tiga ekor anak kembar bersamanya selama tujuh bulan dalam kandungan.
--tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanfictionNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...