Minchan Mau Dedek!

1.5K 144 21
                                    

Hai Sayang, Apa kabar? 

Ada satu pertanyaan, untuk membuka kisah kali ini. Menurutmu, apa memiliki kakak laki-laki itu menyenangkan? Kalau iya, coba beri tahu Minchan alasannya.

Karena hari ini, untuk hari ini, Minchan berpikir dua kakak laki-lakinya benar-benar menyebalkan.

"Oppa! Letakkan Elsa di istananya! Dia tidak bisa terbang! Dia bukan Putri Jasmine!" protes Minchan setengah menjerit. Dia sudah tidak punya tenaga lagi jika harus mengejar Seokjin yang sering main sepak bola itu. Larinya cepat sekali. Baru sebentar mengejar saja Minchan pasti sudah berkeringat. Sayangnya Barbie Elsa kesukaan Minchan tengah ada di tangan Seokjin sekarang. Diterbangkan layaknya Batman dan Superman. Padahal Seokjin sudah punya keduanya, tapi masih saja menggoda Minchan. Membuat Minchan sebal!

"Ngeeengg! Ngeeeng! Let it goooo!"

"Oppa!" jeritnya sekali lagi melihat Seokjin yang berlagak tidak peduli.

Sementara Namjin, malah asik mewarnai buku gambar Minchan yang baru saja dibelikan Jimin Samchon. Temanya binatang, tidak seperti milik Minchan biasanya yang bertema Barbie. Jadi, Namjin tertarik untuk mewarnai beberapa halaman. Apalagi Jimin hanya membelikan Minchan, kesayangannya. Seokjin dan Namjin iri hingga menggoda bungsu tersebut.

Minchan tidak tahan, ini keterlaluan. Dia menangis sekencang-kencangnya.

"Daddy! Mommy! Huwaaaa!"

Namjoon dan Yejin yang tengah berdua di dapur saling pandang mendengar kerusuhan tersebut. Lalu Yejin tersenyum. "Tolong anaknya ditenangkan ya, Pak?"

"Kenapa tidak Anda saja, Mam? Saya rasa Anda yang lebih ahli menenangkan anak-anak itu," balas Namjoon dengan suara yang dibuat manis dan senyum yang mengundang eksistensi sexy dimple-nya.

Mendengar jawaban Namjoon, Yejin meletakkan pekerjaannya. Menghela napas pelan. "Nanti saya yang jadi tidak tenang jika membiarkan Bapak di dapur, Pak."

"MOMMYYY!!!" rengekan Minchan kembali terdengar. Yejin melotot galak.

"Cepat lihat anak-anakmu Kim!"

Tanpa diperintah dua kali Namjoon bergegas menghampiri putri kecilnya. Yejin dengan mode galak adalah hal yang harus dihindari. Lebih menyeramkan dari nenek sihir, setidaknya menurut Namjoon.

Di ruang tengah Namjin bisa melihat kedua putranya tengah sibuk dengan dunianya sendiri, sementara Minchan menangis terisak.

"Namjin, Seokjin! Katakan pada Daddy, siapa yang membuat masalah di sini?" tanyanya, sembari meraih Minchan dalam gendongan. Minchan memeluk leher ayahnya erat. Masih menangis. "Siapa yang membuat Minchan menangis, hm?"

"Oppa!" adu Minchan kesal. Jarinya menunjuk Seokjin dan Namjin yang kini memasang wajah tidak bersalah.

"Aku sama sekali tidak menganggunya, Daddy. Sejak tadi aku hanya mewarnai," ujar Namjin membela diri. Dia tidak bohong kan? Tapi Minchan tidak terima mendengar itu.

"Tapi kau mewarnai buku gambarku! Jimin Samchon membelikannya untukku!"

"Kau kan tidak suka gambar-gambar seperti ini. Lebih baik kuwarnai daripada hanya hitam dan putih kan?"

"Tapi, Oppa, tetap saja itu punyaku. Pu. Nya. Ku! Jimin Samchon membelikannya untukku. Kau tidak boleh mewarnainya." Minchan merenggut sekali lagi, masih dalam dekapan Daddy yang tampak bingung memperhatikan si sulung dan si bungsu beradu mulut.

"Hei, Kim Minchan, thejak kapan kau jadi pelit theperti ini? Bukannya Mommy dan Daddy thelalu mengajarkan kita untuk thaling berbagi?"

Kali ini, Seokjin si anak tengah yang menyahut. Alih-alih membela si bungsu, Seokjin malah membela kakaknya.

Daddy Namjoon and Kim TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang