"DADDY!"
Satu suara lagi. Kali ini berasal dari kamar mandi. Namjoon segera menuju ke belakang. Dan dia harus menghela napas lelah untuk kesekian kalinya karena laki-laki itu melihat Taehyung yang tengah berendam di bath up sedangkan Namjin berdiri di sudut kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.
"Demi Tuhan, Kim Tae, apa yang kau lakukan?"
Taehyung berdiri dari rendamannya di bath up. "Kata Hyung, aku harus membantu Jungkook memandikan Namjin. Tapi Jungkook tadi sedang menyiapkan pakaian untuk Namjin. Jadi kupikir lebih baik aku mandi lebih dulu," sahut Taehyung dengan polosnya.
Namjoon menepuk dahinya lagi. Kali ini benar-benar gemas.
"Daddy!"
Dan tampaknya kesialannya hari ini belum habis sebab lagi-lagi panggilan yang sama terdengar.
Daddy! Daddy! Dan Daddy terus menerus! Argh!
Lagi-lagi itu Minchan. Mau tak mau Namjoon pergi ke ruang makan.
"Apa lagi sayangkuuu?" tanya Namjoon dengan menahan emosi. Suaranya sampai bergetar menahan marah dan jengkel. Namun ia cukup tahu diri, menjadi orang dewasa harus membuatnya menahan berbagai emosi. Apalagi jika di depan anak-anaknya.
Sebab, apa yang ditunjukkan orangtua pada anak, bisa jadi ditiru oleh anak. Karakter orangtua membentuk karakter anak.
"Susunya aneh." Minchan yang sudah mengeluh lapar sejak pagi kini terduduk di atas kursi yang menghadap langsung pada meja makan. Ia menyodorkan segelas susu pada Namjoon dan tampak menahan rasa geli akibat meminum susu.
"Siapa yang membuat susu ini?" tanya Namjoon lagi. Ia ragu-ragu mengambil gelas itu lalu mencium aroma susunya. Dari warnanya saja Namjoon sudah tahu air itu terlalu encer untuk jadi susu. Namun demikian, ia masih meminumnya.
"Itu ... Susu buatan Yoongi Samchon," sahut Minchan bersamaan dengan Namjoon yang tersedak hingga susu yang ia minum berceceran di lantai.
"Daddy, you are so nasty!"
"Yoon ... Yoongi Samchon?" Pantas saja aneh. Yang Minchan sebut susu itu bahkan tidak memiliki rasa susu sama sekali.
"Yoongi Hyung!" pekik Namjoon. Yoongi keluar dari dapur dengan sebuah teflon berisi telur goreng yang sama tak berupa.
"Ya?" jawabnya datar seraya menaruh telur itu di atas nasi milik Minchan.
"Kau campur racun apa ke susu anakku, Hyung?"
Yoongi masih diam seraya menaruh teflon ke atas meja lalu melepas celemeknya. "Itu? Oh, susu bubuknya habis. Jadi, kupikir lebih baik memberi mereka minum air bekas cuci beras. Orang-orang zaman dulu juga melakukan itu, kau tahu? Kau harus berterima kasih padaku. Aku membantumu menghemat biaya."
Rasanya Namjoon ingin membunuh Yoongi saat itu juga.
Ah, Yejin juga pasti akan membunuh Yoongi jika ia tahu Minchan nyaris saja terbunuh minuman tidak berfaedah milik Yoongi.
Mengingat Yejin, Namjoon jadi rindu. Mendadak, ia merasa sangat merindukan wanita itu, istrinya, ibu dari anak-anaknya.
"Andai saja Yejin tidak pergi hari ini," keluhnya dengan mata sendu menatap lantai berubin cokelat aestetik. Keenam teman Namjoon itu menoleh ke arahnya. Menghentikan semua kelakuan mereka yang bukannya membantu malah memperparah keadaan.
"Aku berjanji akan membantunya merawat ketiga setan ini jika ia sudah pulang. Mengurus anak-anak sendirian sungguh menyusahkan."
Bersamaan dengan curahan hati seorang Kim Namjoon yang mengudara, sebuah bel berbunyi. Menandakan seseorang datang.
Dengan langkah gontai Namjoon menuju pintu depan. Membukanya dengan enggan sebelum kedua matanya menangkap sosok bidadari yang turun dari kahyangan untuk membantunya. Tidak! Dia bukan bidadari, bukan dalam arti sesungguhnya. Namjoon tidak sedang berkhayal, Tuhan benar-benar mengabulkan doanya.
"Hey Darling, everything's okay?" Yejin mengerutkan kening heran ketika suaminya tiba-tiba memeluknya erat. Namjoon jarang sekali berlaku seperti ini kecuali ketika baru pulang dari luar kota dan tidak bertemu Yejin selama berbulan-bulan.
Tapi kali ini Yejin bahkan belum genap satu hari meninggalkan rumah dan Namjoon sudah bertingkah seolah-olah Yejin baru pulang selamat dari perang. Tiba-tiba Yejin teringat sesuatu. Perempuan itu lantas mendorong Namjoon menjauh dan memberinya tatapan penuh interogasi
"Katakan padaku. Minchan, Seokjin dan Namjin baik-baik saja kan?"
"Baik! Mereka baik!" jawab Namjoon spontan. "By the way, kau bilang baru akan pulang besok pagi sayang. Ada ap——"
Yejin menyingkirkan Namjoon dari depan pintu dan menerobos masuk dengan langkah tergesa. Meninggalkan Namjoon yang masih melongo sebelum akhirnya bergegas menyusul Yejin.
"Festivalnya diundur minggu depan, jadi aku akan pergi lagi besok Sabtu," kata Yejin sambil terus melangkahkan kaki menuju kamar ketiga kembarnya.
"No, no, Yejin just don't! Don't you dare to leave me again!" kata Namjoon panik. Laki-laki itu tidak bisa membayangkan hal buruk apalagi yang akan terjadi jika Yejin meninggalkannya sendiri di rumah bersama anak-anak mereka.
Apalagi ketika Yejin tiba-tiba menghentikan langkah di depan pintu kamar anak-anaknya. Kamar bernuansa biru muda itu sudah tak berupa sekarang. Terlihat penuh dengan enam orang pemuda bertampang tidak jelas, seorang bocah berlilit handuk, bocah lain yang sembunyi di balik bantal dan anak perempuan yang tengah memainkan rambut salah satu dari pamannya tersebut. Yejin membelalakkan mata tak percaya.
"Of course, Namjoon. I'm not gonna let you destroy our house anymore," gumamnya sebelum mengusir setan-setan sesungguhnya yang telah diundang Namjoon untuk keluar dari rumahnya.
——end of the first series.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Namjoon and Kim Triplets
FanficNamjoon yang care tapi ceroboh. Yejin yang cuek namun cerewet. Bagaimana jadinya jika mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak kembar? Akankah Namjoon sanggup menjadi ayah yang baik sementara teman-temannya terkadang turut andil membuat kekaca...