'Deandra Renya' ia seorang gadis yang ditakdirkan hampir dari kata sempurna, memiliki tubuh yang ideal, kulit mulusnya mampu membuat semut tergelincir, rambut panjang kecoklatan keriting gantungnya menambah nilai tinggi parasnya, bibir kemerahan yang selalu menonjolkan keseksian tersendiri amat mengunggah hasrat lelaki ketika sedang bercakap dengan nya, selain fisik indah yang ia miliki kemampuan otak nya pun tak kalah cerdas dengan mahasiswa mahasiswa jenius di kampusnya, tak pintar tetapi cerdas, bahkan dalam teori ia selalu mendapat nilai pas pasan tetapi jika presentasi mampu membuat Dosen tertegun melihat kemampuan nya dalam berkomunikasi menyampaikan gagasan di depan banyak orang.
Deandra menarik nafasnya dalam dalam ketika ia akan melewati segerombolan mahasiswa Fakultas Teknik yang terkenal sangat jahil, sudah menjadi kebiasaan para lelaki brandalan itu yang suka bertingkah seenaknya pada siapapun tak peduli itu Dosen sekalipun. Deandra berjalan agak cepat ketika ia mulai berjalan di hadapan gerombolan anak Teknik tersebut, langkahnya tak ragu untuk segera melewati para penjahil itu. "Ehh Dean" ada suara yang memanggilnya dia antara gerombolan orang disitu. Ia segera berhenti sebenarnya ragu untuk menyahut dan memastikan siapa yang telah menyebut namanya nya, biasa nya mereka akan menggoda nya tetapi ini tidak, salah satu diantara mereka memanggilnya serius. Deandra menoleh melihat satu persatu wajah wajah mereka untuk mencari siapa pemilik suara yang telah memanggilnya. "Kita di liatin bayy.. busett jadi baper gue" Laki laki berambut cepak dengan kulit coklat serta rahang nya yang kekar berceloteh membuat yang lain nya ikut bersuara.
"Sikat gak nih? Hahah"
"Mantep bay nyali nya belom aja gue kedipin kepikat langsung doi haha"
"Cantik sobb sayang kalo dilewatin"
Itulah beberapa celotehan celotehan kurang ajar yang membuat telinga Deandra terasa panas, ingin rasanya ia menoyor kepala mereka yang sudah berani berkata tak sopan seperti barusan. Deandra hanya mengumpat dalam hati dan mulai melanjutkan langkahnya kembali. "Gue yang manggil lo eh!!" Suara orang pertama memanggilnya kembali membuat Deandra kembali menghentikan langkah nya kembali dan menoleh. "Kalo lo ketemu Pak Dadan bilang gue lagi ditoilet Diare" itu adalah Davin teman sekelasnya yang memang suka ikut bergabung dengan anak anak nakal itu.
Bisa bisa nya ia menyuruhnya berbohong demi kesenangan laki laki itu. Deandra tak menjawab ia hanya mengutuk dalam hati seharusnya ia tak berhenti dan tak menghiraukan suara yang memanggilnya. Deandra kembali berjalan secepat mungkin untuk segera terhindar dari tatapan tatapan liar mereka yang seakan akan ingin segera menergapnya.》》》
Davin tiba tiba saja menarik tali tas yang sedang menyangkut dengan nyaman di bahu kiri milik Deandra, Deandra yang sedang berkonsentrasi berjalan sontak langsung berhenti berkat tarikan yang secara tiba tiba pada tali tas nya.
"Eh sialan lo tadi kenapa gak nyampein yang gue suruh tadi pagi?" Davin berkata murka pada Deandra, tak peduli dengan wajah bingung Deandra yang sedang gadis itu pasang. "Lo penyebab gue dipanggil keruang Dosen sama si Dadan botak itu!" Deandra hanya terdiam, salahnya juga tak menyampaikan pada Dosen nya tadi, tapi toh buat apa melakukan pembohongan demi lelaki yang hobi nya berulah. "Kampus udah sepi bisa aja lo gue apa apain sekarang juga karna kesalahan lo, tapi sayangnya gue gak tertarik sama lo" kalimat terakhir yang entah berupa ancaman atau hinaan yang Davin lontarkan sebelum lelaki itu pergi dari hadapan nya.Deandra hanya memandang punggung Davin yang mulai menjauh , Davin memang tampan namun kelakuan nya diatas normal justru banyak wanita yang menginginkan nya, Deandra juga tak mengerti mengapa ia juga ikut menyukai lelaki itu, bahkan ia tak bisa melawan atau membantah nya tadi. Andai saja Davin dapat bersikap lebih baik kepada wanita pasti Deandra akan lebih menyukainya tanpa alasan yang jelas.
Deandra melanjutkan langkahnya dengan tenang, mengambil sebuah novel dari dalam shoulder bag yang masih tergantung rapi di bagian sebelah kiri bahunya. "Hallo" sapa Deandra setelah ia menerima panggilan dari ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra dan Waktu
General Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kita mengagumi seorang Laki laki dingin yang selalu berbuat sesuka hatinya? Itu yang Deandra rasakan ketika ia mulai mengagumi seorang putra billionaire berotak cerdas, bukan idola kampus namun tak sedikit wanita yang akan...