Dua-Delapan

993 42 0
                                    

"Dean lo masih marah sama gue?" Davin memotong langkah Deandra, sengaja Deandra berjalan cepat untuk menghindari laki laki itu, Davin terus mengikutinya.

"Ya elah itu kan bukan salah gue, itu ngga sengaja kan"

Davin berjalan mundur dihadapan Deandra, sementara Deandra sudah memasang wajah tak bersahabat, tak mempedulikan sama sekali laki laki yang ada dihadapan nya.

"Minggir!!"

Kali ini Davin berhenti melangkah mundur dan mencegat Deandra untuk berhenti.

"Engga, sebelum lo maafin gue" Kali ini tampang Davin begitu menyebalkan, menyengir dengan merasa tak bersalah sedikit pun.

"Apaan sih Dav, gue harus pulang"

"Oke, kalo lo gak mau maafin gue, gue bakal teriak kalo semalem dirumah lo kita ci..." Deandra langsung membekap mulut Davin sebelum laki laki itu meneruskan ucapan nya, betapa gila nya Davin, ia berbicara sekeras itu di koridor kampus yang masih banyak dilalui oleh Mahasiswa/Mahasiswi.

"Stop bahas itu, gue maafin lo" ujar Deandra dengan terpaksa setelah melepaskan bekapan tangan nya pada mulut Davin, kalau tidak seperti itu ntah hal apa yang akan dilakukan Davin selanjutnya untuk membuatnya malu.

"Gue anter pulang yuk" Davin menyengir lalu menaik turunkan alisnya, Deandra sebenarnya menahan tawa melihat tingkah Davin yang seperti ini, namun, ia tak ingin menunjukan hal itu karna kalau Davin melihat pasti ia akan besar kepala karna semudah itu mendapatkan maaf akibat kesalahan nya.

"Gue gak langsung pulang" jawab Deandra menepis masih dengan tampang cuek.

"Kemana pun, gue anter" kini mereka berjalan beriringan.

"Tadi kuis lo bisa jawab?" Tanya Davin berbasa basi.

"Bisa dong" Deandra tersenyum sumringah.

"Gue pikir lo googling" Davin terkekeh.

"Enak aja, ya enggak lah, kalo kepepet doang sih hehehe" Sekali lagi Deandra merespon gurauan Davin, Gadis ini sangat mudah ditakhlukan ternyata ketika sedang marah, sama seperti pada hal nya gadis gadis lain yang sulit marah pada Davin, namun ada yang berbeda dengan Deandra entah apa itu.

"Mau kemana?" Tanya Davin, ketika mereka telah sampai di parking area.

"Gue mau ke Alexis"

"Ngapain ke situ lagi?" Entah mengapa, dari nada bicara nya Davin terlihat agak ketus.

"Gue kan kerja di sana, udah lama gue gak masuk, gak enak sebenernya sih sama tante Alexa-_-" Deandra menggigit bibir bawah nya.

"Udah sih ngapain kerja di club gitu, keliatan kaya cewe nakal lo jadinya" ucap Davin agak sebal

"Enak ya ngomong gitu, hutang gue masih banyak di tante Alexa, gak mungkin gue ninggalin kerjaan gue, gue juga butuh uang" Deandra menghela nafas nya pelan, kemudian menatap wajah Davin yang tiba tiba agak berubah seketika.

"Ck! De, gue minta lo berenti kerja di Alexis" wajah Davin berubah menjadi wajah serius yang menatap Deandra sungguh sungguh.

Deandra menatap Davin dengan tatapan teduh nya, kemudian tersenyum manis "
Dav, hutang gue banyak, hutang gue ke elo yang gak sedikit, tagihan segala macem yang sempet nunggak, terlebih hutang gua ditempat itu".

Davin tersenyum sebal kemudian membuang wajahnga asal. "Gak harus kerja di tempat kaya gitu juga kan? Apalagi jadi penari striptis kaya gitu, kenapa betah banget sih jadi barang obral? " lagi lagi Davin menatap Deandra dengan tatapan serius nya.

"Hak lo apa ngatur hidup gue?" Deandra memberanikan diri menatap wajah Davin, kali ini wajah Deandra pun terpasang serius.

"Gue punya hak" jawab Davin enteng.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang