Tiga-Sembilan

976 29 0
                                    

Wajah itu tertunduk lesu, dagunya ia tompangkan pada lengan nya selalu, terkadang kepalanya ia jatuhkan diatas meja, wajahnya sudah terlihat sangat pucat, sedari tadi ia ingin mencoba fokus pada Dosen yang sedang berkicau di depan sana, namun apa daya, kepalanya tak bisa diajak kompromi, kepala itu sudah terasa sangat pusing dan pening, sesekali ia mendesah pelan akibat udara yang terasa dingin baginya.

Bella yang sedari tadi sudah menyadari bahwa Deandra sakit sesekali melirik untuk memastikan bahwa Deandra tak pingsan, Bella pun tau bahwa ada mata yang juga sesekali melirik ke arah Deandra, itu adalah mata Davin yang terus melirik kearah Deandra, mungkin laki laki itu menyadari bahwa Deandra sedang tak sehat.

"De, lo gak akan pingsan kan?" Bisik Bella pelan, Deandra hanya menggeleng lemah.

"Sabar De, sebentar lagi selesai, tahan ya"

"Gue gak papa kok Bel" ucap Deandra lemah.

"Liat tuh Davin kan udah pulang dari Lombok harusnya lo semangat De hehe"

Ledek Bella agar Deandra merasa lebih baik, namun Deandra hanya tersenyum tipis.

5 menit, 10 menit, 20 menit berlalu, namun bell tak kunjung berdenting untuk mengisyaratkan bahwa mata kuliah ini telah usai.

"Mana ada Davin peduli sama gue" oceh Deandra asal dengan suara pelan, ntah itu dari hati atau hanya sebatas ceplosan bibir nya saja.

Hingga 20 menit jarum jam berlau akhirnya bell itu berdering juga, Deandra menarik nafas lega karna pada akhirnya ia bisa terbebas dari mata kuliah dan rasa pening pada kepala itu.

"Ssshhhh...."

Deandra meringis pelan sembari menerjap nerjap kan matanya, tubuh itu bangkit dari tempat duduk, semua orang sudah meninggalkan kelas dengan kompak begitu bell berbunyi.

Davin, laki laki itu hanya menoleh ke arah Deandra sebentar dan yang mengheran kan adalah Davin malah ikut keluar kelas dengan cuek, apakah laki laki itu tidak tahu bahwa Deandra terlihat sakit? Mustahil jika ia tak menyadarinya, karna sedari tadi matanya sesekali menoleh kearah Deandra, Bella saksinya.

Bella hanya menatap tubuh Davin yang pergi tanpa peduli sama sekali kepada Deandra, wajahnya terlihat kesal dan bingung.

"Gila gak habis pikir gue, kenapa dia malah pergi? Boong kalo dia gak tau keadaan lo" oceh Bella dengan kesal.

"Udahlah Bel, biar aja, siapa tau dia lagi buru buru" ucap Deandra lemah.

Bella berdecak sebal "Dia kenapa sih De? Aneh banget, gak punya hati banget sama pacar sendiri, lo belom putus kan?"

Deandra hanya menggeleng, "udah ah, ayo, gue mau pulang"

"kita naik taxi aja ya, gamungkin kan gue nganter lo pake motor? Gue anter lo sampe rumah"

Deandra hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan kelas bersama Bella.

Ada apa dengan Davin? Mengapa ia secuek itu? Ada apa lagi? Deandra masih sangat bingung akan sikap pacar nya itu yang akhir akhir ini sangat labil.

-------

"Lo keras kepala banget sih De, lo tuh seharusnya kedokter dulu" oceh Bella sebal karna memang Deandra yang sangat keukeuh tak mau ke dokter, padahal menurutnya Deandra harus diperiksa dan diberi obat sesuai resep doker, namun akibat Deandra yang sangat kepala batu, kini mereka sudah berada di rumah Deandra dengan duduk diatas sofa sembari menyandarkan punggung mereka.

"Ya ampun Bel, gue cuma pusing biasa, gausah selebai itu deh, gue bukan anak kecil tau" Deandra memproutkan bibir nya malas, keadaan nya kini merasa lebih baik ketimbang di kampus tadi, sepertinya dugaan nya benar, ia hanya butuh waktu untuk istirahat.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang