Empat Puluh Lima

2.6K 41 4
                                    

Davin mengetuk ngetuk lututnya, menunggu keberangkatan pesawat menuju Jakarta, mengapa perasaan nya kini sangatlah kusut, tak seperti biasanya, dan mengapa Fano tak memberi kabar kabar selanjutnya dari 3 hari silam? Sungguh perasaan nya sangatlah kacau, entah karna ia akan menghadiri pernikahan Deandra atau karna persoalan yang belum ia ketahui.

Sial makin lama hatinya makin tak karuan, Fano mengapa tak dapat dihubungi juga sampai saat ini, dan entah mengapa wajah Bram ayahnya selalu ada diotaknya. Ada apa?

》》》

Davin merapikan jas yang ia kenakan, hal pertama yang akan ia lakukan saat telah sampai Jakarta saat ini adalah mengunjungi pernikahan Deandra, ia hanya ingin menyaksikan Akad orang yang ia sangat cintai.

"Pak dipercepat sedikit ya" ucap Davin kepada supir taxi yang membawanya ke tempat tujuan.

Mobil itu terus melaju mengantar Davin menuju Gedung yang meyelenggarakan pernikahan Deandra dan Genta, ternyata kenyataan ini benar benar terjadi, ia fikir ia hanya bermimpi.

Perasaan nya semakin tak karuan namun ia terus mencoba untuk tenang.

"Ini gedungnya mas?" Tanya sang sopir.

Davin menoleh kearah jendela untuk memastikan tempat tujuan. "Iya langsung ke lobby aja pak" .

Sudah banyak karangan bunga berjajar di sepanjang jalan menuju lobby, ada tulisan besar dengan jelas 'The Wedding Genta & Deandra' Davin hanya tersenyum melihat ada nama mantan kekasihnya tertera disana.

"Pak barang barang saya langsung antarkan ke alamat yg saya kasih tadi ya pak, ini uangnya, terima kasih" ucap Davin sembari menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan, kemudian Davin keluar dari Taxi itu.

Ia berdiri di Main Entrance ia menarik nafas sesaat sebelum masuk kedalam, sudah banyak tamu undangan yang datang, sepertinya Akadnya sudah selesai.

Beberapa orang penerima tamu menyapa nya dengan ramah, Davin hanya tersenyum tipis kemudian ia langkahkan kaki untuk masuk kedalam .

Dihadapan sana, matanya fokus menatap sepasang pengantin, itu Deandra dan Genta, betapa pedihnya hati Davin, sesak, lemas, dan ototnya tak mampu lagi bekerja. Denadra sudah menjadi milik orang lain, seutuhnya milik Genta.

Mata Davin hampir berkaca kaca menatap pemandangan itu, namun ia paksakan tersenyum sebisa mungkin,sangat cantik. Davin melangkahkan kaki kedepan agar lebih dekat.

Kedua bola mata Deandra akhirnya menemukan suatu objek yang ia cari dari sedari tadi, itu Davin, Davin tak pernah berbohong untuk menghadiri pesta pernikahan nya meski Deandra tau hal itu akan menyiksa hati Davin.

Davin tersenyum ketika menangkap mata Deandra tengah menatapnya, senyuman itu terlihat sangat pedih.

Ada teman teman sekampusnya ternyata, Bella, Erina, dan beberapa teman dekat Deandra. Davin tak menemukan Genji ataupun Dion, Fano? Dimana Fano? Bukan kah Fano juga pernah bilang padanya akan datang?

'Bugghhh!!!" Tiba tiba Davin diserang, ada yang menyerang ia, melakukan pemukulan secara tiba tiba, sontak para tamu langsung menjerit melihat adegan itu, terlebih Deandra yang langsung menjerit menyebut nama Davin.

Davin dihantam berkali kali, apa ini? Davin benar benar bingung.

"Mau lo yang mati atau temen bodoh lo itu" ucap laki laki yang Davin tak kenal itu.

Apa maksudnya? Davin tak mengerti? Teman bodoh? Siapa?

"Kalo mau bikin keributan jangan disini brengsek!!" Ucap Davin yang sudah terjatuh dengan tatapan nanar.

Deandra dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang