"Sebenernya apa yang terjadi si?!" Kali ini mereka (gerombolan Davin) sudah berada di basecamp tempat biasa mereka nongkrong.
"Bener ucapan Excel barusan?" Tanya Davin.
"Jawab" ucap Davin lagi masih dengan sikap tenang nya. Semua belum ada yang menjawab, terdiam begitu saja.
"Lo semua punya mulut kan? Fan!! Ky" Kali ini Davin membentak.
"Tapi sorry Dav Fano sama Eky gak ada ditempat kejadian waktu itu" Genji angkat bicara.
"Yaudah sekarang gue mau denger dari mulut lo, apa bener ucapan Excel tadi?" Davin mengulang ucapan nya masih dengan nada yang tenang.
Genji hanya mengangguk.
"Semua ucapan Excel emang bener Dav" namun Bagas yang menjawab."Kenapa bisa si?!!" Davin mulai murka.
"Dan lo Ito!!! Ternyata lo pecundang ya, apa yang ada di otak lo hah?"
"Lo ngebiarin temen lo sendiri di keroyok?"
Davin benar benar marah, bahkan Ito yang dianggap sebagai ketua kelompok mereka pun tak ada pertanggung jawabannya, padahal Ito yang selalu bertingkah memiliki nyali yang paling besar diantara mereka.
"Lo diem aja!! Lo gatau yang sebenernya Dav!!" Bantah Ito tak terima.
"Gatau apa?? Gue gak tau apa?hah!" Ucap Davin kasar.
"Excel yang milih gabung sama Bondan, jadi ngapain repot repot nyuruh dia balik kesini lagi" Ito berdiri menantang Davin.
"Dia aja gak berguna, nyalinya kecil jadi buat apa dipertahanin disini" Ito tersenyum brengsek pada Davin.
"Sebelum lo ngerendahin orang mending lo ngaca!! Seberapa gede emang nyali lo? Pake otak lo" Davin tersenyum sembari menunjuk kepalanya lalu pergi meninggalkan tempat itu diikuti oleh Fano, Eky dan juga Genji.
》》》
Davin, Eky, Fano dan juga Genji sudah berkumpul di kostan milik Dion yang berada di lantai 2, Fano sibuk mengepul dengan rokok nya di depan, Eky dan Genji sedang asik memainkan PS milik Dion, Davin, laki laki itu masih betah berdiam diri duduk di kursi sebelah Fano menemani Fano merokok, sedangkan Dion, laki laki itu belum pulang juga. Bagaimana mereka bisa masuk begitu saja ke kostan Dion? Genji memiliki kunci cadangan yang sengaja Dion berikan padanya.
"Jadi gimana?" Tanya Fano sembari menghisap rokoknya.
Davin hanya menoleh sekilas ke arah Fano dengan wajah dingin nya. "Gue masih pertimbangin ini semua, makanya gue belum susun strategi"
Fano terkekeh pelan "tumben lambat, yang gue tau Antonio Corporate bukan perusahaan biasa, pemilik nya gak kaya Nyonya Elisa"
Davin terdiam sesaat, kemudian menaikkan alis nya sebelah.
"Bokap lo belom ngasih tau ke elo?"
Davin menggeleng pelan.
"Owner dari Antonio Corporate itu adalah Eric Adalson, pengusaha cerdas dan licik" jelas Fano.
"Adalson?" Ucap Davin dengan nada seakan bertanya tanya, ia merasa tak asing dengan nama panjang itu.
"Excel Adalson, pasti lo mikir kesitu kan? Pemikiran lo gak salah, Eric Adalson adalah ayah nya Excel, tepat! Semula gue juga gak yakin kalo ini ternyata ada hubungan nya sama Excel"
"Excel selama ini gak keliatan kaya anak pengusaha man, gue pikir dia cuma berasal dari keluarga yang biasa biasa aja, lo yakin?" Davin merasa tak percaya dengan semua ucapan Fano, Excel yang selama ini terlihat biasa biasa saja, tak menonjolkan kalau ia berasal dari keluarga berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra dan Waktu
General Fiction[COMPLETED] Bagaimana jika kita mengagumi seorang Laki laki dingin yang selalu berbuat sesuka hatinya? Itu yang Deandra rasakan ketika ia mulai mengagumi seorang putra billionaire berotak cerdas, bukan idola kampus namun tak sedikit wanita yang akan...